Ia menatap dirinya di depan cermin. Beberapa kali ia lihat sosok itu seperti murid biasa lainnya. Memakai seragam sekolah lengkap dengan atribut lainnya. Tetapi baginya, ini terasa menyenangkan.
Katanya sekolah itu menyebalkan, penuh dengan tumpukan tugas. Tetapi, bagi Bilha, sekolah itu menyenangkan. Bertemu dengan banyak teman. Bahkan, penuh dengan masa kekonyolan. Seperti suka sama seseorang.
Benar-benar konyol.
Selama ini, ia hanya melakukan pembelajaran di rumah. home schooling. Membuatnya ia seperti seorang remaja penyendiri. Pemurung dan pendiam. Nyatanya berbeda. Karena kejadian itu membuat bunda tak punya pilihan selain mencari pengajar Bilha di rumah.
Ia tau, kejadian itu benar-benar membuatnya stress, syok dan trauma.
Tetapi, ia juga ingin bebas. Ia ingin tau kehidupan dunia luar.
Meskipun harus ada luka yang mungkin menyakitinya. Atau mungkin sudah menyakitinya?!
Yang jelas, Bilha ingin kehidupan normal remaja lainnya. Pergi dan pulang sekolah. Belajar dengan teman. Atau pun menghabiskan waktu diluar rumah dengan beberapa teman.
Setidaknya, ia tak harus berada disamping Ziko. Ia butuh orang lain untuk pengganti Ziko jika saja Ziko benar-benar meninggalkannya.
"Bilha buruan, udah siang. Ntar telat loo." Teriak bundanya dari bawah.
Bilha tau, ia terlalu lama di depan cermin. Ia harus menepiskan rasa cemas itu. Ia harus bisa melangkah. Melupakan adalah salah satu jalan untuk membuatnya bangkit.
"Iya bunda, Bilha udah siap." teriaknya juga.
***
Sesuatu yang amat mustahil. Seorang Ziko datang ke sekolah pagi-pagi sekali.
Apalagi saat suasana di kelas masih kosong. Ia justru jadi orang pertama yang datang.
Benar-benar mustahil.
Tapi, hari ini, hari senin saat murid bercepat ingin datang karena takut telat datang upacara, ia justru datang cepat untuk merencanaka sesuatu.
Setelah meletakkan tasnya di kelas, Ziko keluar dengan membawa kantong hitam berukuran besar. Tujuannya tak lain adalah atap sekolah. Keinginannya begitu kuat agar rencananya sukses.
Tentu saja rencana untuk membuatnya masuk dalam ruang BK nantinya.
Tapi tak ia perdulikan.
Setelah memasang spanduk yang cukup panjang. Spanduk itu masih dilipatnya sehingga tulisannya itu tak terlihat. Ada beberapa rangkaian kata yang bakalan membuat heboh suasana di lapangan. Khususnya saat upacara berlangsung.
Tentu saja bukan hanya memasang spanduk rencananya.
Ziko mengeluarkan ponselnya untuk memanggil orang itu datang tepat waktu dan mengikuti upacara dengan tertib.
Ziko : Buat kehebohan di lapangan, gue kasih elo 200rebu.
Kirim Ziko yang jelas akan senang hati di terima orang itu.
Keylo : Beres.
Balasnya.
Kini ia melanjutkan rencana selanjutnya seraya menunggu para murid dan guru bersiap di lapangan dan memulai upcara.
***
Bilha langsung berbaris di lapangan dengan barisan yang akan menjadi kelasnya. Seusai menyelesaikan pendaftaran ulang di kantor, ia langsung disuruh mengikuti kegiatan upacara. Bahkan guru langsung membawanya ke barisan dari beberapa calon temannya yang sudah berbaris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling
Teen FictionTentang rasa yang terikat pada takdir. *** By vebia Highest rank #26 melupakan Highest rank #7 musibah