Ketika matahari mulai redup, sang awan pun dengan seksama menjadi penguasa langit, terimakasih untuk hujan sore ini.
Selasa 7 Febuari. Hari ini SMA Taruna Bangsa angkatan kelas 10 akan melaksanakan progam studi yaitu outing class ke kota Yogyakarta.
Semua murid sudah berada didalam bus kelasnya masing-masing. Kayla duduk sendirian pada kursi yang seharusnya ditempatin 2 orang. Ia memang sengaja memesan posisi tersebut pada pak Riki semingu yang lalu. Sedangkan Rey dan Bagas berada tepat dikursi belakangnya.
X IPS 2 menepati posisi di bus ke-5. Suasana di dalamnya sangat ramai, bahkan ricuh. Ada yang bernyanyi menggunakan mic, ada yang berjoget tidak karuan, semuanya senang menyetel lagu-lagu galau melalui televisi yang sudah disediakan. Apalagi bulan ini masih termasuk musim hujan, jadi cocok dengan suasana hati yang sendu.
Kayla masih terus berdiam diri menyenderkan kepalanya pada kaca jendela. Kursi sebelahnya ia posisikan untuk tas dan barang-barangnya yang lain.
Ia egois, bahkan serakah karena hanya ingin duduk sendiri. Tapi begitulah sifatnya. Ia tidak peduli akan perjalanan ke Yogyakarta yang jauh sekalipun. Terlebih lagi ia sudah memohon mati-matian pada pak Riki.
Hingga sekarang, ia mendapatkan tempat itu. Tempat kesendirian tanpa obrolan. Setidaknya dengan keadaan seberisik apapun, ia tetap mendapatkan dirinya yang...menyukai keheningan.
"Kay, lo mau chiki nggak?"
Bagas menegur, menyodorkan sebungkus chiki rasa keju. Tapi Kayla tetap bungkam.
yauda lah.
Bagas sudah pasrah menghadapinya. Setidaknya ia sudah berusaha untuk kembali berinteraksi. Sejujurnya, perasaan Bagas tersiksa. Ia ingin Kayla kembali lagi pada dirinya yang seperti biasa, dirinya yang ceria.
Apalagi Rey. Ia sudah kecewa berat dengan Kayla. Perasaannya mungkin lebih tersiksa. Pantas saja, bagaimana tidak? Kayla telah menghancurkan hatinya bahkan disaat hari bahagianya, yaitu di hari ulang tahun. Rey yang benar-benar mengharapkan kehadirannya, ia malah mengabaikannya.
Meski begitu, keduanya masih tetap saja...sama-sama mencintai Kayla.
*****
Pukul 04:00 sore sehabis dari Candi Prambanan, para murid diberi kebebasan untuk pergi kemanapun disekitar sana.
Terserah ada yang mau membeli oleh-oleh, ada yang pergi ke tempat-tempat yang pemandangannya bagus sekedar hanya untuk berfoto. Intinya, bus akan kembali melaju pukul 05:00 sore.
Kayla berjalan sendirian menuju toko oleh-oleh disekitar sana. Ia tidak mau jauh-jauh, hanya ingin melihat-lihat sebentar.
Tidak lama, sesuatu terjadi tanpa diinginkannya saat ini. Hujan datang. Turun sedikit demi sedikit hingga lama-lama semakin deras membasahi daratan.
Ia tidak suka berada disini. Suasananya tidak nyaman untuk keadaan hujan seperti ini. Ia juga tidak berpikiran untuk kembali kedalam bus. Ia mencari penyakit dengan berlari dalam keadaan hujan menuju kedai kopi yang cukup jauh dari sana.
Tubuhnya basah terkena rintik hujan yang deras mengguyur bumi. Tapi tidak membuatnya peduli akan hal itu. Ia memesan kopi hangat yang pas dengan seleranya. Ia suka suasana disini. Lebih hening daripada sekitar toko tadi yang sangat bising.
Saat pesanannya datang, saat baru sekali saja ia meneguk rasa kopinya, ia melihat keramaian yang tidak jauh dari kaca jendela di kedai tersebut. Seperti ada suatu kejadian hingga menyebabkan banyak sekali orang yang berkumpul mengeremuni sesuatu ditengahnya.
YOU ARE READING
Seperti Musim yang Sementara [Completed]
Novela JuvenilTepat ditengah malam mataku memejam Tapi tak ada yang kutemukan Debar juga binar saat irismu lenyap Entah karena kisah diantara kita yang telah lewat Atau esensiku bagimu yang tak lagi sama Aku menyelam diantara kalut pikiran Mencari jejak- je...