CHAPTER 2

1.4K 51 2
                                    

Bel tanda istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Ruang koridor yang tadinya sepi langsung menjadi ramai. Ada yang mau ke kantin atau sekedar pergi berkumpul dengan teman-temannya.

Sekarang mari kita lihat tokoh utama kita.
"Hosh hosh. Dasar ino. Dia benar-benar berniat menangkapku. Heh, untung saja aku bisa kabur dengan cepat. Hah, sial."

Umpatan demi umpatan terus saja keluar dari mulut naruto. Sepertinya kekesalannya sudah melewati batas.

"Hei, lihat. Berandalan itu datang."
"Heh, tidak tau diri. Seharusnya dia sudah keluar dari sekolah ini. Dasar tidak tau malu"
"Pelangkan suara mu. Nanti dia bisa mendengarnya"
"Biarkan saja. Aku sudah muak dengan tingkah lakunya".

Naruto yang mendengar kata-kata murid kelas 3 itu merasa sangat marah. Namun dia menahannya, sudah cukup daftar keburukannya di catat oleh pihak sekolah. Naruto berusaha mati-matian untuk tidak membuat masalah lagi, meskipun itu sulit.

"Hei brandal, kau mendengarkanku kan. Lebih baik kau keluar dari sekolah ini. Kau cuma bisa membuat reputasi sekolah ini menjadi buruk. Lebih baik kau cari sekolah lain."
"Hei suigetsu, mana ada sekolah yang mau menerima murid berandalan seperti dia"
"Ahh..aku lupa jugo. Lebih baik kau pulang saja ke ibu mu. Dan menyusu lah kepadanya."
"HAHAHAHAHA......." semua anak kelas 3 tertawa dengan keras mendengar ucapan suigetsu. Sementara murid kelas lain cuma bisa diam mendengarkan senior mereka mengejek naruto.

Sementara naruto cuma terdiam mendengar itu semua. Hei, naruto memang brandal, namun dia sangat menghormati ibunya. Dengan perlahan naruto membalikkan badannya dan menatap para senior yang baru saja mengejeknya.

"Apa? Marah? Hahaha. Kami ini senior di sini. Jadi kau tidak bisa apa-apa. Pulang sana ke ibumu. Atau jangan-jangan ibumu juga sudah tidak mau menerimamu"

"Hah, sepertinya memang sulit bagiku untuk tidak membuat keributan. Jadi,apa boleh buat." dengan santainya naruto menghampiri meja suigetsu cs dan
Bakk.
Satu pukulan telak bersarang di wajah suigetsu hingga dia terjengkang kebelakang.

"Hei apa yang kalian tunggu. Cepat hajar si brengsek itu." teriak suigetsu.
Melihat temannya di hajar lantas membuat Jugo  naik pitam. Dengan kekuatan penuh, jugo melancarkan pukulan bertubi-tubi kearah naruto.
Dengan mudah naruto menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh jugo. Tidak butuh waktu lama, naruto menangkap tangan kanan jugo dan memelintir nya ke belakang.
"Akh.. Sial."
Dengan sekali gerakan, tangan jugo di patahkan oleh naruto. Melihat lawannya sudah tidak berdaya, naruto menendang wajah jugo ke arah suigetsu.

"Apa ada lagi yang mau?"
Sontak seluruh anak kelas 3 tadi lari kocar kacir meninggalkan temannya yang terluka.
"Heh, dasar pengecut."

Kantin yang biasanya ramai kini sunyi sejak naruto memukul wajah suigetsu. Kantin yang biasa di gunakan untuk makan kini menjadi layaknya bioskop.

"Wahh, naruto-senpai memang hebat. Semangat masa muda yang menakjubkan." teriak salah satu murid kelas 1 dengan rambut aneh dan alis yang tebal. Membuat semua pandangan di arahkan kepadanya.
"Apa?" tanya polos lee.
"Dasar anak aneh"
"Hah, tambah satu lagi murid aneh di sekolah kita." kata beberapa siswa melihat tingkah lee kepada brandal nomor satu di KHS.
"Ehh. Cepat sekali anak itu menghilang"
Sontak semua pandangan kembali di tujukan ketempat naruto berdiri yang kini sudah tidak ada.
Mengetahui naruto sudah tidak ada, kantin kembali menjadi ribut kembali.

"Hahh. Dasar naruto, membuatku kerepotan saja." tukas wanita dengan rambut pirang gaya ponytail. Namun seketika wanita itu mengeluarkan senyum manisnya.

..........................................,.......................................

Taman belakang

Tampak tokoh utama kita tengah terbaring di kursi yang memang disiapkan di taman belakang sekolah.
Sejak kejadian di kantin, naruto langsung menuju ke taman. Entah apa yang membuatnya kesini, namun ia tidak mempermasalahkannya. Yang penting tempat itu sepi dan tidak ribut itu sudah cukup.

"Tumben Kau memilih taman belakang sebagai tempat pelarianmu naruto. Biasanya kau ke atap"
Tampak seorang wanita berjalan dengan pelan ke arah naruto. Dari nada bicaranya,tampaknya wanita itu tidak takut sama sekali dengan naruto. Dan naruto tau siapa wanita itu.

"Ino. Bisakah sehari saja kau tidak mengganggu ku. Aku sedang ingin sendirian."
Gadis yang di ketahui ternyata ino cuma bisa memasang wajah cemberutnya.
"Jadi kau tidak suka aku ada di sini? Ya sudah aku pergi saja."
Baru lima langkah ino kembali berhenti dan berbalik melihat naruto yang bahkan belum bergerak dari tempatnya.

"Hei naruto. Apa kau tidak mau menahanku?"
"Hn."
Mendengar jawaban ambigu dari naruto membuat ino makin frustasi.
Dengan masih memasang wajah cemberut, ino berjalan ke bangku kosong didekat naruto.

"Kau memang tidak pernah berubah ya. Kau selalu saja membuatku repot."
Tidak ada jawaban. Bergerak pun tidak, sepertinya naruto benar-benar tidak ingin diganggu.

"Hah, pulang sekolah nanti apa kau ada kegiatan?"
Mendengar pertanyaan dari ino sukses membuat mata naruto terbuka.

"Jika tidak, maukah kau ikut denganku keruang kepala sekolah, ia menyuruhku memanggilmu."
Naruto akhirnya bangun dari acara tidur-tidur-tidurannya. Ia lantas memandang ino.

"Ino. Aku tidak akan ikut denganmu, katakan pada kepala sekolah jika kali ini aku tidak sepenuhnya salah." bantak naruto.

Hal itu membuat mata ino membulat, ia tidak menyangka naruto mengetahui alasan dia di panggil. Lagi, ini baru pertama kalinya ino di bentak oleh naruto. Ino merasa ada yang aneh di dadanya ketika mendengar bentakan dari sang berandal nomor 1 di KHS.

"Tapi naruto, kumohon kali ini saja. Jika kau tidak ikut denganku aku nanti di marahi. Jadi ku mohon sekali ini saja." tanpa sadar ino memegang tangan naruto. Tentu saja itu membuat naruto terkejut. Dengan perlahan naruto menyingkirkan tangan ino.

"Maaf ino. Tapi aku tidak bisa." setelah itu, naruto berdiri dan pergi meninggalkan ino yang cemberut.

"Hah. Sepertinya gagal lagi. Apa yang harus aku katakan pada kepala sekolah."
Ino benar-benar sukses di buat kerepotan oleh naruto.
Poor ino.

LOVE A BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang