Last

Yumna & Fannan:

Selama ini, kami selalu mengharapkan satu sama lain. Pada akhirnya, kisah kami usai sampai di sini.

Menjadi orang yang menahan perasaannya tidak akan pernah merasa senang. Yang ada, orang itu merasa selalu tertekan atau sesak ketika melihat orang yang disayang bersama orang lain.

Kami pun begitu. Namun, sesak yang kami rasakan, berakhir bahagia. Seperti yang sangat kami harapkan sejak dulu.

Seandainya kami tahu perasaan masing-masing sejak dulu, mungkin kami tidak akan tersiksa seperti waktu itu.

Kali ini, kami menggapai cinta dan cita-cita secara bersamaan. Kebahagiaan yang kami miliki sudah lebih dari cukup.

Kini, kami tahu. Bahwa tidak selamanya masa depan ada di depan. Melainkan, masa depan bisa juga berada di masa lalu–di tempat yang pernah dilewati dan ditinggalkan.

Kini, kami bahagia.

Bersama bagian masa lalu kami.

Dan itu tidak pernah buruk.

***

YUMNA:

Hari ini adalah momen yang paling mendebarkan dalam hidupku. Hari ini, aku resmi menjadi istri seorang Fannan Rizkiardi.

Setelah menyelesaikan kuliahku, Fannan melamarku dan setahun kemudiannya, ia menikahiku. Tepat hari ini.

Di pelaminan ini, aku tersenyum bahagia bersamanya. Menyalami para tamu sambil berdiri mengucap terimakasih kepada mereka yang telah memberikan doa-doa terbaik untuk kami.

Saat ini, kebahagiaan kami ada pada puncaknya.

"Woy! Gila udah nikah aja, bro, sist!" Ah, suara itu. Si tengil yang pernah menipuku–Erick. Dia membawa serta kekasihnya untuk menghadiri pernikahan kami.

Setelah bersalaman dengan Erick dan kekasihnya, kami berfoto bersama.

Setelahnya, Fannan tersenyum kepadaku.

"Akhirnya, ya, Na."

Kemudian, ia mengecup dahiku.

Hangat langsung menjalar di seluruh tubuhku.

Dan aku langsung memeluknya dengan perasaan yang sangat bahagia.

Sampai-sampai lupa kalau kami sedang berada di pelaminan, dan semua tamu sudah mengantre untuk memberikan terimakasih.

Aku, Yumna Radhita, sedang, dan selalu sangat-sangat bahagia.

T A M A T