"Bagaimana kau menyukainya?" Tanya Ibuku yang telah selesai membacakan dongeng yang berbau gila di waktu tidurku.
Aku serius. Ini gila.
Tapi entah kenapa aku selalu mengangguk-angguk kan kepala saat ia bertanya seperti itu. Dia selalu berdongeng sesuatu yang tak wajar. Seseorang yang terkena bor di bagian perutnya hingga usus dalamnya hancur, seorang perempuan yang matanya dicungkil dan sekarang kuku yang langsung dicabut dari tempatnya dengan tang. Dia menceritakan bagaimana reaksi orang yang menerima ulah seperti itu.
Aku tidak akan memprotes itu, karena setelah mendengarkan cerita itu, mataku akan langsung terpejam. Entahlah, karena merasa takut atau-
Nyaman?
Keesokan harinya, aku turun dari kamar menuju ruang makan. Ibu akan selalu meyediakan makanan sebelum ayam berkokok. Masakannya selalu enak.
"Selamat pagi sayang," ucap Ibu sambil menampilkan senyumnya.
Dia terlihat sangat bahagia. Aku bertaruh, ia memasak makanan yang lebih enak dari biasanya hari ini.
"Pagi bu," jawabku.
Aku duduk di ruang makan yang telah tersaji bubur dengan berbagai macam lauk didalamnya. Aku tidak sabar ingin melahap makanan ini.
"Wau, kau menambahkan telur puyuh di dalamnya, bu? Ini lezat sekali. Walaupun macaron ini terlalu lembek menurutku tetapi ternyata tidak berkurang kelezatannya," ucapku sambil terus memakan dengan lahap.
Melihat itupun Ibu tampak tersenyum lebar.
"Baiklah setelah ini Ibu akan pergi sebentar ke tempat arisan. Disana pasti sangat banyak makanan," ucap ibu tak meninggalkan senyum lebarnya.
"Huh, ibu ada-ada saja. Masa ibu mau bawa pulang makanan di arisan ibu-ibu. Lagian malu kali bu bawa pulang makanan," jawabku.
Tak menggubris perkataanku. Ibu langsung pergi meninggalkan ruang makan dan berkata,
"Oh iya, ada beberapa cemilan di meja kau boleh memakannya," ucap Ibu.
Aku yang mendengar itupun langsung semangat.
"Oke bu."
Selesai makan, akupun langsung mengambil cemilan dan membawanya ke ruang tamu.
"Wauw keripik. Pas banget nyemil sambil nonton."
Tanpa basa-basi aku langsung menyalakan televisi, membuka toples keripik dan memakan keripik tersebut.
Keripiknya berukuran bulat kecil dan sedikit susah untuk dikunyah. Agak ragu dengan ini. Namun karena telah terlanjur menikmati suasana, maka aku meneruskannya.
Sambil menonton televisi, aku lama-lama teringat akan sesuatu.
"Hmm. Ayah dimana ya? Padahal ayah biasanya kan pulang malam. Ka Cindi dan Berta juga apa masih menginap di rumah temannya?"
Aku melangkah menuju dapur karena keseretan melandaku setelah menghabiskan kripik itu tanpa sadar. Aku mengambil air putih dan menegaknya.
Duk duk
Napasku terasa terhenti. Terdengar suara pukulan dibawah lemari tempat menaruh bahan makanan. Aku menajamkan telinga berharap yang kudengar itu salah.
Duk duk
Aku memekik kaget karena suaranya benar-benar nyata. Namun rasa takutku terkalahkan dibandingkan dengan rasa penasaran ku.
Aku mulai menarik pintu lemari yang tingginya diatas pinggangku membuatku membungkukan badan untuk membukanya. Tangan kiriku menarik asal panci yang berada diatasnya, untuk berjaga-jaga.
Ketika pintu mulai terbuka. Betapa terkejutnya aku menemukan sebuah karung yang menggeliat- geliat.
Apa ini pencuri? Ah, Tidak. Kenapa ibu tidak menelpon polisi untuk ini? Ah memangnya ibu yang melakukan ini? Sepertinya ibu juga tidak mengetahui ini.
Dengan keringat yang meluncur di dahiku, aku mulai membuka karung itu dan
Ayah!
Aku menutup mulut tak percaya. Melihatnya masih memberontak aku membuka selotip yang berada di mulutnya.
"Larilah nak, lari. Wanita itu! Wanita itu sudah gila," ucap lelaki itu.
Tubuhnya gemetar hebat. Keringat sudah membasahi bajunya dan tangannnya dibanjiri darah.
"Wanita siapa ayah?"
"Ibumu."
Aku menatap tak percaya.
"Apa yang sudah ibu lakukan terhadap ayah?"Tanpa menjawab pertanyaanku. Lelaki itu menundukkan kepalanya menunjukan beberapa jari yang tengah berdarah karena kekurangan beberapa kuku. Lalu ia menangis.
"Larilah! Ia akan degera datang. Semua daging dan organ yang ada di dalam tubuhmu akan diambil dan ia akan memasaknya tanpa rasa bersalah. Larilah nak," ucap lelaki itu dengan muka yang tengah memerah. Mungkin karna udara yang pengap dalam karung itu dan ketakutan jelas terlihat dalam dirinya.
Ah, tidak. Apa mungkin semua yang kumakan tadi?
"Ssst, ayah tenang dulu. Belum semua jari ayah kehilangan kukunya. Ayah tenang saja, sekarang ayah tidak perlu merasa kesakitan lagi," ucapku menenangkan lelaki tadi.
Tak lama kemudian.
"Sayaaang. Ibu membawakan banyak daging untuk kita makan nanti," ucap wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul di dapur sambil menenteng plastik besar.
Wanita itu melihat anaknya yang tengah duduk membelakanginya, darah bertebaran dimana-mana dan terlihat pria tua yang sudah tidak bernapas. Lalu ia tersenyum.
"Itu sebabnya aku senang berdongeng cerita untukmu, nak. Aku tahu kau menyukainya dan akan melakukannya," ucap wanita itu.
"Ya, kau benar. Ternyata aku merasa lebih nyaman dengan ini dan aku tahu semua yang kau ceritakan padaku bukanlah dongeng. Kau yang dengan sengaja menge-bor usus ka Cindi serta mencungkil mata Berta dan kau jadikan makanan tadi pagi. Sekarang kau membuat keripik dari kuku lelaki ini yang tanpa sadar telah aku habiskan semuanya," jawabku panjang lebar.
"Siapa yang menceritakan hal itu padamu?" tanya ibunya.
"Ayah. Dan ia juga menyampaikan pesan terakhir padaku."
"Apa itu?"
"Aku sama gilanya dengan ibuku," terukir senyum di wajahku. "Apa sekarang aku bisa mendapatkan keripik itu lagi? Aku sangat bersusah payah mencabutnya," lanjutku lagi sambil menyodorkan beberapa kuku dan tak lupa
Cengiran terbuka lebar.
"Kau tahu? Kita bisa membuat lebih dari itu. Kita bisa memanggang daging. Ada 5 orang yang datang arisan. Mungkin itu akan cukup untuk akhir pekan ini," ucap wanita itu tersenyum.
"Aku selalu menyukai masakan ibu."
•••
Sekarang pertanyaannya
Emang bisa kuku dijadiin keripik? Ckck, Yaudahlah dibisain aja.
Ayo vote dan komen, nanti masing -masing dapat keripik kuku dari si aku.
Eh, bercanda.
Yahh, ceritanya masih butuh untuk dikembangkan. Dukungan, saran dan kritik akan diterima dengan tangan lebar. Terima kasih.
Aur
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In Me
Horror"Misteri dalam diriku tak ada hubungannya dengan kalian. Jadi jangan coba-coba untuk mencari tahu." . . . Beberapa kumpulan cerita horror. This story to entertain the readers Cover: @svegetables