3 •Tera•

11.4K 773 24
                                    

Mobil BMW Bisma sudah sampai di depan pintu gerbang hitam rumah Kei. Kei lagi-lagi mendengus pelan saat melihat mobil merah darah yang akhir-akhir ini sering mampir ke rumahnya.

"Udahlah. Muka lu jelek amat sumpah. Apasih yang bikin lu sensi banget sama Tera?" tanya Bisma.

"Dia tuh sok kecantikan," jawab Kei dengan nada jijik.

"Bukannya dia emang cantik ya? Tipe lu banget dah kayaknya,"

"Idihh, jijik gue liat wajahnya, apalagi tingkahnya," ujar Kei sensi.

"Jangan gitu. Ntar karma lho. Bisa aja nanti lo tergila-gila banget sama doi,"

"Amit-amit ya Tuhan, jangan sampe deh," ucap Kei sambil mengetukkan tangan nya ke kepala lalu mengetukkannya ke dashboard mobil.

Bisma hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kei. Padahal, menurut Bisma, Tera adalah wanita yang cantik dan mapan. Pekerjaannya sebagai wakil dirut di sebuah perusahaan ternama di Surabaya, membuatnya menjadi wanita impian kaum Adam.

"Yaudah, Bis. Gue masuk dulu ke dalam. Thanks ya buat hari ini," ucap Kei sambil ber-tos gentleman dengan Bisma.

"Yoi sama-sama. Jangan sungkan sama gue kalo ada apa-apa," ujar Bisma.

Kei membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumah. Mood Kei lagi-lagi down saat melihat Tera dan Mama nya sedang duduk di ruang tamu.

"Kei sayang, akhirnya kamu pulang juga," teriak Mami yang sepertinya baru dari dapur.

Dengan sopan, Kei menghampiri Mama Tera dan mencium punggung tangannya. Kei sedikit melirik ke arah Tera yang sedang tersenyum ke arahnya. Kei pun membalas senyum Tera dengan tidak ikhlas.

"Mi, Kei ganti baju dulu ya," ucap Kei.

"Jangan lama-lama," ucap Mami memperingatkan.

Kei pun melangkah naik melewati beberapa anak tangga menuju kamarnya.

"Darimana aja lu?" tanya Sandra saat melihat Kei yang akan membuka pintu kamarnya.

"Kepo lu," ujar Kei.

"Yeee sewot mulu lo. Harusnya seneng dong diapelin calon istri. Hahaha," ledek Sandra membuat Kei jengkel setengah mati.

Sandra sedikit kaget saat Kei menutup pintu kamarnya dengan kasar, namun tak urung juga Sandra bahagia melihat adiknya itu kesal.

Kei membuang jaketnya ke atas tempat tidur. Ia mengacak rambutnya dengan kesal. Ia melihat jam dinding. Pukul dua siang.

Kei membuka kemeja nya dan membuangnya ke sembarang tempat. Ia lalu membuka lemari dan mengambil kaos hitamnya.

Tak lupa, ia pun mengganti celana jeans nya dengan celana pendek di atas lutut sehingga memperlihatkan bulu-bulu halus yang tumbuh di kaki nya.

Kei mengecek ponselnya. Ada satu panggilan tak terjawab dari Papi nya. Kei pun mendiall nomor Papi nya.

"Assalamualaikum, Keizaro," salam Papi nya.

"Waalaikumsalam, Pi. Papi apa kabar?" tanya Kei.

"Alhamdulillah Papi sehat. Kei sendiri apa kabar?"

"Sehat, Pi. Papi udah makan?"

"Udah barusan,"

"Papi kapan pulang? Kei kangen sama Papi," ucap Kei manja.

"Malam nanti Papi pulang. Mami lagi apa, Kei?"

"Mami lagi ngobrol di bawah sama Tante Hilda,"

"Pasti lagi nyomblangin kamu ya, Kei?"

Kei mendengus saat tebakan Papi nya selalu tepat.

"Papi tutup dulu ya, Kei. Mau ke bandara,"

"Iya, Pi. Papi hati-hati ya,"

"Iya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Sambungan pun terputus.

Kei meletakkan ponselnya di atas bantal. Ia beranjak dan keluar dari kamar. Ia tidak mau Mami nya mengoceh kembali karena dirinya terlalu lama di kamar.

"Ciee mau ngapelin calon nya," ledek Sandra yang sedang duduk di ruang keluarga.

"Diem lu," ucap Kei yang sedang melangkah menuju tangga.

"Selera lu rendah juga ya," tak henti-henti nya Sandra meledek adik nya ini.

Kei tidak berniat untuk membalas ejekan Sandra. Ia lebih baik diam dan segera turun.

"Kei, kamu kok lama banget sih ganti baju?" tanya Mami saat Kei sudah turun.

"Tadi Papi telpon, Mi. Jadi aku angkat dulu," jawab Kei menghampiri dan duduk di sebelah Mami.

"Oh gitu,"

Tera daritadi tidak lepas memandangi wajah tampan Kei. Tanpa melihat pun, Kei sadar akan tatapan itu. Risiko jadi orang ganteng ya gitu.

"Minggu depan kalian akan bertunangan," ucap Mami membuat Kei terbatuk.

"Apa? Minggu depan? Tunangan?" ulang Kei dengan wajah yang kaget.

"Iya, kedua pihak sudah sepakat tentang rencana ini," ujar Mami.

"Tapi, Mi, ---"

"Gak ada tapi-tapi an. Mami mau kalian cepat-cepat meresmikan hubungan kalian," ucap Mami memotong ucapan Kei.

"Mi, gak bisa gitu dong. Aku belum setuju untuk rencana itu," bantah Kei. Ia sangat tidak terima akan keputusan sepihak imi.

"Kei, kamu harus nurut sama Mami untuk urusan ini," ucap Mami.

Kei berdiri, "Aku gak setuju dan gak akan pernah bertunangan sama Tera," ucap Kei. Kei melangkah pergi meninggalkan Mami, Tante Hilda, dan Tera.

Kei berlari menaiki anak tangga. Ia kembali mengacak rambutnya. Ia tidak suka dengan sikap Mami nya yang terlalu memaksakan kehendaknya.

"Kenapa lu?" tanya Sandra saat melihat Kei akan membuka pintu kamarnya.

Kei tidak menjawab pertanyaan Sandra. Ia menggebrak menutup pintu kamar. Ia tidak suka diatur seperti ini. Usia nya sudah menginjak dua puluh empat tahun. Ia bisa menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipaksa seperti itu.

Kei merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia memejamkan kedua matanya untuk sedikit mengurangi rasa pusing.

Ponselnya berdering membuat Kei membuka kembali matanya. Ia bangun dan mengambil ponselnya.

Arabella calling....

🌹🌹🌹🌹

Cinta Seorang Mualaf [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang