PART 9. KELAS TERAKHIR

1.2K 88 0
                                    

Setelah hampir sebulan penuh Chloe bolos dari Kelas Bakat, akhirnya di pertemuan terakhir ini Chloe memaksakan dirinya untuk masuk kelas. Chloe terus berusaha menghindari kenyataan kalau dirinya mungkin memiliki bakat supranatural. Dia pun masuk kelas malas-malasan dan bersembunyi di antara para keturunan Myriil yang terlihat melas.

Elyn beberapa kali menarik Chloe untuk berdiri paling depan agar lebih fokus di pertemuan terakhir ini, namun niat Chloe yang hanya ingin menonton membuat usaha Elyn sia-sia. "Kamu benar-benar menyebalkan, Chloe," keluh Elyn.

"Aku yakin aku tidak seajaib kalian yang bisa mengeluarkan serbuk peri atau menggerakan apapun dengan hanya melihatnya saja," ucap Chloe terdengar sangat acuh.

"Setidaknya cobalah untuk serius mengikuti kelas yang tidak pernah kamu hadiri ini," bisik Elyn yang mulai jengkel.

"Ya, aku sedang mencobanya," seru Chloe sambil menutup mulutnya yang hendak menguap itu.

Pelajaran di mulai, Miss Tunner adalah guru di kelas ini. Di pertemuan terakhir, mereka akan diuji kemampuannya dalam mengunakan bakat supranatural peri. Di sinilah semuanya akan tahu yang mana teman yang pintar dan yang mana teman yang tangguh.

Menurut Elyn, di ujian inilah mereka bisa melihat setidaknya mana teman yang bisa dijadikan sekutu dan mana teman yang harus dihindari. Elyn bahkan mewanti-wanti untuk berada satu kelompok dengan seorang bangsawan di Labyrinth Cubs karena rata-rata dari mereka pasti sangat pintar serta sangat tangguh dalam menggunakan bakat mereka.

"Ya, mudah saja kamu mengatakan itu. Kamu memang sudah bangswan," ucap Chloe meledek. "Kalau aku seorang bangsawan, aku tidak mau satu kelompok dengan orang-orang lemah."

"Chloe, apa maksudmu itu?" tanya Elyn keheranan.

"Orang-orang lemah ini terlalu mudah untuk ditipu," ucap Chloe sambil menunjuk ke arah Myriil di sekitarnya.

"Chloe, apa yang sebenarnya terjadi padamu selama ini?" gumam Elyn yang sekarang malah jadi khawatir dengan sikap Chloe yang menjadi sangat kasar itu.

"Kamu dan Henry yang lebih tahu, Elyn."

Chloe pergi menjauh dari Elyn dan berdiri semakin di belakang murid-murid lainnya. Chloe mencoba untuk memfokuskan dirinya untuk menjadi penonton setia di pertemuan terakhir ini. Dia memperhatikan satu per satu pertunjukan luar biasa yang dilakukan teman-temannya.

Pertunjukan bakat para peri benar-benar mengalihkan perhatian Chloe. Para peri bersayap itu dengan mudah terbang ke sana ke mari menghindari segala rintangan dari akar-akar hidup yang mencoba menjerat mereka. Para peri itu juga beberapa kali melemparkan bola-bola serbuk peri yang mereka keluarkan secara ajaib dari telapak tangan mereka untuk menembak dan menumbangkan akar besar yang menghalangi terbang mereka.

Disusul oleh kemampuan bakat telekenesis dari para elves. Mereka melakukan telekenesis dengan hebatnya sambil sesekali mengerakan tangan mereka tanpa mengeluarkan serbuk-serbuk ajaib. Para elves memang tidak bisa terbang tapi jika dilihat dengan seksama, kecepatan lari mereka bagaikan seekor cheeta yang sedang memburu mangsanya bahkan sesekali para elves itu melompat sangat tinggi seperti didorong oleh angin.

Kini giliran keturunan campuran yang menunjukan bakat supranatural mereka. Sejauh yang diperhatikan Chloe, beberapa dari mereka hanya bisa mengeluarkan serbuk peri dari tangannya. Mereka belum bisa menggunakanya untuk menggerakan sesuatu atau bahkan menyerang akar hidup dengan kemampuannya itu.

Mereka sama menyedihkannya sepertiku. Atau bahkan aku yang lebih menyedihkan, ucap Chloe dalam hatinya.

Namun beberapa dari keturunan campuran terlihat sangat lihai dan pandai dalam menghindari rintangan dari akar-akar yang hidup di lapangan itu dengan sesekali memaksakan diri mereka untuk menggunakan serbuk peri dan bertelekenesis untuk membantu mereka terlepas dari akar-akar yang terlanjur menjerat mereka.

Kini gilaran Chloe tiba. Dengan sangat memelas dan tanpa tahu apa-apa Chloe pun berdiri di garis start sebelum memasuki lapangan yang penuh dengan akar ajaib.

"Chloe Zayn Ginadio," ucap Miss Turner sambil melihat kertas absen yang ada ditangannya. "Membolos selama sebulan penuh?"

"Maafkan aku Miss Turner tapi..."

"Saya harap kamu tahu apa yang harus kamu lakukan di sana," seru Miss Turner memotong ucapan Chloe sambil menunjuk arena ujian yang penuh dengan akar ajaib.

Chloe benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya di lapangan itu mengingat dia tidak pernah berlatih untuk menggunakan bakatnya atau bahkan mencoba menggunakannya sekali pun. Dia hanya berharap masih bisa lari secepat mungkin seperti sedang lomba lari maraton sebelum akar-akar itu menjerat kakinya dan menggantung dirinya tinggi-tinggi ke udara.

Chloe pun memasang kuda-kuda siap berlarinya. Sambil mengatur napasnya dengan baik, Chloe memusatkan pandangannya pada garis akhir di antara akar-akar yang sedang bergerak-gerak itu. Miss Turner pun meniup peluitnya yang melengking dan Chloe pun mulai berlari.

Satu per satu akar hidup itu dilewati oleh Chloe dengan mudah. Dia bahkan lompat beberapa kali dari akar yang hendak menjerat kakinya. Chloe juga sesekali berbelok tajam untuk mengelabui akar yang hendak menangkap dia dari depan. Chloe bersyukur karena setidaknya dia seorang atlit lari yang bisa menggunakan kecepatannya untuk mengerjakan ujian ini.

Setelah cukup lama berlari di antara akar hidup, kini dia harus menghindari ledakan-ledakan bola serbuk peri yang berjatuhan entah dari mana datangnya. Salah satu bola itu tepat mengenai tangan kiri Chloe dan dengan perlahan tangannya mulai kesemutan hebat. Chloe pun teriak merasakan nyerinya namun dia tidak begitu saja berhenti dan kehilangan fokus.

Dengan sisa-sisa tenaganya, Chloe terus berlari tanpa mempedulikan sebagian tubuhnya yang sudah nyeri itu. Kakinya pun mulai kelelahan namun saat Chloe melihat garis finish rasa sakit itu perlahan lenyap dan berganti dengan tekat untuk keluar dari tempat itu secepatnya. Tinggal beberapa langkah lagi sebelum dia menginjak garis akhir, sebuah akar yang cukup besar menjerat kaki Chloe hingga dia jatuh dan tersungkur ke tanah.

Hanya tinggal selangkah dari garis akhir, tubuh Chloe ditarik paksa oleh akar itu dan membuatnya tergantung cukup tinggi ke udara hingga Chloe bisa melihat betapa luasnya arena ujian itu. Sorakan dari para murid Moonfly mulai terdengar dengan jelas. Chloe yang mengetahui dirinya sedang memalukan itu hanya bisa menutup matanya sambil sesekali menghela napanya yang terasa sangat berat.

Miss Turner membantu Chloe turun dari akar itu. "Kamu cepat, tapi tidak cukup cepat untuk menyelesaikan masalahmu. Berhentilah berpikir seperti manusia, kamu bukan manusia biasa lagi di sini."

Chloe tersinggung akan ucapan Miss Turner. Dia pun melepaskan tangannya secara paksa yang saat itu sedang dipegang oleh Miss Turner dan berjalan dengan cepatnya.

"Aku hanya manusia biasa!" ucap Chloe dengan tegas saat melewati Elyn dan Henry yang terlihat mengkhawatirkannya.

"Kamu hanya pengecut, Chloe!" teriak Elyn meluapkan rasa kesalnya terhadap Chloe yang keras kepala dan sombong itu.

Chloe berjalan cepat menuju sungai yang ada di hutan Moonfly. Dia menenangkan dirinya dan membasuh wajahnya yang berkeringat itu dengan sejuknya air sungai.

"Oh... ternyata benar kamu di sini," seru Bella yang terbang menghampirinya. "Aku dengar kamu terluka."

"Aku tidak apa-apa, Bella," ujar Chloe berusaha menghindari Bella.

"Aku tahu ini sangat berat dan membingungkan untukmu, Chloe," ucap Bella yang mulai membuka sepatu sebelah kanan Chloe. "Tapi percayalah, tempatmu memang di sini, di Hanzels." Chloe pun merintih kesakitan saat sepatu itu terlepas dan menampakan pergelangan kakinya yang sudah membiru.

"Bertahanlah dan pelajari bakat perimu," seru Bella sambil membalut kaki Chloe dengan serbuk perinya. "Auramu sangat unik untuk seorang keturunan Myriil. Aku yakin ada bakat yang luar biasa dalam dirimu. Walaupun semuanya sangat membingungkan dan menyakitkan, tapi aku yakin orang baik sepertimu akan bisa melewati segalanya."

"Orang baik? Apa kamu sudah lupa dengan perlakuanku padamu, Bella?"

"Ya, aku sudah lupa, Chloe. Aku hanya ingat kamumenyelamatkanku di laut itu."

BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang