Laper

165 13 35
                                    

Gue masuk kamar sambil menggendong salah satu kucing kesayangan gue. Baru aja gue mau tiduran di atas kasur, tiba-tiba layar hp gue menyala, yang artinya pasti ada telpon masuk. Tanpa perlu melihat siapa yang nelpon, gue langsung main angkat aja.

"Halo kak niel!!" serunya dari ujung sana. Iya, dia totalitas banget menghubungi guenya. Bukan, bukan hanya dengan bermodal freecall, tapi dengan video call sekaligus.

"Iya apa?" gue membalas sapaannya dengan halus, lengkap dengan senyuman yang gue tunjukkan.

"Laper nih. Beliin kita bertiga makan dong?"

Bingo! Gue sudah sangat tau kalo tiga bocah —lebih tepatnya anak-anak sma— ini minta dibeliin makan.

"Lah kenapa nggak keluar aja sih? Kan ada sastra?" tanya gue halus, nggak bermaksud menolak dan nggak bermaksud mengiyakan permintaan mereka.

"Sastranya gak mau," kata satu-satunya adik cewek gue yang ada di antara mereka bertiga. Sedangkan yang bernama sastra cuma bisa nyengir bego ke arah kamera.

"Ya udah, tunggu aja ya. Kalian di rumah atha apa di rumah jung?"

"Rumah gue kak," sahut adik gue yang cewek, lagi.

"Oke-oke, gue ke sana abis beli makan ya."

Mereka cuma mengacungkan jempolnya kompak, lalu memutus panggilan secara sepihak. Sedetik kemudian, ada chat masuk lagi yang bunyinya, "Ajak kean juga kak!"

Gue hanya mendengus pasrah. Bukan, bukan gue gak mau beliin mereka makanan, tapi gue lagi mager aja. Ditambah lagi, ini hampir jam satu siang, ya panas lah. Tapi sebagai kakak yang baik, gue akan beliin mereka makanan. Dari pada mereka mati kelaparan cuma gara-gara gue gak beliin mereka makanan, kan malah tambah repot, iya gak?

Don't ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang