By - Ova Dwi Gunawan
Pagi itu tepat di hari senin, tanggal 20 Maret. Cuaca tampak cerah sinar matahari yang menembus masuk sela-sela jendela rumah besar bertingkat dengan warna cat kuning itu tampak selaras dengan sinarnya. Rumah yang mempunyai desain menawan dan memiliki taman disekelilingnya itu begitu terlihat cantik di pagi hari. Pemandangan yang indah dari rumah itu, sepertinya berbanding terbalik dengan anak laki-laki yang menepati rumah tersebut. Pasalnya anak itu tampak kesal dengan sesuatu hal. Anak itu bernama Riky, hari ini ia sebenarnya harus menghadiri acara seminar tentang persiapan kerja di kampusnya.
Ia tampak bersiap-siap merapihkan dan memasukan sesuatu ke dalam tas yang berda dikamarnya, dan terlihat sangat tegesah-gesah. Ternyata, ia baru menyadari bahwa jam sudah menunjukan pukul 09:00. Sedangkan acara seminar dimulai pada jam 09:30, dan yang menjadi masalahnya adalah perjalanan tempat Riky menghadiri seminar memerlukan waktu sekitar 45 menit, itu pun jika keadaan jalan tidak terkendala macet. Riky kesal karena ia tau bahwa ia bangun kesiangan di hari yang penting ini.
Akhirnya setelah di rasa semuanya sudah beres, Riky pun segera bergegas dan menyiapkan motornya untuk berangkat. Segera setelah ia tancap gas, ditengah perjalanannya Riky melihat seorang Nenek di persimpangan jalan. Nenek itu tampak terlihat gundah dan gelisah matanya melihat kekanan dan kekiri seperti telah terjadi sesuatu. Karena merasa iba dengan si Nenek Riky mencoba memberanikan diri bertanya kepada si Nenek itu.
“Ada apa nek, Nenek terlihat kesulitan apa bisa saya bantu?” tanya Riky pada si Nenek.Si Nenek terihat agak sedikit kaget,
“Oh ini cu, uang nenek hilang pas belanja ke pasar tadi. Tapi nenek gak tau hilangnya dimana, dan nenek ingin cepat pulang, karena nanti akan ada acara keluarga dirumah. Nenek tidak punya uang untuk naik kendaraan, kalau mau jalan jaraknya terlalu jauh cu. Nenek bingung?” ucap si Nenek dengan nada yang berat.
Riky lalu melihat jam tangannya, ia pun tak kalah gelisahnya dengan si Nenek ekspresi wajah Riky panik ketika ternyata jam sudah menunjukan pukul 09:15. Ia berpikir dan berkata dalam hati dengan menibang-nimbang kemungkinan yang akan tejadi jika ia mengantarkan si Nenek atau malah pergi meninggalkannya.
“Ehm... Kalau aku pergi dan meninggalkan Nenek ini di jalan, nanti si Nenek takut kenapa-napa atau malah tersesat nanti. Tapi, kalau aku pergi mengantarkan si Nenek pulang kerumahnya, aku akan telat menghadiri seminar penting ini dan takut tidak di ijinkan masuk. Ah! Sudah tidak ada waktu lagi buat berpikir panjang” pikir Riky dalam hatinya.
Tak mau lama berpikir karena di kejar waktu, setelah itu Riky membuat keputusannya dengan segera. “Nek, Nenek gak perlu khawatir biar saya yang mengantarkan Nenek pulang kerumah. Nenek masih ingat jalan menuju rumah Nenek kan?” tanya Riky pada si Nenek.
“Rumah Nenek ke arah sana cu dekat daerah perumahan Gading Perkasa. Tapi tidak usah repot-repot, Nenek tidak apa-apa, kamu pasti juga sedang buru-burukan? sebaiknya kamu segera bergegas jangan pedulikan Nenek”
Riky bukannya malah mendengarkan si Nenek ia malah mencoba terus membujuknya. Karena ia tau si Nenek hanya sedang berpura-pura tidak apa-apa padahal raut wajah gelisah si Nenek masih tampak jelas terlihat di mata Riky.
Riky sudah tidak peduli lagi meskipun nanti ia akan telat menghadiri seminar. Perasaan yang awalnya ragu untuk menolong si Nenek, kini menjadi kuat dan tidak ada sedikitpun perasaan ragu di hati dan pikiran Riky saat ini.
“Nek saya tidak lagi buru-buru kok, saya hanya mau main ke rumah teman, kebetulan berhubung rumah Nenek sama dengan daerah rumah temen saya. Kenapa Nenek tidak sekalian menupang saja naik motor bareng saya?” kata Riky yang mencoba berbohong agar Nenek mau di antarkan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebaikan yang Dibalas Keberuntungan
Short StoryPagi itu tepat di hari senin, tanggal 20 Maret. Cuaca tampak cerah sinar matahari yang menembus masuk sela-sela jendela rumah besar bertingkat dengan warna cat kuning itu tampak selaras dengan sinarnya. Rumah yang mempunyai desain menawan dan memili...