Newt menyalakan lilin yang tertancap di atas kue ulang tahun berbentuk lingkaran dengan diameter kecil yang sudah ia siapkan sejak kemarin. Ia lantas merapikan ikatan dasinya dan memasang senyum terbaik yang ia punya. Kakinya pun melangkah ke depan setelah merasa siap dengan kejutan kecil-kecilan untuk sang direktur utama di perusahaan milik ayahnya.
Tiba di depan pintu ruangan sang direktur utama, Newt mengangkat satu tangannya, membuat gerakan mengetuk sebanyak dua kali sebelum membuka pintu dan segera masuk ke dalam tanpa repot-repot menunggu izin dari sang empunya ruangan.
"Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday ... happy birthday ... happy birthday to you."
Lantunan lagu selama ulang tahun mengiringi langkah Newt yang tengah berjalan menghampiri seorang pria yang hanya berada beberapa tahun di bawah ayahnya. Seseorang yang dipercaya ayahnya untuk menempati posisi sebagai direktur utama sampai ia pantas menduduki posisi tersebut, setidaknya begitu menurut ayahnya walau Newt sendiri merasa bahwa ia sudah sangat pantas menjabat sebagai managing director.
"Selamat ulang tahun, Paman Dan!" seru Newt seraya meletakkan kue yang dibawanya di atas meja, masih dengan senyum termanis yang ia miliki.
Dan mendengus pendek sembari membuka kacamata yang bertengger di wajahnya. Tatapannya kemudian mengarah pada Newt berbarengan dengan senyum miring yang terlihat seperti sedang mengejek.
"Jadi, di hari ulang tahunku ini kau masih berharap kalau aku segera pensiun dari jabatanku dan memberi kursi ini kepadamu? Begitu, Newt Hamilton?"
Bibir Newt tertarik ke atas, menyengir lebar sampai menampakkan deretan giginya. "Paman sangat mengerti aku. Ayo, make a wish, Paman. Mintalah agar Papa segera memecatmu." Tanpa tahu sopan santun, ia mengatakan kalimat itu sambil mendorong kue tersebut agar lebih dekat dengan Dan.
Dan terkekeh pelan, tidak merasa tersinggung sama sekali sebab ia sudah sering menerima sifat Newt yang seperti itu. Pria dewasa yang masih ia anggap sebagai bocah nakal itu memang selalu bersikap seperti itu kepadanya.
"Aku juga sebenarnya sudah ingin pensiun, Newt." Dan meniup lilin yang ada di atas kue tanpa melakukan permohonan sama sekali. Setelahnya, ia kembali melanjutkan ucapannya. "Cucuku sudah dua dan aku sangat ingin bermain dengan cucuku, tetapi Papamu masih membutuhkanku di sini."
Newt mendesah panjang lantas mengambil duduk di hadapan Dan dengan tatapan nelangsanya. "Apa yang sebenarnya Papa tunggu lagi, Paman? Teman-temanku bahkan sudah menjadi managing director di usia dua puluhan. Sementara aku masih saja menjadi wakil direktur di umurku yang sudah kepala tiga ini."
"Kau sangat tahu apa yang kedua orang tuamu inginkan, Newt. Mereka ingin kau membenahi dirimu terlebih dahulu. Kau terlalu banyak bermain. Bahkan, skandal yang kau buat sudah tak terhitung lagi banyaknya. Dan ingat, Newt, kau sudah memiliki anak dari kekasihmu sebelum Louisa."
"Itu bukan anakku, Paman."
Dan berdecak pelan lalu bersandar pada kursinya. "Benahi dulu dirimu, Newt. Jadilah contoh yang baik saat kau sudah menduduki kursi ini nantinya."
Newt memijit pangkal hidungnya, merasa lelah karena posisi tersebut sangat sulit didapatnya. Ia tahu kalau ayahnya akan mewarisi perusahan ini hanya kepadanya sebab kedua adik lelakinya tak memiliki jiwa sebagai seorang pebisnis. Begitu pula dengan kedua adik perempuannya yang lebih senang dengan kegemaran mereka masing-masing.
Pada akhirnya, Newt hanya bisa pasrah dan kembali menunggu sang ayah menyerahkan posisi sebagai managing director kepadanya. Paman Dan juga sepertinya tak bisa diajak bekerja sama karena pria itu begitu setia dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Bride
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Newt Hamilton, seseorang yang digadang-gadang akan mewarisi kekayaan ayahnya yang begitu berlimpah. Akan tetapi, sifatnya yang arogan membuat sang ayah belum mau memberikan semua kekayaan yang telah dirintisnya mulai d...