Prolog

11.8K 649 25
                                    

"Jadi, lo mau green tea atau vanilla?"

"Gue maunya lo!" sahut cowok berambut sedikit panjang hingga menutupi setengah daun telinganya.

"Apaan sih? Gak lucu tau gak?" ujar seorang cewek yang tengah duduk di hadapannya. Kedua bola matanya bergerak kesana kemari sembari menimang-nimang kue apa yang hendak ia makan hari ini.

"Gue serius," ucap sang cowok meyakinkan kepada lawan bicaranya supaya memperhatikannya.

Kedua mata cewek berambut panjang itu kini menatap malas ke arah cowok di depannya. Ia melipat kedua tangannya di atas meja. Menumpukan atensi sepenuhnya terhadap cowok di depannya. "Mau lo apa?"

"Berapa kali gue bilang, kalo gue mau lo."

Sang cewek kembali menghela napasnya kasar dan menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursinya. Kedua matanya kini sudah teralihkan pada titik air hujan yang mengalir di kaca besar yang terletak tepat di sebelahnya. Ia sama sekali berusaha menghindari tatapan mata tajam namun juga terlihat lembut di depannya itu.

"Kalau gitu, ajarin gue."

Mendengar hal itu, cewek itu kembali menoleh ke arah sang cowok dan menatapnya bingung. Ia menaikkan sebelah alisnya, tanda bahwa ia menuntut sebuah penjelasan.

Cowok itu kembali tersenyum. Sebuah senyum cerah yang sebenarnya sangat ditunggu olehnya sejak dulu.

"Ajarin gue cuek sama perasaan gue sendiri. Dan gue akan ajarin lo gimana rasanya tahan sakit hati setiap harinya. Gimana?"

"Maksud lo?"

Cowok itu tersenyum dan mengacak rambut cewek itu. "Karena kita akan sama-sama butuh itu."

Dan dia pun pergi tanpa memerdulikan tubuhnya yang terguyur hujan. Sosok berhati tulus itu kini benar-benar menghilang di balik derasnya hujan.

⚫⚫⚫

I just wanna say, Sorry guys!

Pas aku cek lagi story ini, ternyata ada satu part yang terlewatkan hahaha

Hehehehe maaf yaa maaf yaa semuaaa :*

Hope you'll like it^^

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang