Amber membuka matanya lebar-lebar. Pikirannya kacau bukan main tentang apa yang terjadi semalam antara dirinya dengan Irene. Amber segera berdiri dari duduknya dan mulai memakai semua pakaiannya dengan pikiran yang kosong. Irene menatap Amber bingung dan mulai menghampirinya.
"Kamu kenapa?" Irene meraih lengan Amber yang sibuk memakai kemejanya. Amber secara refleks menghempaskan tangan Irene dengan kasar.
"Berhenti akting dan bersikap seolah-olah telah terjadi sesuatu diantara kita. Aku mau pulang. Kau pulanglah sendiri.!" Ucap Amber kasar lalu meraih tasnya dan beranjak pergi, sementara Irene hanya diam ditempat dan membiarkan Amber pergi. Saat Amber keluar kamar ia disapa oleh bibik pemilik penginapan yang sedang menyapu halaman. Namun sayang, Amber tak menggubrisnya dan melenggang pergi. Bibik itu mengalihkan pandangannya pada Irene yang tengah berdiri diambang pintu dengan ekspresi yang tak bisa dibaca.
Selama perjalanan pulang Amber terus mencoba mengingat kejadian malam itu. Namun ingatannya hanya berhenti pada saat ia dan Irene memesan kamar mereka masing-masing, setelah itu semuanya buyar. Ia tak ingat sama sekali sampai pada pagi hari saat ia membuka mata dari tidurnya.
Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri karena kesal hingga para penumpang bus yang lain menatapnya aneh. Kekesalan Amber buyar saat ada telfon masuk dan membuat ponselnya berdering.
Amber hanya menatap layar ponselnya. Ia bingung apakah harus mengangkat telfon dari Krystal itu atau tidak. Sejak semalam ternyata Krystal mengiriminya beberapa sms dan pagi tadi menelfon sebanyak tiga kali.
Perasaan Amber kacau, karena merasa bersalah pada Krystal yang sedang berada jauh disana.
Amber membuka pintu kamarnya dengan kasar. Seharian ia mengurung dirinya di kamar dan mencoba membuat hipotesa tentang kejadian yang membuatnya stress itu.
~
Satu minggu lebih Amber tak masuk kuliah hanya untuk menghindari Irene. Selain itu sudah tiga hari ini ia menderita demam tinggi hingga tak bisa bergerak dari atas kasurnya.
"Apa kau sudah minum obat?"
"Eung, sudah." Jawab Amber lesu pada orang disebrang telfon.
"Jangan kebanyakan main dan istirahat. Kalau sakit begini yang susah kan kamu sendiri." Bentak Krystal.
"Iya maaf."
"Kenapa harus minta maaf padaku. Itu salahmu sendiri, minta maaf pada dirimu sendiri. Bukan padaku."
"Iya, kamu benar. Tak sepantasnya kau memaafkan diriku ini." Rancau Amber yang kesal pada dirinya sendiri.
"Ngomong apa sih kamu?! Sudahlah, minum obat dan tidur. Aku harus balik kerja, ada banyak hal yang belum selesai." Amber manatap layar ponselnya setelah Krystal menutup telfonnya.
"Aku berharap kamu ada disini, sama aku. Jadi aku tidak akan bisa berbuat hal-hal yang bodoh lagi. Aku butuh kamu bu guru." Lirih Amber menatap foto Krystal yang ia jadikan wallpaper di ponselnya.
~
Di taman kampus Universitas Seoul Luna dan Jonghyun mendiskusikan soal dosen pembimbing skripsi mereka yang super sibuk itu.
"Sampai kapan kita akan seperti ini? Aku pingin cepat lulus dan cari kerja." Kesal Luna membenturkan kepalanya di atas meja.
"Jangan begitu. Kau tahu sendiri kan sibuknya Prof. Kim itu seperti apa." Jonghyun bertopang dagu melihat Luna yang patah semangat.
"Aku benci dengan Prof. Han! Aku benci dengan semua koruptor itu. Karena mereka kita kena imbasnya. Membuat semua dosen harus mengcover jam yang mereka tinggalkan." Ucap Luna berapi-api saat mengangkat kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Teacher
FanfictionSuatu ketika hiduplah seorang anak laki-laki yang tampan nan mempesona. Dia merupakan putra tunggal konglomerat Korea Selatan yang memiliki sifat selengean, amburadul, susah diatur, dan pervert. Anak muda itu memiliki IQ yang tinggi, namun ia berpur...