Gadis bertubuh mungil itu memeluk beberapa buku yang berukuran cukup besar, sesekali berdehem ketika melihat Yasmin berjalan kearahnya.
"Kau cantik sekali, Yasmin!" puji Kathe dengan riang.
"Ayolah jangan mengejekku, ini pertama kalinya aku menggunakan lipstik." Yasmin tidak yakin apakah mengikuti saran Kathe agar menggunakan lipstik adalah pilihan yang tepat.
"Tenanglah, kau terlihat sangat cantik walau hanya memakai lipstik." Kathe menggandeng tangan Yasmin agar gadis berjilbab itu tidak berubah fikiran dan menghapus jilbabnya.
"Kita akan terlambat. Lagipula buku-buku ini sangatlah berat. Ah, kenapa hanya aku yang ditugaskan membawa buku-buku seberat ini? Kapan pegawai baru akan didapatkan? Kuharap dia seorang pria tampan."
Keduanya berjalan berdampingan menuju stasiun bawah tanah, menunggu kereta yang akan membawa mereka ke tempat bekerja.
Kathe memakai Jeans berwarna dark blue dengan dua buah sobekan di lututnya. Kemeja santai berwarna merah ia gunakan hari ini, agar nampak cerah, begitulah katanya. Dengan kacamata berbentuk bulat yang membuatnya terlihat lucu. Tak lupa ia mengikat rambutnya tinggi-tinggi.
Sementara Yasmin, dengan gamis longgar yang membuatnya nampak tenggam. Kiranya, menuruti ucapan Kathe yang menyuruhnya memakai lipstik adalah ide buruk. Pasti nampak seperti diolesi buah cerry, begitulah fikirnya.
Jilbab Pashmina panjang menjuntai hampar menyentuh pinggangnya. Hari pertama bekerja, tidak boleh terlambat.
"Kapan mereka akan menambah keretanya? Selalu saja seperti ini." Kathe menggerutu kesal, pasti karena buku-buku yang ia bawa begitu berat.
"Berikan sebagian buku itu padaku, agar kau tidak merasa terlalu berat." Ujar Yasmin.
"Ah, tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri." Tolak Kathe cepat.
"Cepatlaaah ... Nanti aku bisa terlambat."
Disebelahnya, Yasmin tertawa geli karena ulah sahabatnya itu. Terburu-buru, ceroboh dan cerewet.
Tapi, Kathe selalu marah jika Yasmin mengatakan padanya perihal dirinya itu.
"Uhmm ... Katherine?"
"Yes?"
"Aku tidak tahu bagaimana pekerjaanku nantinya. Maksudku, aku juga tidak bisa melupakan hobiku dalam dunia tulis menulis."
"Tenanglah, itu tidak akan mengganggu semuanya. Lagipula, kau hanya bekerja di toko bunga dan itu pasti akan memberikanmu banyak inspirasi untuk menulis."
Ketika keretanya datang, Kathe dengan cepat menarik tangan Yasmin untuk masuk kedalam kereta. Dan memilih tempat duduk yang strategis.
"Kuharap demikian."
"Yasmin, Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Kathe menyebutkan kata-katanya dengan sangat hati-hati.
"Katakanlah."
"Uhmmm ... Apakah kau pernah jatuh cinta?" rasanya Kathe mengusapkannya dengan sangat hati-hati dan perlahan. Bahkan, nyaris tidak terdengar.
"Belum. Memangnya kenapa?"
"Benarkah? Ah, aku tidak percaya. Tapi, Yasmin, apakah kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama?"
"Tidak. Aku tidak mempercayainya."
Yasmin terdiam ketika melihat beberapa orang didepannya sedang menatap kearah mereka dengan tajam. Kathe yang sadar jika mereka menjadi perhatian publik segera mengambil tindakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamilia
Teen FictionIni tentang seorang Yasmin Kamilia, seorang gadis Palestina yang berhasil menyeludup masuk ke London ketika konflik antar Israel - Palestina tak kunjung usai hingga menewaskan Ayah, Ibu, dan tiga saudara perempuannya. yang hanya menyisahkan dirinya...