Chapter 8 (END)

2.4K 159 24
                                    

-Mikasa POV-



Pulang? Pulang adalah pergi ke rumah atau kembali ke tempat asal. Baiklah, abaikan yang tadi. Apapun itu, hari ini aku harus bersiap-siap sekali untuk kembali menyambut bunga sakura di negeriku dan kembali berinteraksi dengan bahasa yang telah menjadi darah dagingku.

Tepat pukul 8 pagi, aku sudah berpakaian rapi dan bergegas untuk check out dari hotel.

"Tidak mau mengabadikan moment dulu nih di kamar ini? untuk yang terakhir kalinya." cetus Armin yang langsung mengeluarkan kameranya dan disusul oleh gaya siap berfoto Eren.

"Oh yang benar saja." aku memasang gaya paling simpel, peace sign di jari dan sunggingan kecil pada ujung bibirku yang berniat tersenyum tapi justru terlihat seperti menyeringai.

Setelah berfoto-foto di kamar, aku langsung membuka pintu kamar sambil menyeret tas ku yang beratnya tidak perlu ditanyakan, tapi rasa berat itu terasa ringan sekali saat melihat sosok yang tidak terlalu tinggi itu berdiri menyilangkan tangannya dan menatapku, Levi.

"Bukannya seharusnya kau standby di kantormu dan menanti pemimpin DSC?" sahutku yang tidak sama sekali terpukau dengan kehadirannya yang ingin berkesan romantis itu.

"Aku ingin mengantarmu ke bandara."

"Kami akan memesan taksi."

"Kau yakin?"

"Ya.."

Terkadang Levi yang baik hati dan perhatian itu justru lebih menyebalkan daripada Levi yang kasar dan membuat emosi, tapi yasudahlah.

Aku langsung menuju ke lantai bawah untuk memanjakan perutku yang lapar ini.

"Good morning!" teriak seseorang yang menyambut kehadiran kami di lantai bawah.

"Hanji.." bahkan tanpa Levi melihat wajahnya, Levi sudah tau kalau itu adalah teman gilanya.

"Levi, Erwin sudah menyiapkan mobilnya untuk mengantar Mikasa dan kedua teman imutnya ini ke bandara." seru Hanji ricuh sambil menyubit pipi Eren dan Armin.

Levi menatapku dan menyeringai penuh kepuasan.

"Baiklah." bisikku pada Levi, lagi-lagi ia memasang wajah seringai seperti penjahat.

"Sarapan di bandara saja ya." bisiknya lagi.

Kenapa tiba-tiba ia jadi menyebalkan seperti ini?

Belum lama kami berdrama, mobil BMW Erwin-san sudah parkir tepat di depan hotel. Ia menghampiri kami dan membawa tasku dan tas Eren Armin ke bagasi mobilnya itu, bahkan ia langsung membukakan pintu belakang mobil untuk kami segera masuk.

"Sugoiii.." seru Armin dan Eren setelah memasuki mobil BMW yang selalu wangi baru dan bersih itu.

"Kalian berdua duduk di depan." omel Levi dan menarik mereka berdua keluar dari bangku belakang.

"Seperti ini?" ucap Eren yang terlihat bingung dengan posisi duduknya itu.

Ya.. karena mereka berdua duduk di depan, Eren terpaksa harus memangku Armin seperti anak kecil. Terlihat bodoh sih, hehe.. tapi tidak masalah kalau mereka yang melakukannya. Levi pun duduk disebelahku dengan wajah penuh kemenangan itu.

"Kau baru saja membully kedua temanku, pendek!" omelku, tapi Levi menjulurkan lidahnya tanda tidak peduli. Huh! ingin sekali aku mengacak-acak rambutnya itu.

Beberapa detik setelah Levi menutup pintu mobil, Erwin-san langsung menginjak kuat gas sehingga kami hampir saja terlempar ke belakang, untung saja pinggang Armin ditahan dengan tangan Eren, jadi tidak ada korban luka-luka di mobil ini. Kecepatan mobil BMW Erwin-san ini bisa ku akui tidak dapat ditandingi dengan mobil lainnya, tapi teoriku ini salah total saat ku lihat Hanji mengendarai sepeda motor BMW dengan kecepatan penuh yang hampir menyamai mobil BMW Erwin-san, Astaga.. nama BMW ternyata sudah muncul dimana-mana, kenapa tidak sekalian saja ada mini bus BMW.

Ashen LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang