Kenapa harus memberi harapan padahal tidak mencintai?
Kau yang memulai
Aku yang berjuang
Lantas kau yang mengakhiri
Bukankah itu tidak adil?🍃🍃🍃
Kegelisahan melanda seorang cowok keturunan Perancis. Beberapa kali ia mencoba untuk memaksakan diri agar bisa tidur. Telah berbagai cara ia laku kan, seperti menghitung bintang, meminum susu, melaku kan kegiatan yang menyebabkan tubuhnya lelah, dan berbagai cara untuk membuat matanya tertutup.
Guling kanan, guling kiri, duduk, berbaring lagi, tengkurap, dan menenggelamkan kepalanya di bawah bantal. Entah kenapa ia merasa gelisah malam ini.
Ia kemudian melirik jam yang berada di dinding kamarnya yang berwarna putih. Sudah pukul 11.00 malam. Ia kemudian mengecheck ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Tidak ada satupun pesan, tak ada pula satupun panggilan.
Dia, Davin bingung kenapa ia sangat mengharapkan seseorang untuk menelponnya atau hanya sekedar memberi kabar untuknya. Apakah dia baik-baik saja, sudah pulang, atau sudah makan. Davin ingin tahu semua kegiatan yang dilakukan gadis itu ketika tidak bersama dengannya.
Helaan nafas lelah dihembuskannya untuk yang kesekian kalinya. Raut kecewapun tercetak jelas di wajahnya, nyatanya dia memang tidak menganggapnya penting.
Ia meletakkan kembali ponsel itu ke atas nakas dan berbaring kembali. Bedanya, kali ini ia tidak guling-gulingan seperti tadi. Ia hanya menatap lurus ke arah langit-langit kamar apartement mewahnya.
Cukup lama ia memandangi langit-langit kamarnya, terdengar dering panggilan dari ponselnya. Dengan gerakan cepat, ia langsung menyambar ponselnya. Senyumnya mengembang kala nama 'Thalia' tertera di sana. Tanpa fikir panjang, ia langsung mengangkat panggilannya.
Sebelumnya, ia juga berdeham dulu. Mengingat chat terakhir yang dikirimkannya pada Thalia adalah ia terlihat marah. Dan kali ini, Davin akan berpura-pura masih marah.
"Ha—"
"Bisa jemput aku di Taman dekat rumah Amel?"
Suara Thalia terdengar seperti sudah menangis. Davin menjadi panik dong.
"Lo—"
"Aku tunggu. Cepet ya? Aku pengen cepet pulang."
"Ta—"
Tuuuttt tuuuutttt
Sambungan terputus. Sebenarnya diputus secara sepihak sih oleh Thalia. Davin langsung bangkit dari posisinya. Ia menyambar jaket, dan kunci mobil.
"Tunggu aku Lia."
🍃🍃🍃
Tatapan penuh kekecewaan dan kebencian terlihat jelas dari mata seorang gadis yang kini tengah menahan tangisnya. Sedangkan cowok yang ditatapnya, kini pandangannya menjadi teralih akibat tamparan yang cukup keras.
Semua orang yang menonton hanya bisa memekik tertahan kala melihat Axal ditampar keras oleh seorang wanita. Bahkan mamanya Axal menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Amelia menatap marah ke arah Thalia.
"Heh! Punya hak apa kamu nampar tunangan orang?!" Ucap Amelia dengan nada tidak suka seraya mendorong bahu Thalia kasar.
Thalia yang moodnya sudah lebih dari jelekpun menatap tajam Amelia. Amelia sedikit ciut melihat tatapan tajam Thalia, kali ini Thalia memang benar-benar marah. Namun gengsinya mengalahkan rasa takut itu, Amelia menatap sinis Thalia seakan ia menantang Thalia.
"JANGAN IKUT CAMPUR ATAU MULUT KAMU AKU ROBEK!" Teriak Thalia penuh kemarahan. Kini Amelia bungkam, nyalinya seketika menciut.
Thalia kembali menatap Axal yang kini telah menatapnya kembali. Tidak bisa dipungkiri, kini air mata itu sudah tergenang di pelupuk mata Thalia, membuat pandangannya sedikit memburam.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away ✔✔✔
Novela JuvenilMencintaimu adalah hal yang paling menyakitkan. Setiap hari aku selalu membayangkanmu dan menangis, tanpamu aku tidak bisa melakukan apapun. Aku selalu mengawasimu dari kejauhan. Seperti angin dan debu, yang tak bisa ku tangkap walau kau sedekat nad...