11. Diam-diam Perhatian

2.5K 145 0
                                    

Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin kalau aku ada salah sama pembaca sekalian...
Malam raya nih...
Gimana? Pasti bajunya baru semua nih besok.. hehe..
Okedeh, nggak usah banyak bacot akunya.
Nih langsung aja baca, itung-itung hadiah raya, makanya aku apdet cepet.
Jangan lupa vote dan comment yaaa...
Daahh

~Firda~
_

___________________

Rintik hujan mengguyur Jakarta pagi ini. Walaupun tidak deras, tapi itu masih cukup membuat basah kalau masih nekat menerobos hujan.

Dan karena itu pula, rasa dingin mulai menyelimuti lingkungan. Banyak orang yang terlihat memakai jaket untuk menghalangi rasa dingin yang mulai menusuk kulit itu.

Termasuk Siska dan Sinta yang terlihat memakai kardigan kembaran berwarna biru langit. warna kesukaan Siska.

Ya, pagi ini mereka diantar oleh sang ayah karena hujan masih mengguyur. Sudah tau bukan alasan mereka memakai kardigan kembaran itu? Ini masih pagi, dan mereka tidak mau mendapat kultum dadakan dari Andre.

Lagipula, rasa dingin yang menyeruak menyusup kulit mereka membuat mereka tak lagi berniat menolak untuk tidak memakainya. Persetan dengan reaksi anak-anak satu sekolah nantinya. Mereka tidak peduli.

-
Beralih pada Alden. Saat ini ia masih berjalan menyusuri koridor dengan tangan yang mengacak-acak rambutnya yang sedikit basah oleh ulah air yang jatuh dari langit itu.

Dan itu membuat para kaum hawa yang melihatnya memekik kegirangan. Tadi, ia menerobos hujan dari parkiran menuju gedung sekolah. Walaupun jaraknya tak jauh, tetapi buktinya rambut itu tetap basah juga.

Sementara dari kejauhan, Alden bisa melihat punggung Alno yang berjalan jauh di depannya. Sepertinya, Alno juga baru saja sampai. Hanya saja, sedikit lebih cepat darinya.

Alden masih tetap berjalan santai tanpa berniat memanggil Alno untuk menunggunya. Tentu saja dengan tangannya yang masih belum berhenti mengurus rambutnya agar sedikit kering.

-

"Waaahhh... sumpah demi apa? Gue nggak salah liat kan?"

"Kesambet apaan lo bedua?"

"Gila, gila! Si kembar udah akur nih ceritanya?"

"Cieee bajunya kembaran. Udah baikan nih pasti"

Ya, benar sekali. Itulah respon yang di terima si kembar dari teman sekelas mereka yang heboh itu. Padahal waktu tadi Siska masuk duluan biasa saja. Tapi begitu Sinta masuk tak lama setelahnya, penghuni kelas mulai menggila begitu melihat apa yang dipakai si kembar pagi ini.

Tentu saja itu menggemparkan seisi kelas. Kecuali empat pengikut setia si kembar pastinya.

Mereka sudah pernah melihat yang lebih dari ini, jadi kali ini sudah tak membuat mereka kaget lagi. Toh sikap mereka masih sama, masih acuh.

Coba saja anak-anak yang lain tau bagaimana kelakuan si kembar kalau sedang berada di depan orang tua mereka. Pasti tidak akan ada yang percaya dengan sikap bunglon mereka itu.

"Berisik lo semua!", ucap Sinta kesal karena mereka tak kunjung berhenti bicara tentangnya. Bahkan teman-teman yang duduk berdekatan dengannya masih saja bertanya apakah benar dia baikan dengan Siska atau tidak.

"Wah wah wah... pagi-pagi udah drama aja lo bedua. Hebat", cibir Shasha menatap sinis keduanya secara bergantian. Sinta memutar bola matanya jengah, sementara Siska tak menggubris sama sekali.

Kembar yang Dikembar-kembarkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang