Amber berjalan keluar restoran dengan keadaan bingung. Tangannya bergetar dan otaknya berhenti bekerja.
"Itu tidak mungkin.!" Hanya kalimat itu yang Amber gumamkan selama mondar mandir dipinggir jalan tempatnya berdiri sekarang ini.
Irene mengikuti Amber keluar restoran setelah membayar tagihannya. Irene melihat Amber yang sedang menunduk, mengacak rambutnya dipinggir jalan karena frustasi.
"Amber."
"Kau sedang bercanda kan? Noona, tolong katakan kalau ini hanya lelucon." Amber memegang pendak Irene dengan wajah cemasnya. Amber semakin kehilangan tenaga saat Irene mengatakan jika itu nyata.
"Bayi itu, apa benar bayiku?" Amber berbalik, kembali menatap Irene.
Tanpa menunggu lama sebuah tamparan keras jatuh di pipi kiri Amber.
"Kau boleh membuangku! Tapi tidak anakmu. Aku hanya melakukannya sekali, dan itu denganmu. Saat kita pergi bersama pada hari itu." Irene menatap Amber yang diam dan terlihat ketakutan.
"Usianya delapan minggu, aku hanya ingin kau tahu itu." Irene pun meninggalkan Amber yang masih mematung itu.
~
Krystal terlihat gusar memandang tumpukan kertas didepannya. Besok adalah hari penting bagi Krystal. Karena ia harus menghadapi empat orang yang akan menilai layak tidaknya ia mendapat beasiswa S2 di Stanford.
"Sejak kemarin dia kemana?" Gumam Krystal menatap nomor telfon Amber. Ia sudah menghilang dari hadapan Krystal sejak dua hari yang lalu, semua saluran komunikasi terputus. Krystal berniat mendatangi rumah Amber, tapi ia urungkan karena takut dengan Donghae, ayah Amber.
Akhirnya hari itu datang juga. Krystal datang lumayan pagi, meskipun jam presentasinya akan dilaksanakan pukul 11 siang.
Luna dan Jonghyun menemani Krystal yang kurang dari satu jam akan masuk ke dalam ruangan yang ada dihadapan mereka.
"Masih belum bisa dihubungi ya?"
"Mungkinkah dia marah padaku Lun? Apa dia tak mau bertemu denganku lagi?" Krystal terlihat mengkhawatirkan alasan dibalik menghilangnya Amber selama tiga hari itu.
Perhatian ketiga orang yang sedang berbincan itu beralih saat ada seorang pemuda yang mendekati kelompoknya.
"Dari mana saja kau?!" Pekik Krystal saat Amber berdiri didepannya.
"Maaf, aku harus ikut Ayah keluar negeri untuk urusan perusahaan." Jelas Amber kemudian menarik Krystal ke sebuah tempat yang cukup sepi untuk berbicara dengannya.
"20 menit lagi giliranku untuk masuk dan ujian. Kita mau kemana?" Amber tak menjawab pertanyaan Krystal dan menariknya menuju kesebuah lorong sepi yang tak jauh dari ruang ujian Krystal.
Tanpa basa-basi Amber langsung memeluk Krystal dan matanya mulai berkaca. Krystal yang bingung hanya diam dan membalas pelukan Amber.
"Kenapa?"
"Maaf."
"Untuk apa?"
"Maaf." Lagi, hanya kata itu yang keluar dari mulut Amber.
Krystal mengelus punggung Amber, memeluknya lebih erat dan membiarkan prianya itu menangis dalam pelukannya.
Krystal berpikir jika sikap aneh Amber adalah karena permasalahan beasiswa yang saat ini Krystal perjuangkan.
Irene mendatangi sebuah rumah sakit besar di Seoul seorang diri. Wajahnya terlihat gusar saat mengetuk salah satu pintu di RS itu. Seorang dokter muda dengan jas putih yang ia pakai menyambut kedatangan Irene dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Teacher
FanfictionSuatu ketika hiduplah seorang anak laki-laki yang tampan nan mempesona. Dia merupakan putra tunggal konglomerat Korea Selatan yang memiliki sifat selengean, amburadul, susah diatur, dan pervert. Anak muda itu memiliki IQ yang tinggi, namun ia berpur...