Seorang gadis berambut hitam pekat sepinggang sedang duduk termenung di sudut kelas, lebih tepatnya ia duduk di sebuah meja.
Matanya terfokus pada satu titik objek. Menangkap pemandangan seorang lelaki berhidung mancung yang sedang bersenda gurau bersama wanita di sebelahnya, Hanbin dan Rose. Termasuk famous couple di sekolah.
Bukan hanya karena tak sengaja. Bahkan dari setengah jam yang lalu ia masih setia memperhatikan pasangan tersebut lewat media jendela.
Kalau saja ada seseorang yang peka terhadap isyarat matanya, pasti ia bisa dengan mudah menebak bahwa gadis bernama Jennie itu menyukai Hanbin sejak lama.
Hanya saja pernyataan Rose minggu kemarin seketika membuat hatinya mati secara mendadak. Bahkan tidak ada yang tahu bahwa selama seminggu itu Jennie sedang dalam masa terpuruknya. Ia seperti dikekang rasa kecewa, dan dihempas dalam rasa sesak yang menyiksa.
Padahal Jennie sudah mantap ingin menceritakan tentang perasaannya itu kepada ketiga temannya. Jisoo, Lisa, dan termasuk Rose.
Namun siapa yang bisa menentang takdir kalau pada akhirnya ia malah dituntut untuk bungkam.
"Jen!"
Perempuan berponi dan berambut sedada itu langsung duduk di kursi sebelah Jennie.
"Hm"
"Ngapain lo ngelamun, udah tau miskin masih diratapin" Lisa terkekeh pelan dengan tampang yang meringis.
"Bct u"
"NCT BODOH"
"BACOT BODOH"
"SATU DUA TIGA BEHA GUE JATOH, APAAN NICH BODOH BODOH"
Rose datang dengan raut wajah yang berseri-seri, ia menempatkan bokongnya di kursi setelah Lisa menggeser duduknya dan berhadapan dengan Jennie.
Jennie mengerutkan dahinya heran. Bukannya tadi Rose sama Hanbin?
"Yang abis bercumbu mesra gak usah ikut-ikutan" ucap Lisa yang membuat Rose menoyor jidatnya tanpa babibu.
"SETAN" ringis lisa sambil mengusap-usap jidatnya.
"Eh Jen gue baru dateng nih, ko lo gak ada dialog apa-apa?" tanya Rose menghiraukan ringisan lisa.
"Pala gue buset"
"Kenapa Lis? Mau gue telepon 999?"
"Thank u, next"
"Sariawan lo Jen?"
"Serius deh Rose stop ngomong gitu, Jennie ga sariawan sampe 3 taun" sambar lisa.
"JENNIE" teriak Rose menggelegar bak lucinta luna yang lagi dikejer warga karena abis maling kotak amal.
"Gue?" Jennie menoleh ke arah rose. Ia menunjuk dirinya sendiri seolah bertanya.
"Sekarang selain bisuin mulut, lo ngesilent kuping lo ya?"
"Sialan kuping eksotis gue" gerutu Lisa mengusap-usap kupingnya itu.
"Emangnya gue begini kenapa? ya di giniin Ros" kekeh Jennie menatap iba Lisa.
"Hah serius lo anjing? Gue gak mau jadi the next limbad serius"
"Goblok, dikira acara masterchef apa"
"Lagian suara gue bikin satisfying"
"Iya satisfying buat backsound sinetron adzab"
"EH EH"
Jennie, Lisa, dan Rose serempak melihat ke arah suara dengan cekatan. Ternyata teman mereka yang tadi hilang selama 5 menit kembali dengan keadaan mengenaskan.
"Sembunyiin gue dong!" Jisoo berlari ke kolong meja sambil misuh-misuh.
Gak lama kedenger suara debuman keras akibat pintu yang ditendang secara tidak manusiawi. Lagian yang dateng atlet taekondo sama pencak silat semua.
"Jisoo milik gue ya!"
"Haha ngimpi dong bangsat, tidur masih pake buntelan selimut aja blagu lo"
"Lah lo apa kabar masih maling olay orang tua?"
"Lo apalagi ena ena pake kondom wardah"
"Udah si telinga gue jadi makruh"
"Lo dimana soo?"
Tatapan kelima lelaki itu terarah ke sekumpulan 3 orang perempuan yang saat itu juga membalas tatapan mereka.
"Lo liat Jisoo?"
"Nih di si- aww!" Rose sontak meringis kesakitan saat merasa kakinya di cubit seseorang di bawah.
"Di si bobby maksudnya" sambung Jennie masih berusaha tenang.
"Loh? Ngapain?" tanya salah satu dari mereka yang ketara jelas gak terima.
"Ko jadi bobby?" bisik Lisa pelan sambil mengerutkan dahinya.
"Sstt!" titah Jisoo dari bawah.
"Tadi sih katanya gitu" sambung Rose, sedangkan Jennie mengangkat bahunya seolah memang apa yang dikatakannya benar.
Mereka menggebrak meja terlebih dahulu sebelum berjalan keluar dengan urat yang dikeraskan.
"Kita habisin Bobby"
"Keterlaluan dia"
"Awas ya kalo gue ketemu si Bobby, gue patahin tulang sumsumnya"
Lisa bergidik ngeri mendengar perkataan mereka barusan.
"Selamet dah keperawanan gue" dengan santai Jisoo keluar dari tempat persembunyiannya.
"Lo ngapain nyebut doi?" selidik lisa menampilkan wajah sangar yang di buat-buat kepada jennie.
"Ga terima dirimu?"
"Ya jelas dong"
"Lo siapanya Bobby btw?"
"Gue? Ya-gue, gue sobatnya bobby" jawab Lisa gelagapan.
"Cemburu ya kalo kata 7ikons"
"Eng, ngga setan! Lo dengerkan pidato mereka barusan? Kalo si Bobby di tonjokin gimana? Kalo wajah busuknya tambah ancurr gimana? Terus matanya nanti tambah sipit gimana? Berabe kan kalo dia gak bisa liat wajah cantik gue ini? Sayang lho pemandangan yang kaya gini"
"Asli gue gak enak ngedenger kalimat terakhir barusan" protes Jisoo blak blakan.
Jennie dan Rose hanya menyahut dengan gelak tawanya seolah mengiyakan.
"Ih udah ah gue nongkrong aja sama anak anak. Ga asik lo semua" Lisa berdiri, lalu melangkah keluar menuju pintu.
"Jangan dong Lis" tukas Jisoo membuat langkah Lisa tertahan.
"Lah?"
"Hawa-hawanya si gak enak" ucap Jennie yang udah siap ngetawain Lisa.
"Lis"
Lisa membalikan badannya dengan wajah yang ia tekuk.
"Jangan balik lagi kalo bisa ya dah wassalam"
"HAHAHAHAHAHA"
"HAHAHAHAHAHA"
"HAHAHAHAHAHAEHWKUHUK UHUK UHUK!"
Seketika gelak tawa memenuhi ruangan kubus tersebut yang lenggang.
"Uljima Lis, senyum" gumam Lisa getir, lalu melenggang pergi keluar.
Ketiga perempuan itu bersitatap,mereka tentu masih bisa mendengar gumaman Lisa barusan.
"Tuhkan"
"Tuhkan lo si Soo"
"Tuhkan hamil dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay -bp ikon
Fanfiction[masa revisi] Kadang ekspetasi tidak seindah realita, kadang nasi tidak seenak boled jawa. ❝Lo bukan Albert Einstein, apalagi Thomas alva edision, tapi kenapa lo bisa menemukan bagian terpenting di hidup gue?❞ "Apaan?" "Kamu" Sejenak laki laki itu t...