Mobil Alno meluncur membelah jalanan kota Jakarta. Diiringi dengan suara musik yang mengalun di dalam mobil itu.
Sesekali Alno ikut bersenandung, sedangkan Sinta masih menatap lurus ke depan.
Melihat mobil yang berlalu lalang di jalanan. Entah dia menghitung banyaknya mobil atau bagaimana, tidak ada yang tahu. Yang jelas, dia hanya diam saja. Tidak cerewet seperti biasa.
"Lo kenapa? Tumben anteng", tegur Alno karena tidak jua mendengar suara dari manusia di sampingnya.
"Ha? Eng- enggak gapapa", Sinta terhenyak. Seperti orang linglung yang habis melamun.
"Kenapa sih? Lo kek orang sawan. Ngomong kek", cibir Alno menoleh sesekali sambil memperhatikan jalanan di depan.
Hening.
"Argh! Dasar Siska mak lampir bego!", tiba-tiba Sinta berteriak tidak jelas setelah tadi mengabaikan pertanyaan Alno.
"Sial! Kaget gue. Lo teriak kira-kira napa. Apaan sih? Kenapa lo teriak nama Siska kek gitu?", kesal Alno yang sempat terlonjak kaget tadi. Tidak habis pikir dengan gadis itu. Tiba-tiba diam, lalu tiba-tiba teriak. Apa dia waras?
"Puter balik ke sekolah!"
"Heeh.. apaan? Ini udah separuh jalan rumah lo"
Sinta menggaruk telinganya. "Si mak lampir sakit. Lo nggak mau nyamperin?"
Alno menoleh cepat, lalu sejurus kemudian kembali fokus ke jalanan. Begitu terus selama bicara dengan Sinta. "Sakit apaan? Tadi baik-baik aja. Lo dari tadi cuma diem, trus tiba-tiba teriak nggak jelas. Lo kesambet?".
"Gue nggak lagi becanda, Alno", ucap Sinta menekankan nada bicaranya.
"Gue juga serius. Emang lo tau dari mana Siska sakit? Perasaan dari tadi lo nggak pegang hape"
"Gue bakalan tau bahkan sebelum orang lain tau. Gue yang ngrasain!"
Alno menepikan mobilnya supaya lebih leluasa bicara dengan Sinta. "Maksudnya?"
"Badan gue panas, Alnooooo... gue sakit!", Sinta menggeram. Tapi Alno belum juga faham.
"Lah, yang bener yang mana? Yang sakit elo, kenapa lo bilang Siska yang sakit?", ucap Alno tak kalah galak.
"Astaga! Gue telen belet-bulet lo, Al. Kita kembar, kalo gue sakit, dia juga sakit! Sekarang lo pilih, mau nganter gue pulang dulu atau langsung puter balik sekolah?", ucap Sinta geram.
Alno langsung menjalankan mobilnya cepat. Memutar tujuan menuju sekolah. "Yakali gue bolak balik di jalan. Yaudah sekalian".
"Sarap!", kesal Sinta sambil menyandarkan tubuhnya yang terasa panas. Wajahnya memucat perlahan.
"Kok elo bisa seyakin itu? Setau gue, anak kembar nggak selalu sakit barengan"
"Lo ngeraguin telepati gue?", tatapan Sinta berubah tajam.
"Gue cuma nanya, Sin", kata Alno mencari aman. Sinta sedang tidak berada dalam mood yang baik untuk diajak bicara.
"Kebiasaan gue sama dia pasti sakit barengan", ucap Sinta dengan mata terpejam. Tubuhnya terasa berat.
Ponsel Alno berdering tanda sebuah panggilan masuk. Tertera nama 'Varo' di atas layar persegi itu. Buru-buru Alno menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke daun telinganya.
"Halo, Va. Kenapa?"
Terdengar suara dari sebrang sana. "Lo dimana?"
"Gue di jalan. Kenapa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Dla nastolatków. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...