CHAPTER 15 : For a God Sake!

16 1 0
                                    

Sepulang dari berlatih, Alea meminta Hans mengantarkannya ke Rumah Sakit tempat Erilyn dirawat. Beruntung letak Rumah Sakit tidak jauh dari kolam renang, hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai kesana.

Hans juga merasa khawatir dengan kondisi kakak Clark. Meskipun ia tidak pernah mengenalnya, tapi percobaan bunuh diri itu bukan hal main-main. Hans bertanya alasan apa yang sekiranya membuat Erilyn melakukan hal itu, namun Alea hanya menjelaskan garis besarnya.

Sesampainya dipelataran parkir mobil, Hans menyuruh Alea untuk turun terlebih dahulu untuk menemui Clark. Mendengar hal itu Alea langsung turun dari mobil yang berlari masuk kedalam Rumah Sakit. Alea menemui resepsionis untuk menanyakan ruangan tempat Erilyn dirawat, kemudian Alea kembali berlari menuju ruangan rawat inap Erilyn.

Alea tidak terlalu suka berada di Rumah Sakit. Bau alkohol yang tersebar diseluruh ruangan, dinding rumah sakit yang tampak putih pucat, dan puluhan pasien diruang tunggu membuat Rumah Sakit terlihat mengerikan. Beberapa tahun lalu, Alea pernah mengalami gejala Demam Berdarah. Tapi ia bersikeras meminta rawat jalan dirumah dibandingkan harus tertidur lemas di Rumah Sakit. Beruntung orangtua dan dokter Rumah Sakit menyetujuinya, dengan syarat orangtua Alea harus membawa suster dari Rumah Sakit untuk mengontrol perkembangan kesehatan Alea. Sejak itu juga, Alea berjanji untuk tidak sakit lagi dan memilih hidup sehat dengan mengurangi fastfood dan memperbanyak makan sayur dan buah.

Dilorong menuju kamar Erilyn, Alea melambatkan langkahnya. Ia melihat Clark sedang bersitegang dengan kedua orangtuanya. Ia bisa melihat tatapan murka dari kedua mata Clark. Sedangkan Emily hanya bisa menangis dan Anthony tertunduk lemas tidak berdaya.

"Jika sampai Erilyn tidak sadarkan diri atau meninggal, seumur hidup saya akan menyalahkan kalian!" kalimat itu yang terakhir ia dengar dari Clark. Sahabatnya itu mengucapkannya dengan setengah berteriak dan menatap kedua orangtuanya penuh amarah. Ekspresi kebencian terlihat sangat jelas dikedua mata Clark. Bahkan Alea sendiri tidak pernah melihat Clark semarah dan semurka itu.

Alea menutup mulut tidak percaya dengan apa yang diucapkan Clark pada kedua orangtuanya. Selama ini Clark tidak pernah, mengumpat, berkata kasar atau terlihat murka seperti saat ini. Clark yang ia lihat saat ini seperti sosok yang sedang meluapkan segala perasaannya. Kesedihan, kebencian, kemarahan dan kekecewaan yang selama ini sudah ia simpan rapat-rapat.

Alea masih terdiam ketika Clark mulai berjalan menjauh dari hadapan kedua orangtuanya. Tapi ketika Clark melihat Alea, ia hanya berjalan mengacuhkan Alea.

Sekejap Alea merasa nyeri dihatinya melihat Clark mengacuhkannya, bahkan berpura-pura tidak melihat Alea. Ia ingin menangis, tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hatinya. Clark lebih membutuhkan dukungan daripada dirinya.

"Clark! Diam disitu!" ucap Alea setengah berteriak. Clark berhenti, kepalanya menunduk. Alea melihat pundak sahabatnya berguncang kecil. Ia tahu kalau sahabatnya sedang menangis. Alea berlari menyusul Clark dan memeluknya dari belakang. Yang bisa dilakukan Alea hanyalah berusaha menenangkannya.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku Clark tentang apa yang terjadi?" Alea menangis. Air matanya membasahi kaus The Beattles milik Clark. Dibalik badan Clark, Alea tahu bahwa saat ini Clark masih berusaha menahan perasaan sedih dan tangisannya.

"Menangis saja Clark, setiap air matamu akan mengeluarkan kesedihan didalam hatimu. Aku disini Clark, aku akan selalu disini sampai semuanya jauh lebih baik. Dan aku mohon jangan acuhkan aku," Alea berkata dengan suara terisak.

Clark juga mulai menangis. Bahunya terguncang kencang, sesekali ia mengusap airmatanya. Tapi airmata tetap saja berjatuhan membasahi pipinya. Merasa tidak bisa menahan emosinya, Clark membalikkan badan dan memeluk Alea erat-erat. Keduanya menangis sejadi-jadinya. Kali ini Alea harus terlihat lebih tegar daripada Clark. Alea mengusap punggung Clark yang masih sesenggukan. Bahasa tubuh Alea terbaca oleh Clark. Yang berusaha dikatakan oleh Alea adalah meyakinkan Clark bahwa semuanya akan baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena itu Clark semakin membenamkan kepalanya dipundak Alea dan memeluknya lebih erat.

Setelah beberapa lama, Alea merasakan bahwa Clark sedikit lebih tenang. Tapi Clark masih memeluknya, seolah kedamaian hanya dapat ia temukan didalam pelukan Alea.

"Mengapa kamu tidak menceritakan apapun kepadaku Clark? Apa aku sudah tidak bernilai buat kamu?" Alea mulai mengulangi pertanyaannya. Ia merasakan Clark menggeleng.

"Aku tidak ingin membebanimu dengan masalahmu. Aku juga nggak mau merusak kebahagiaanmu," jawab Clark akhirnya.

Alea berusaha mengerti maksud Clark meskipun ia tidak setuju dengan pendapatnya. Ia akan selalu ada bagaimanapun kondisi Clark.

"Kamu tidak sekalipun merusak kebahagiaanku Clark. Bagaimanapun aku akan selalu menjadi sahabat dan aku akan selalu sayang padamu."

Ekspresi Clark berubah mendengar kalimat yang diucapkan Alea barusan. Ia mundur selangkah dihadapan Alea, mengusap kembali airmatanya sambil tersenyum masam. Melihat perubahan sikap Clark dengan tiba-tiba menimbulkan perasaan aneh dihati Alea.

"Sayang? Sayang katamu?" ucap Clark sinis. Kini senyum masam itu terlihat sebagai cibiran bagi Alea. "Apa yang kamu tahu tentang perasaan sayang, Alexis Andrea?" imbuhnnya.

Alea merasa bingung dengan maksud Clark. Ia berjalan mendekat kearah Clark namun Clark menghindarinya, seolah tidak ingin disentuh atau tidak ingin melihat Alea dihadapannya.

"Apa maksudmu Clark? Selama bertahun-tahun ini aku menyayangimu Clark, karena itu kita bersahabat selama ini," jelas Alea hampir putus asa karena tidak pernah mengetahui isi pikiran sahabatnya sendiri.

Clark menunduk sambil menggelengkan kepala. Kemudian menatap Alea dengan senyum yang sangat menyedihkan. "Apa kamu tahu Al? Selama ini, setelah dua puluh dua tahun ini kamu masih tidak pernah menyadari perasaanku. Bahkan sekalipun kamu tidak pernah menyadarinya. Aku sayang kamu Alea. Aku menyayangimu sebagai perempuan yang paling indah dan sempurna dimataku. Aku sudah jatuh cinta padamu sejak kita masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Bahkan sampai sekarang, perasaan cintaku padamu tumbuh tak terkendali. Aku mencintaimu seperti itu. Bukan sebagai sahabat!

Aku tidak peduli, apakah perasaanku padamu akan terbalas atau tidak. Aku tidak peduli lagi dengan kebahagiaanku, yang aku mau kamu bahagia, tidak perlu kamu memikirkan kesedihan-kesedihanku. Aku rela tidak bahagia seumur hidup hanya untuk melihatmu tersenyum setiap hari. Aku mencintaimu Al. Aku sudah memendamnya sejak lama. Bahkan sampai kamu jatuh cinta pada Hans, aku masih jatuh cinta padamu." Clark menangis, suaranya bergetar saat mengungkapkan semuanya. Entah alasan apa yang membuatnya menyatakan perasaan kepada Alea. Namun kali ini, Clark tidak sanggup untuk bersembunyi dari semua perasaannya, ia terlalu letih untuk berpura-pura. Semuanya sudah berakhir. Harapan, kebahagiaan, bahkan cintanya sudah tidak penting lagi bagi Clark.

Mendengar ucapan Clark, Alea tidak bisa mengatakan sepatah katapun. Bahkan ia tidak sadar sejak kapan pipinya basah karena airmata. Ada perasaan lega, sedih, tidak percaya dan bingung bercampur jadi satu dipikiran Alea.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda," ujar Alea masih tidak percaya. Rasa menyesal muncul setelah Alea mengucapkan perkataannya. Sekarang Clark terlihat lebih putus asa dari sebelumnya. Bagaimanapun Clark tidak seharusnya jatuh cinta pada Alea.

"For a God Sake, Al!" ucap Clark hampir putus asa.

"Bahkan perasaan cintaku saat ini hanya kamu pikir sebagai bahan bercandaan?" Clark menyerah. Banyak yang bisa ia katakan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Alea. Tentang bagaimana hatinya saat melihat Alea tertawa, betapa beruntungnya ia menemukan Alea dalam hidupnya, betapa ia jatuh cinta pada perempuan yang tidak pernah menyadari perasaannya, bahkan saat perempuan itu jatuh cinta pada laki-laki lain, ia tetap mencintainya sepenuh hati.

"Aku akan kembali lagi besok. Semoga kondisi kak Erilyn membaik esok hari." Hanya itu yang dapat diucapkan Alea setelah beberapa detik menatap mata Clark.

Bagaimana mungkin ini terjadi, tidak seharusnya kamu jatuh cinta padaku Clark. Alea berlalu tanpa menoleh kebelakang. Meninggalkan Clark yang sedang berbalik menatap punggung perempuan itu menjauh darinya kemudian menghilang.

Pada akhirnya mereka semua akan pergi meninggalkanku satu persatu. Dimulai dari Mama, Papa, Erilyn bahkan kali ini Alea. Andai kamu tahu Al, bahkan jika aku bisa memilih jatuh cinta kepada siapa, aku akan tetap memilihmu tanpa memikirkan resikonya. Pikir Clark parau.  

The Athletes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang