Waktu paling membahagiakan telah tiba. Jam istirahat. Semuanya sudah berbondong-bondong menuju ke kantin dengan senyum sumringah.Pun dengan senyum para penjaga kantin yang tak kalah merekah. Semuanya memancar cerah secerah lagit biru yang terlihat dekat tapi tetap tak bisa terjamah.
Alno memasuki kawasan kantin bersama Alden dan dua kawannya, Baron dan Angga. Mereka menempati meja di pojok paling ujung. Mereka mengobrol santai hingga saling melempar guyonan. Begitu terus sampai makanan tersaji di depan mereka. Bahkan di sela-sela makan, tawa renyah masih terdengar dari sana.
"Gila! Beneran lo reunian mantan kemaren, Ga?", kata Alno lalu menyuapkan sesendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Ye ini bocah dibilangin juga. Beneran, kemaren gue ada disana pas mantan-mantannya si Angga dateng ngeroyok dia", timpal Baron semangat.
"Emang mau ngapain itu cewek-cewek?", kali ini Alden yang bertanya. Jangan heran, memang jika sedang bersama teman-temannya, Alden akan lebih banyak bicara. Walaupun masih ala kadarnya.
"Biasa, cinta lama belom kelar", Baron kembali terkekeh. Mengerlingkan matanya untuk menggoda Angga yang mulai kesal.
"Bacot lo, Ron. Lagi bete juga", Angga semakin menggerutu ketika Baron lebih giat menggoda dengan menyenggol lengannya.
"Yaelah, dikatain gitu doang baper lo. Kayak cewek, elah", cibir Alno. Ia tertawa sambir adu tos dengan Baron. Mereka terlihat bahagia diatas penderitaan orang lain. Sementara Alden bahagia dengan makanan di atas piring.
"Kalian nggak tau sih, cewek gue ngambek gegara itu. Kan kampret, dicuekin gue dari kemaren. Untung sayang gue", kata Angga mendramatisir.
"Biasa, cewek emang ribet", komentar Alden.
"Ya elo-nya yang ogeb. Cari pacar yang sekelas sama mantan. Kan masuk kandang singa namanya", celetuk Alno diangguki oleh Baron. Dan itu semakin membuat Angga mengumpat di dalam hatinya.
"Ya mana gue tau kalo Intan sekelas sama mantan gue. Udah terlanjur sayang ya gue pacarin. Makanya, lo pada cari cewek biar ngerti cinta-cintaan. Komen mulu lo", celoteh Angga lalu meneguk habis jus jeruknya.
"Eh sorry, ya. Gue udah punya cewek kalo lo mau tau", sergah Baron yang merasa terhina.
"Bukan elo, dodol. Gue ngomong ke mereka", kata Angga lalu menunjuk Alno dan Alden setelah meraup muka Baron.
"Yaelah. Lo kata nyari cewek segampang nyari upil? Gue juga lagi usaha ini", bela Alno untuk dirinya sendiri. Lalu melirik ke Alden. "Ya, nggak, Den?", Alden mengangguk.
"Emang lo ngincer siapa, No", tanya Baron. Dia tidak akan menyebut nama 'Al'. Karena jika begitu, Alno pasti akan bertanya 'Al yang mana?'. Dan itu sama saja dengan mengulang sekali lagi pertanyaannya.
"Ada lah. Kepo lo bedua"
"Yah, dia pake main rahasia-rahasiaan sama kita, Ron", kata Angga menyenggol bahu Baron.
"Ho'oh. Segala rahasia, dia. Dipikir kita nggak tau kalo yang diincer itu si puteri es, Siska", celetuk Baron dengan senyum seringainya. Tak jauh berbeda dengan Angga di sampingnya.
Alno tertawa pelan merasa kedoknya terbongkar. "Emang keliatan, ya?", ucapnya membenarkan secara tidak langsung. Toh kalaupun dia berusaha mengelak, akan semakin ketahuan oleh dua manusia kepo itu. Lagipula, Alno tidak mau membohongi diri sendiri.
"Njir, dia belagak bego. Lo baru pertama kali nginjek sekolah ini, yang lo tanyain apa? Kontaknya Siska kan? Untung gue baik, gue mintain sama si Yogi", seloroh Angga bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Fiksi Remaja. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...