Bab 1

10.4K 552 38
                                    

"Kamu mau tahu salah satu hal yang paling aku syukuri di dunia ini? Yaitu adalah berhasil menemukanmu diantara triliunan mutiara di bumi."

※※※※※

Tak seperti biasanya gumpalan demi gumpalan terlihat begitu kompak hari ini. Saling berkumpul dan mendekat. Membentuk segerombolan pasukan yang lebih mirip dengan permen kapas yang sering diminta oleh anak-anak di pasar malam.

Gerombolan itu memenuhi langit hingga tak membiarkan sang surya ikut memamerkan sinarnya yang cukup membuat kulit menggelap. Alhasil, pagi ini tak secerah biasanya.

Semua saling bahu membahu membuat pagi ini lebih muram dari biasanya. Bahkan angin pun turut memeriahkan pagi ini dengan hembusannya yang cukup kuat. Cukup kuat hingga mampu menerbangkan beberapa dedaunan hingga mengenai wajah orang-orang yang memenuhi jalan.

Sepertinya akan turun hujan. Namun sudah sejak beberapa menit yang lalu, gerombolan awan itu masih enggan untuk menurunkan hujan. Mungkin mereka masih sibuk berkumpul dan membicarakan hal lain.

Suasana pagi ini sangat mendukung untuk bermalas-malasan di rumah. Duduk di atas ranjang dengan ditemani semangkuk mie instan kuah hangat dan secangkir teh manis yang nikmat. Sambil mendengarkan musik yang lembut dan membaca novel yang membuat baper berhari-hari.

Tapi memang kenyataan tak selamanya akan sama dengan ekspektasi. Nyatanya jalanan ibukota masih saja padat dipenuhi oleh orang-orang yang harus berjuang demi membahagiakan keluarganya. Merupakan hal yang biasa terjadi.

Tapi pagi ini ada hal yang menarik. Lebih menarik dari sekedar menonton orang berlomba 17 an ataupun video eta terangkanlah yang sedang digandrungi oleh banyak kalangan. Sekumpulan manusia itu lebih membentuk sebuah lingkaran tengah memperhatikan sesuatu yang menarik di sana.

Sebuah kejadian yang baru saja mampu menarik perhatian beberapa orang di sana. Seorang nenek tak henti-hentinya mencium kening seorang anak lelaki berseragam SMA. Bukan! Itu bukanlah nenek yang ramai di perbincangkan di berbagai sosial media. Tapi nenek itu baru saja diselamatkan oleh bocah itu.

Hampir saja nyawa nenek dan cucunya yang masih berusia balita itu terenggut oleh sebuah mobil yang tiba-tiba saja melaju kencang dan hampir menabrak tubuh mereka jika tidak diselamatkan terlebih dahulu oleh bocah lelaki itu.

"Nak, terima kasih. Terima kasih banyak. Nenek gak tau lagi kalau gak ada kamu," ujar nenek itu sambil memeluk bocah itu.

"I..iya nek. Gak papa. Yang penting nenek sama adek kecil selamat," ujarnya sembari menunduk untuk mengelus puncak kepala anak balita yang sedari tadi menatapnya bingung dan sedikit shock.

"Pokoknya nenek benar-benar ter—" ucapan sang nenek terpotong kala ia melihat baju yang berwarna putih itu kini terdapat robekan panjang di area pinggang sebelah kirinya serta bercak kemerahan disana. "Ya Ampun, nak. Kamu berdarah!"

Anak lelaki itu segera menoleh ke arah pandangan mata sang nenek dan benar saja ia mendapati sebuah luka goresan disana. Tidak terlalu dalam, namun mampu membuatnya kehilangan darah yang cukup banyak. Ia meringis menahan rasa perih yang baru saja terasa menjalar di piggangnya.

Dengan cekatan, ia mengambil sebuah handuk kecil dari dalam tasnya dan menekan area tersebut supaya dapat menghentikan pendarahannya untuk sementara waktu.

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang