one

14 3 11
                                    

You never know how much I hate live like this. I mean, look at me, horrible, alone, and alcoholic. Itu beberapa ciri-ciriku. Atau bisa saja kalian google namaku, dan wala, ketemu.

Sebagian besar orang mengharapkan hidupku, maksudku, apa enaknya? Memang aku bergelimang harta, tapi kalau jauh dari keluarga, penyakitan, dan tidak punya pasangan, itu tidak enak.

Seperti biasa, malam ini aku mencoba pub baru yang agak jauh dari rumahku. Sejujurnya agak bahaya kalau barnya jauh dari rumah. In case aku mabuk berat, akan bahaya mengemudikan mobil. Semoga malam ini tidak terlalu mabuk.

Aku suka beer, terutama beer Irlandia. Beer terbaik dalam hidupku, yah jelas karena darah Irlandia mengalir di dalam tubuhku. Jadi wajar-wajar saja.

Saat sedang menenguk beer pertama, aku melihat ada seorang gadis, atau wanita sedang makan malam di dekat jendela bar sambil terus mengecek ponselnya.

"Satu gelas beer untuk gadis di sana, thanks." In case kalian tidak tau, ini cara untuk flirting ke orang yang kita suka. Maybe I'm drunk, tapi aku tau gadis itu worth menerima beer traktiranku. Aku melihatnya kebingungan saat dia menolaknya, walaupun pada akhirnya gadis itu mengangkat gelas beer ke arahku. Senyumanku mengembang, membalas cheers jarak jauh kemudian aku berbalik badan kembali ke arah bar untuk membiarkannya makan dalam tenang.

"Evening, sir." Tangannya menepuk bahu sebelah kiriku. Aku terkejut, tapi tidak terlalu kelihatan.

"Evening, madame?"
"Oh I'm not that old."
"Alright, what about sweetheart?"
"If you trying to flirt with me, you completely insane and you should check your eyes immediately." Aku tertawa mendengar kata-katanya. Dari sini aku tau dia bukan tipe pemabuk, hanya saja tempat ini makanannya enak jadi dia mampir ke sini untuk makan malam.

"Lets get out of here, do you want ice cream?"
"How can you move that fast?"
"Even though you aren't cheap, just admit it you want ice cream." Dia tertawa pelan. It works.

"Alright, mr. Ice Cream flirty." Kami berdua berjalan seiringan, mengambil jaket yang kami sangkutkan, lalu berjalan keluar bar.

Aku sempat menawarinya untuk naik mobil, tapi dia menolak karena minimarket terdekat hanya berjarak 20 meter di balik bar. Ok, kali ini aku sedikit malu.

Look at her. Rambutnya bergelombang, hitam pekat, terawat, jarinya lentik, gerakan tubuhnya gemulai, senyumannya manis, harum pula.

"What do you like?" Tanyaku. Dia hanya menggeleng dengan ekspresi terserah-nya. God, she's cute. Es krim dengan cone cocok untuknya. Omong-omong, aku penasaran dengan namanya. Sampai kami duduk di atas kap mobilku sambil makan es krim pun aku belum tau namanya.

Aku terus memandangnya saat dia berkutat dengan kertas es krimnya. Rambut sebahu yang bergelombang itu bergerak-gerak diterpa angin malam. Mimpi apa aku semalam.

"What's your name, mr. Ice cream flirthy?" Aku sudah jarang mendengar pertanyaan itu sebenarnya. Tapi, mungkin dia terlalu sibuk dengan kerjaannya? Mungkin.

"Niall James Horan, or Niall, for short. What about you, sweetheart? Or can I call you mine?" She laughed.
"My name is Felicia Thompson, felicia, licia, cia, liz, whatever you comfortable to call me. But, no, not yet, mine is not include."

"What are you, Niall?" Dia hanya mengetesku atau apa?

"Ordinary man, young lady."
"Oh I dare you to give me 10 pounds, you aren't ordinary."
"Then... I will give you 10 because you are absolutely right. But, I thought international singer is ordinary?"
"For you, maybe. For me, no. It's extraordinary." She smiled. Itu adalah senyuman termanis yang pernah aku lihat. Berjuta wanita yang memujaku, baru kali ini ada yang semenarik itu. Atau memang aku yang kurang memperhatikan fansku?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang