2. Tanda Tanya

519 42 15
                                    

Laura's POV

Aku cepat cepat berjalan menjauhi ruangan itu. "Apa anak itu serius dengan perkataannya?" Aku terus terusan bertanya dalam hati. Perkataan anak itu benar benar membuatku gila. Segera kucari berkas berkas yang terkait dengan anak itu. "Dapat!" Kubuka map pink dengan tulisan "Catherine Angeli Leodinar" didepannya. Kupikir setelah mengalami kecelakaan itu Catherine memiliki gangguan dengan jiwanya. Dan ternyata..... Tidak.

Segera kuraih mouse dan membuka halaman web google lalu mengetikkan nama anak itu. Yap. Sudah ku duga pasti banyak media yang mengekspos tentang keluarga Leodinar. Kubaca artikel demi artikel hingga akhirnya kudapatkan data tentang anak itu. Lalu ku ketikkan halaman web yang menjadi website sekolah anak itu. Tentu saja bagian dari keluarga Leodinar pasti anak itu disekolahkan di sekolah berakreditas A+ dengan mutu pendidikan bertaraf internasional dan tidak lupa biaya yang sangat mahal. Aku cukup puas dengan data yang kudapat. Website sekolah itu memberikan data tentang sikap dan kebiasan serta prestasi dari setiap peserta didiknya. Tentu saja aku mendapatkan banyak informasi tentang anak itu. Dan kupikir memang terjadi sesuatu dengan jiwa anak itu.

"Apa kau masih mengira kalau aku bermain main dengan perkataanku?"

Aku menoleh kearah belakang. Dan benar benar terkejut saat melihat Catherine telah bedara di belakangku dan menatapi layar komputerku. Wajahnya masih datar sama seperti sebelum sebelumnya.

"Catherineee, bagaimana kau...."

"Aku mengingat semua letak ruangan yang ada di rumah sakit ini. Dan aku hanya ingin mengingatkan tentang janjimu itu. Aku tidak bercanda atau menghayal suster Laura. Aku serius. Dan cam kan perkataanku tadi"

"..........."

"Satu lagi suster Laura. Jangan pernah mencari cari informasi tentang ku. Kalau kau ingin tau tanyakan saja padaku. Lebih mudah bukan?" Kata anak itu lalu berjalan ke luar ruangan.

Ku hembuskan nafasku pelan-pelan. "Anak itu..... Anak itu memang kelainan jiwaa" batinku. Aku masih belum bisa mempercayai sikap anak itu. Dia selalu membuat kejutan yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. Benar benar gila.

"Bagaimana mungkin dia bisa mengingat seluruh ruangan di rumah sakit ini? Dia saja baru sadarkan diri kemarin lusa. Kau benar benar luar bisa Catherine. Sampai sampai aku bisa gila dalam waktu dekat karena sikapmu." Batinku.

"Bagaimana keaadaan anak yg berada diruang 77?" Tanya Natheli.

Aku segera terbangun dari lamunanku.

"Lumayan membaik. Dia anak yg baik dan menyenangkan" Jawabku.

"Tapi kudengar anak itu punya indra. ke 6. Kau harus berhati-hati dengannya Laura." Kata Natheli dengan senyum yang dibuat buat agar terlihat horror.

"Ekhmm....." Hampir saya aku membenarkan perkataan Natheli. Ya benar aku haru berhati-hati dengannya. Namun, aku cepat teringat dengan janjiku.

"Natheli, kau tau aku bukan seorang penakut sepertimu. Bukankah semua anak kecil memang memiliki indra keenam? Jadi wajar saja kalo Catherine juga memilikinya" gubrisku dengan mencoba tersenyum.

"Ya, boleh kuakui keberanianmu Laura. Tapi tetaplah berhati hati dengannya" kata Natheli memperingatkan.

"Baiklah, sekarang tak ada waktu lagi untuk membicarakannya. Sekarang aku ingin ke kantin sepertinya perutku sudah bermain drum, Natheli" kataku sambil melirik jam tangan dan kulihat jarum jam menunjukkan pukul 2 siang dan aku belum makan siang.

"Ya baikalah, selamat menikmati makan siangamu, laura" kata Natheli sambil tertawa geli.

aku segera keluar ruangan dan berjalan memasuki lift.

Aku duduk di sudut kantin dengan membawa nampan berisi sepiring steak dan segelas lemon tea. Aku segera melahap steak yg ada dihadapanku saat ini. Aku benar benar lapar jadiiiii dalam sekejap steak dipiringku sudah berpindah tempat ke perutkum begitu juga dengan lemon tea yang tinggal seperempat gelas.

"Aku tidak sabar melihat reasi keluarga Leodinar mereka pasti sangat terpukul"

Kata "Leodinar" sukses membuatku mengalihkan pandangan. Kini kutatapi orang yang berada di meja depanku. Pria berkemeja oren kalem dengan seorang dokter laki laki yang rambutnya sudah memutih dan tentu saja aku kenal Dr. Jonathan.

Dengan siapa Dr. Jonathan? Siapa pria itu? Apa topik yang mereka bicarakan? Kenapa mereka menyebut nyebut nama keluarga Leodinar? Sesegera mungkin ku pertajam pendengaranku.

"Tenang saja aku sudah berpengalaman membunuh anak kecil" kata dokter itu.

"AKU SUDAH BERPENGALAMAN MEMBUNUH ANAK KECIL" yatuhaan apa yang dikatakan Dr. Jonathan? Apa Catherine bersungguh sungguh dengan perkataannya? Atau mungkin malam dokter brengsek yang di maksud Catherine itu...........

- - - - - - -

Jeng jeng maaf ya kalo ngebosenin tapi tetep semangat ya bacanya biar authornya juga semangat nulisnya!!!! :D Ganbatte!!!

Oh iya, jangan jadi silent readers dong kan author amatiran kayak aku butuh comment yang membangun dari para readersnya. So, aku tunggu yaa comment nya jgn lupa gunakan bahasa yang baik dan membangun yaa :D.

Comment dan Vote nya sangat dibutuhkan :D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad HospitalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang