Seseorang yang sedang aku tatap ini, dia muncul diponselku. Yang itu berarti 'Dia targetku...' Ucapku dengan menatap tajam seseorang itu yang tidak lain adalah Arlan.
"Tidak mungkin..." Gumam ku replex, dengan menggelengkan kepala ku.
"Apa???" Arlan membuka matanya.
Aku dan Arlan salin bertatap satu sama lain karena kaget. Tapi kulihat Arlan kembali perlahan menutup matanya kembali. Aku sedikit lega akan hal ini, aku kembali menatap wajahnya dan tiba tiba tersenyum. Aku kembali ke sofa ku, dan menutup mataku.
Pagi hari, Arlan belum bangun juga tapi aku lapar. Ku buka bungkusan yang di bawa Arlan semalam, rasanya unik juga makanan bumi. Bentuknya bulat besar dan ada bulat bulat merah, dan saat ku ambil bentuknya jadi segitiga.
"Huoh...." Ku dengar suara dari kamar. Tapi aku tak peduli, aku sedang makan dengan lahap makanan bumi yang nikmat ini.
"Siapa itu?" Tanya Arlan dari kamarnya, yang mendengar aku bergerak melepas kan keresek.
"Kalau kau maling, aku akan membunuhmu..." Ucap Arlan padaku.
Arlan berjalan pelan kearahku, dengan membawa alat pukul. Saat sampai didekatku, wajahnya kaget melihat diriku sedang makan pizza.
"Ah... Maaf aku memakan makanan ini, entah apa namanya..." Ucapku pada Arlan.
"Siapa kau?" Tanyanya padaku kembali dengan memberi kehadapanku sebuah pemukul.
"Aku peri cupid, alias peri cinta..." Jawabku pada Arlan.
"Penipu..." Gumamnya padaku. "Pergi kau dari rumahku..." Gumam Arlan dengan memunculkan pemukul kewajahku.
"Aku serius, aku perry cinta..." Ucapku pada Arlan.
"Sekarang sebaiknya kau pergi, sebelum kupanggil orang orang" Ungkap Arlan kembali padaku.
"Jangan jangan, please aku disini mau membantu... Mu..." Ucapku pada Arlan.
"Membantu??? Heh orang gila, dengar ini..." Ucapnya Arlan padaku.
"Apa itu orang gila??" Tanyaku padanya
"Orang yang hilang kesadarannya..." Jawab Arlan.
"Aku masih sadar kok..." Ungkapku pada Arlan.
"Kalau kau sadar, kau tak akan pake sayap sayapan itu..." Ucap Arlan.
"Ini beneran sayap kok..." Jawabku.
"Sudahlah, percuma panjang lebar..." Gumam Arlan padaku.
Arlan memegang tanganku dan menarik tanganku kepintu, Arlan mengeluarkanku dari pintunya.
"Jangan..." Ucapku pelan dan memohon. Tapi Arlan tetap mengeluarkanku, lalu menutup pintunya.
Banyak orang kekiri dan kekanan, tapi mereka seolah tak melihatku. "Sombang sekali.." Gumamku. "Aku tak mau dibumi..." Ucapku pada diri sendiri. Aku berdiri didepan pintu, lalu kulihat PhoneDate. Ada sebuah pemberitahuan, 'Manusia lain tak akan bisa melihatmu, selain target mu...' Ucap pemberitahuan phone date. "Ah, jadi aku tak terlihat.." Ungkapku.
Aku kembali menunggu Arlan, dia tidak keluar keluar dari rumahnya. Berjam jam menunggu, ahirnya dia keluar dengan pakaian putih abu abu dan membawa sesuatu dipunggunya, bukan sayap.
"Arlan..." Gumamku padanya.
"Hah, dari mana kau tahu namaku? Hah?" Tanya Arlan kaget padaku.
"Heheh, aku tahu semua tentangmu... Bahkan semuanya..." Ucapku padanya.
"Penisku?? Tahu?" Tanya Arlan padaku.
"Tahu lah... Semuanya aku tahu..." Ucapku pada Arlan.
Arlan tiba tiba memukul tembok. Bukkkkk...
"Dengar penguntit... Aku punya privasi, jadi jangan kau ikuti aku..." Ucap Arlan dengan tegas.
"Tapi aku akan membantumu urusan cinta..." Ungkapku padanya.
"Hah, terserahlah, aku sudah telat..." Ungkapnya padaku.
Arlan lalu pergi, aku mengikutinya kemana ia pergi. Ia mengarah kesebuah gedung yang banyak orang orang seperti dia memakai pakaian putih abu abu. Aku rasa ini sekolahan, sama seperti waktu aku dilangit. Aku melihat kiri dan kanan, banyak sekali anak sekolah. Saat aku sadar Arlan sudah hampir jauh. Aku berlari mengejarnya, "kenapa kau meninggalkanku..." Ucapku padanya.
"Kau siapa? Aku tak mengenalmu. Jadi gak penting menunggu..." Ucapnya dengan menyimpan tas dimejanya. "Oh... Ya kau harus mengganti pizza ku yang kau makan..." Ucapnya padaku kemudian.
"Pizza??? Yang makanan dimeja? kah" Tanyaku pada Arlan.
"Iya..." Jawab Arlan yang kemudian terdiam, dia tak berbicara pada orang orang yang ada di ruangan ini. Sementara orang lain pada berbincang bincang.
"Kenapa kau tak bicara pada teman temanmu?" Tanyaku pada Arlan.
Tak ada jawaban dari Arlan dia hanya terdiam menatap keluar jendela, aku heran pada pria ini. Apa dia tak punya hati atau gimana, buat bicara pada orang lain saja dia tak mau. Rasanya seperti batu pasti, semoga aku bisa cepat cepat selesaikan tugasku.
Tiba tiba Arlan bergerak saat ada seorang wanita melewat diluar jendela kelas. Wajahnya berubah drastis seperti orang jatuh cinta, aku membuka phonedate ku. Kulihat ada info, wanita itu bernama Sisil. Dia adalah anak kelas 1, dia adalah adik kelas Arlan. Dia adalah wanita yang disukai Arlan, dan wanita itu memang jodohnya. Aku memasukan phonedateku kedalam celanaku.
"Itu wanita pujaan mu?" Tanyaku pada Arlan.
"Lebih dari pujaan..." Jawabnya dengan senyum senyum. Tapi tak lama ia menatapku kembali "Bukan urusanmu...." Gumamnya.
"Jadi itu, namanya sisil kan...?" Tanyaku kembali.
"Yah, lalu mau apa peri cinta...?" Tanya nya padaku.
"Aku belum tau..." Jawabku yang bingung harus gimana.
"Keluar sana, guru nya sudah ada sebelum pintu ditutup..." Gumam Arlan padaku.
"Baik..." Aku menuruti kata Arlan, karena tak ingin mengganggu jam belajarnya.
Aku keluar dari kelas Arlan, dengan menatapnya perlahan lahan, tapi Arlan tak sedikitpun menatapku. Aku keluar dari pintu kelasnya, aku menunggu Arlan didepan pintu. Lama sekali, tapi aku tetap menunggunya. Aku menarik nafasku, tiba tiba kulihat seorang wanita dengan pria berjalan kearah lain, aku mencoba mengikutinya.
Mereka berdua menuju sebuah tempat yang sepi, seperti gudang.
"Kita ngapain disini Bima?" Tanya sang gadis kepada pria bernama Bima.
"Aku cuman mau minta cium bibir..." Gumam si pria tanpa malu.
"Boleh...." Gumam si wanita yang membuat aku shock jantung, karena mereka tak punya malu. Berciuman dihadapanku. Atau mungkin mereka memang mengganggap ku tidak ada. "Dasar tidak tahu malu.." Gumam ku dengan meninggalkan mereka yang sedang berciuman.
Aku masih tak habis pikir mereka bisa berciuman sebelum ada ikatan cinta satu sama lain. Tapi mungkin juga didunia manusia memang diperbolehkan seperti itu.
"Enak juga ya jadi manusia..." Gumamku dengan senyum senyum. "Bisa berciuman dimana saja..." Lanjutku bicara.
Aku kembali menunggu Arlan didepan pintu kelas Arlan. Pukul 10 mereka keluar, entah mau ngapain. Aku menghampiri Arlan yang tengah membuka bekal makanannya.
"Kau tak keluar?" Tanyaku pada Arlan.
"Hah..." Arlan menghembuskan nafasnya. "Kau lagi.... Enggak..." Jawabnya selalu jutek.
"Oh...." Ucapku pelan.
"Kenapa kau mengikutiku terus, kau cinta padaku hah?" Gumamnya dengan memberikan pertanyaan yang aneh.
"Haaha..." Aku tersenyum. "Tidak mungkin aku cinta pada manusia..." Jawabku.
"Lalu kau apa jin, peri hah?" Tanya nya kembali padaku.
"Aku Peri lah..." Jawabku pada Arlan.
"Keluar sana... Aku tak mau bicara padamu..." Gumamnya padaku.
"Kenapa? Aku berbuat salah...?" Tanyaku pada Arlan.
"Aku risih didekatmu..." Ucapnya yang membuatku shock.
Orang ini padahal aku ingin membantunya, tapi kenapa sikapnya seperti batu sekali. Dingin tanpa ada kehangatan sama sekali.
"Ya sudah aku menunggu diluar..." Gumamku.
Aku pun kembali keluar dan melihat Arlan dari jendela, wajahnya datar tanpa senyum sekali pun. Kenapa pria itu bersikap seperti itu, Aku janji Arlan aku akan merubahmu. Warna duniamu akan berubah, hitam putih diwajahnya akan berubah, tangis tawa luka sepi cinta selamanya kan berubah. Aku akan menggubahmu Arlan.
"Aku Janji...."
...
..
.
Dirga
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)
FantasíaBercerita tentang kisah, pery cupid yang mempersatukan sebuah cinta manusia. Namun dalam tugasnya ia mendapat hambatan? Hambatan apa? Mampukah pery ini menyatukan cintanya?. Yuk Baca Happy Reading