Bab 1 - Sandy Andalusia

78.5K 2.8K 58
                                    

Sandy Andalusia

Siapa yang tidak kenal dengan nama itu? Yah, setidaknya nama belakangnya menjadi jaminan mutu. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses dengan bisnis dimana-mana.

Jaringannya luas dan menggurita, mulai dari hotel, apartemen, real estate, restoran, dan kontraktor besar di Indonesia.

Tapi Sandy ingin memulai usahanya sendiri, lepas dari kesuksesan ayahnya. Ia ingin membuktikan ke semua orang, terlebih ke dirinya sendiri, bahwa ia mampu.

Butuh waktu 5 tahun untuk membangun usahanya dari nol, usaha yang ia bangun dengan tangannya sendiri. Ayahnya tentu tidak lepas tangan sebagai mentor dan rekan bisnis, tapi Sandy bisa berbangga diri, karena ini adalah kerja kerasnya.

Berbanding terbalik dengan pekerjaannya, kehidupan percintaannya tidak berjalan mulus. Setelah sempat bertunangan dengan perempuan yang dia anggap sebagai the love of his life, Sandy terpaksa menelan pil pahit dan melupakan perempuan itu selamanya.

Sandy tidak akan pernah melupakan apa yang (mantan) tunangannya itu lakukan, tidak akan pernah. Kejadian itu membuatnya susah sekali untuk mempercayai perempuan disekitarnya. Baginya tidak ada perempuan yang tulus, tidak ada, kecuali mama dan adiknya.

Sudah cukup dia berhubungan dengan perempuan, dia lebih suka fokus kepada hal yang penting dan pasti, pekerjaannya.

Prinsip itu dipegang teguh, sampai Sandy bertemu secara tidak sengaja dengan adik sepupu dari temannya. Wajah polos tanpa riasan yang sedang menatap serius pada kertas gambar di hadapannya, mampu menarik perhatian Sandy. Hal yang sudah sangat lama tidak ia rasakan, rasa penasaran.

Rasa penasaranlah yang membawanya mengenal sosok gadis berkerudung itu. Pendekatan demi pendekatan hanya membuatnya semakin terikat dengan perempuan kesukaannya.

Ia sudah jatuh cinta.

Dan saat Sandy jatuh cinta, maka ia akan melakukan apapun demi kecintaannya.

Tapi sifat posesif dan cemburu membuat harapannya hancur, berantakan.

Dan pada satu titik, membuat dia kehilangan perempuan yang ia cintai sepenuh hati.

Waktu dan jarak tidak juga menyembuhkan luka yang ditinggalkan. Pekerjaan yang dia jadikan pelarian tidak juga bisa membuatnya melupakan.

Apalagi saat ini.

Saat dia hadir, menyaksikan pernikahan perempuan yang masih dicintainya, dengan seorang laki-laki, dan bukan dia.

"Are you okay son?" Tanya ayahnya saat mereka selesai ijab kabul.

"Fine Dad." Jawabku datar.

Ayahnya hanya menepuk-nepuk bahunya, menguatkan.

Dia hanya bisa tersenyum miris melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah pengantin baru di hadapannya. Dia merasa kalah.

Dialihkan perhatian pada ponselnya yang sedari tadi berbunyi, menandakan ada pesan masuk.

Bella : kamu kemana?

Bella : aku ke apartemen nggak ada

Bella : tadi aku ke senopati, katanya kamu ke Palembang?

Bella : kok nggak kasih tahu?

Bella : kapan pulang?

Sandy menghela napas kasar. Huh, dia lagi, dia lagi. Kenapa sih Bella terus mengganggunya?

Sandy A : besok aku pulang, langsung ketemuan di studio aja ya, sori nggak bisa jemput kamu

Tidak lama datang balasan.

Bella : oke, aku tunggu di apartemen seperti biasa ya

Sandy menatap malas pada ponselnya. Dasar tukang paksa!

Dia memasukkan ponsel ke saku. Disiapkan hatinya, saatnya memberi selamat kepada pengantin baru. Berikan senyum terbaik Andy!

***

Ada yang masih nungguin Sandy?



Meine BelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang