BAB -1 "SEMEJA"

13 2 5
                                    

Sepasang siswa sedang menyantap nasi goreng dengan lahapnya dipinggir jalan. Dengan kecepatan penuh Edo lebih dulu menghabiskan makanannya.
“Bang, nasgor saya dia yang bayar. Ra gue pergi luan ya”,ucapnya lalu berlari meninggalkan Nara yang melototkan matanya.

“Woi, jangan kabur lo”,teriaknya sekuat tenaga. Nara menggeram tangannya dan wajahnya terlihat kesal karena kebiasaan Edo yang kabur jika sedang beli makanan.

“Bang berapa semuanya?”

“Sama punya temen eneng tadi semuanya jadi 20 rb neng”,tutur penjual bakso.

Nara mengumpat dalam hati dan berjanji akan membalas perbuatan Edo. Ia pikir Edo pergi dengan membawa sepeda ternyata dia berlari dan sengaja meninggalkan sepeda itu untuk Nara. Walau kesal Nara tetap bersyukur karena Edo masih baik membiarkan Nara yang memakai sepeda miliknya.

2 Menit lagi gerbang akan ditutup pak satpam. Nara sudah merelakan dirinya terlambat datang kesekolah. Bagaimana tidak, dia pikir sahabatnya itu meninggalkan sepeda agar Nara bisa mengejarnya tapi nyatanya ban belakang sepeda itu bocor.
“Maa-”
“sttt…Ara..sini”, bisik seseorang dari balik samping dinding sekolah. Mata Nara berbelok ke sumber suara tersebut lalu berjalan menuju orang yang berbicara. “Lo ngapai disini? Bukannya tadi lo dah kabur luan”ucap Nara dengan nada sinis dan tangannya menunjuk orang tersebut.

“Yaelah, gitu aja lo marah. Biar gitu gue tadi nunggui lo sebelum masuk. Lama sih lo”balas Edo balik.

“Bukan gue yang lama, sepeda butut lo ini yang bocor. Tau ah gelap”. Nara menunjuk sepeda Edo dengan dagunya.

Pertengakaran diantara dua sahabat ini harus berakhir karena suara dari bu Erni yang menugaskan pak satpam untuk memeriksa setiap sudut tempat rawan para siswa bandal yang mencoba loncat untuk bolos atau ketika mereka  datang terlambat. Seperti keadaan Nara dan Edo saat ini. 

“Ra, lo naik di bahu gue trus loncat kedalam ya. Sebelum datang satpam”saran Edo.

Nara mau menolak dan tapi sudah tak ada waktu lagi untuk berdebat. Mereka merantai sepeda Edo yang bocor di tiang jalan dan meminta tolong penjual sekitar menjaganya.

“Lo jangan ngintip rok gue ya. Awas aja lo berani, gue adui tante Mona”,ujar Nara dengan was – was.
“Bawel lo cepat naik”.
Nara mengalungkan tanganya di leher Edo dari belakang. “Gue nyuruh lo naik keatas bahu gue bukan meluk gue gini”.

“Geer lo. Gue gak ngerti. Awas aja nanti lo bilang gue berat”.
Edo membuat tatapan tak peduli dan menatap kesal Nara. Dengan susah payah Nara melebarkan kakinya agar bisa berpijak diatas tembok tersebut dan langsung loncat. Edo yang masih diluar melemparkan tasnya terlebih dahulu lalu dengan mudah loncat kedalam.Mereka berdua langsung berlari menyelinap kekelasnya masing – masing dengan aman.

***

Suasana kelas yang riuh seketika hening ketika bu Erni datang memasuki kelas Nara. Semua orang saling menatap bingung. Pasalnya bu Erni adalah guru BK. Dan jika ada pelajaran BK dikelas Nara bukan bu Erni gurunya.

“Perhatian semuanya”,ucap bu Erni dengan tegas.

Tokk..tokk dia memukul penggaris ke meja. Tanganya beralih membuka catatan hitam sebutan para siswa. Karena setiap orang yang melanggar peraturan maka namanya akan tertera dibuku tersebut.

“Ibu, tahu disini ada seorang siswi yang tadi pagi loncat lewat dinding samping karena terlambat..”ucapnya sambil menatap tajam.

Deg…deg
Jantung Nara berdegup kencang sekali melebihi orang yang sedang jatuh cinta. Suhu tubuhnya juga berbeda. Badannya terasa panas tetapi tangan dan kakinya terasa dingin. Dia merasa menyesal karena tadi pagi mengikuti jalan pikir Edo yang sesat. Dia memilin jarinya di dalam laci karena gugup.

“Ibu, tidak akan menunjuk orangnya. Jadi silahkan kalian mengacungkan tangan sendiri jika merasa bersalah.”
Semua saling menatap curiga siapa yang berani berhadapan dengan bu Erni. 3 kali kena peringatan dari guru BK satu ini maka orang tua akan dipanggil menghadap ke kantor. Semua pasti akan berusaha menghindari guru BK satu ini.

Ayo Nara lo pasti berani batin Nara berusaha memberanikan diri sendiri sambil mengepalkan tangan.
“Sa-”
“Saya bu”,potong Gita dengan mengacungkan tangannya yang gemetar. Semua menatap Gita dan menggeleng – geleng karena tidak percaya si kutu buku berani melanggar peraturan sekolah.
“Bagus. Akhirnya kamu menyadari kesalahanmu. Ayo ikut saya kekantor”
1 poin keberuntungan jatuh ke tangan Nara hari ini. Poin kedua keberuntungannya hari ini adalah saat pertukaran bangku. Ia yang saat ini duduk dengan Rika harus bertukar tempat duduk dengan cowok. Jadi setiap meja harus terdiri dari cowok cewek.

Dia sudah menargetkan siapa yang akan menjadi teman semejanya selama 2 semester ini. Dia adalah Aldi Revano.
“Al gue duduk bareng lo ya”
“Sama gue aja Al, gua wangi kok”
“Gue aja Al kita kan pasangan serasi”
Begitulah bualan para gadis dikelas Nara. Nara memeletkan lidahnya menirukan para gadis itu karena sudah muak mendengar setiap godaan yang dilontarkan para gadis yang ingin duduk juga dengan Aldi.

“Hei..hei..jangan ribut. Tanya sendiri tuh sama si Aldi dia milih siapa?”,potong Nara sambil membubarkan kerumanan tukang gosip dikelasnya.
“Gue juga bingung. Tapi gue mau duduk sama yang bisa ngajari gue fisika sama kimia”,tutur Aldi.

Senyum kemenangan sudah muncul di wajah Nara. Karena kumpulan tukang gosip saling memandang dan bubar karena tak ada yang menjamin dirinya bisa membantu Aldi belajar. Hanya tersisa Nara dan Aldi yang akhirnya memutuskan duduk semeja. Wajar saja Nara menang karena dia memang cukup jago dibagian menghitung. Tapi tidak jika dibagian bahasa.

Saat jam istirahat Nara bergegas ke kelas Edo meminta ganti rugi saat makan nasi goreng pagi tadi. Orang yang ia cari sedang tidur dengan buku paket menutupi wajahnya. Nara ingin membangunkan sahabatnya tersebut tapi ia mengurungkan niatnya. Saat beranjak pergi, Edo menarik lengannya agar tetap duduk disampingnya.

“Lo mau apa”,ucapnya dengan posisi yang masih sama yaitu buku paket menutupi wajahnya.
“Gue mau minta tanggung jawab”,ucap Nara dengan kesal.
Edo langsung terbangun dan duduk tegak menghadap Nara. “Lo kenapa Ra? Gue kan gak ada ngapa ngapain lo”ucapnya dengan nada khawatir.
“Gila lo,maksud gue bukan itu” Nara memukul punggung Edo bertubi – tubi .

Edo mengelus elus dada nya “Syukurlah gue kirai-”
“Gak mungkin”Nara mendecak kesal.
Tangan Edo mengambil hp yang ada di tangan Nara. Lalu mengetikkan sesuatu dan mengembalikannya ke Nara. Yang memiliki hp hanya diam saja sambil merengut .

“Dah deh lo gak usah manyun  manyun. Dah jelek gak usah dijelek – jelekan lagi itu muka. Lo mau ngapain lagi, kalo gak ada pergi sana ganggu jam tidur orang aja lo”, usir Edo sambil menggerakkan tangannya mengusir Nara.

“Amit – amit gue punya teman kek gini”, ucap Nara dan pergi meninggalkan Edo yang kembali tidur.

-Penulis amatir

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Strange DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang