Arigatou, Sayonara…
Thank you for the sweet memories…
-------------------------------------------------
[Claire’s Point Of View]
Aku duduk diam dibangkuku yang berada dipojok kelas. Pandanganku tertuju pada satu orang, Kenny, Kenny Nachton lengkapnya, yang sedang bersenda gurau dengan Irene. Entah sudah keberapa kali, aku menghela nafas lagi lalu segera mengalihkan pandanganku kearah jendela.
“Claire? Halo?” Sebuah suara mengagetkanku dibarengi dengan sebuah tangan yang dilambaikan depan wajahku.
“Oh, Rei. Ada apa?” Tanyaku kepada orang yang tadi memanggil namaku dan sekarang duduk dihadapanku.
“Seharusnya kami yang menanyakan hal itu, Claire. Ada apa denganmu?” Sahut suara lain dari arah belakangku.
“Kakak? Shui? M-memangnya kenapa? Aku, aku tidak apa-apa.” Ujarku sembari menggelengkan kepalaku sekilas dan berusaha mengeluarkan senyum dari bibirku.
“Jangan bohong, Claire.” Ujar kakakku, atau panggil saja Jack yang sekarang sedang bertumpu pada lututnya di samping mejaku. “Ada apa denganmu dan Kenny? Kenny dekat sekali dengan murid baru itu dan sejak itu kau selalu murung!” Tambah Jack lagi.
“Mu-murung? T-tidak kok! Aku tidak murung dan tentang Kenny, paling-paling mereka menemukan sesuatu persamaan yang menyebabkan mereka menjadi dekat walaupun Irene baru pindah kemari minggu lalu.” Ujarku sembari tetap berusaha tersenyum.
“Kau murung Claire. Aku selalu perhatikan kau selalu menatap mereka berdua dengan pandangan sedih.” Kali ini Shui ikut angkat suara.
“Dan lagi.” Kirei atau singkatnya Rei memotong perkataannya sejenak. “Kenny itu pacarmu Claire! Kalian sudah pacaran sejak awal kelas X lalu! Dan kau tidak cemburu melihat Irene yang baru seminggu masuk kesini dan sudah sebegitu dekatnya dengan Kenny?” Lanjtunya dengan sorot mata yang terlihat prihatin.
“Aku tidak apa-apa sungguh! Lag—”
Perkataanku terputus oleh bunyi bel nan nyaring dibarengi dengan masuknya guru pelajaran Sejarah kekelasku. Jack, Shui, dan Kirei yang tadi mengerumuniku segera berjalan menuju bangkunya masing-masing. Tak berapa lama, pelajaran pun dimulai. Aku benar-benar tidak bisa konsentrasi dengan penjelasan guruku karena pikiranku terus dipenuhi oleh Kenny dan Irene. Sesungguhnya aku merasa cukup khawatir akan kedekatan mereka, tapi entah mengapa Claire selalu mempunyai alasan untuk tidak cemburu akan kedekatan mereka.
Tak berapa lama, bel tanda pulang pun berbunyi. Sang guru segera membereskan barang-barangnya dan melenggang keluar kelas dengan santai. Aku yang sudah selesai mengurusi barang-barangku segera mendekati bangku yang ditempati oleh Kenny.
“H-hey, Kenny…” Ujarku perlahan sembari menepuk pundaknya pelan.
“Ya, ada apa Claire?” Tanyanya bahkan tanpa melirikku sedikitpun. Aku menggigit bibir bawahku sedikit sebelum mulai berbicara lagi.
“P-pulang sekolah ini, apa kau ada waktu? K-kalau ada, mau kerumahku sebentar tidak? Kemarin aku membuat pudding terlalu banyak dan belum ada yang mencicipinya.
“Maaf, Claire. Aku sudah ada janji dengan Irene. Aku duluan ya.” Ujarnya singkat dan langsung melenggang keluar kelas bersama dengan Irene yang sudah ada diambang pintu yang kelihatannya memang menunggu Kenny.
Hatiku sakit mendengarnya. Aku menundukkan kepalaku dan segera berjalan keluar. Sebisa mungkin aku menahan air mataku yang sudah menggenang di kedua mataku. Secepat mungkin aku ingin pulang kerumahku dan segera membaringkan badanku dikasur dikamar tidurku, menutup wajahku dengan bantal dan menangis sekuat-kuatnya.
