Menteri Pertahanan, Jenderal-jenderal, Gubernur wilayah perbatasan serta Pungwolju Kim Wihwa telah berkumpul duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Mereka menunggu Raja Jinheung, orang yang mengadakan pertemuan terbatas ini.
Pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok pria muda berbalut jubah merah kerajaan, dengan sabuk dan ikat kepala yang berlambangkan naga, sebagai simbol kedaulatan Raja Silla.
Keenam orang itu berdiri dan membungkukkan badan mereka saat Raja Jinheung menduduki kursinya. Lalu mereka kembali duduk.
"Aku memanggil kalian pagi ini karena ada hal penting yang ingin kubahas." Ucap Raja Jinheung memulai pertemuan.
"Baekje dan Goguryeo hingga saat ini terus menerus menggerogoti wilayah Silla. Dan aku dengar, kemarin terjadi konflik di perbatasan Silla-Baekje oleh para prajurit kedua Kerajaan. Apa yang harus kulakukan dengan hal ini? Apa saja yang selama ini kalian lakukan, Jenderal?" Ucapan menusuk itu ditujukan Raja Jinheung pada orang-orang yang ada di meja itu.
Menteri Pertahanan membuka suaranya, "Selama beberapa tahun terakhir terjadi sengketa perebutan wilayah Sungai Han. Ketiga kerajaan mengklaim bahwa wilayah itu merupakan bagian dari wilayah kerajaan mereka, dan hal inilah yang terus memicu terjadinya konflik. Goguryeo berambisi memperluas wilayah kerajaannya, beberapa daerah Silla telah jatuh ke tangan Goguryeo. Jika semakin dibiarkan, maka Silla tidak akan ada lagi, Yang Mulia." Jelas Menteri Pertahanan.
"Itu masalahnya, bagaimana bisa kalian membiarkan hal itu terjadi? Apa prajurit Silla terlalu lemah dibandingkan pasukan mereka?"
Para Jenderal mendadak gugup, "Yang Mulia, itu..."
"Kalau begitu buat mereka kuat! Mau sampai kapan Silla dikatakan Negara yang lemah?" Raja Jinheung meluapkan kekesalannya. Selama 2 bulan menjadi Raja, ia langsung memeriksa seluk beluk kondisi kerajaan dan menemukan banyak hal yang menyimpang, dan ia harus mulai memperbaikinya satu persatu.
"Mulai sekarang, Militer dan Pertahanan Silla akan berada langsung di bawah komandoku. Semua senjata, seragam, makanan dan hal-hal kecil lainnya harus dilaporkan langsung padaku. Mengerti?" Ucap Raja Jinheung tegas. Ia harus mencoba segala cara agar apa yang diinginkannya tercapai. Ia telah melihat bagaimana kekuatan prajurit Baekje, dan prajurit Silla bukanlah tandingan mereka.
"Pungwolju Kim Wihwa. Apa menurutmu saat ini Hwarang sudah siap disertakan dalam pertempuran?" Tanyanya pada mantan gurunya itu.
"Pyeha, Anda tahu sendiri kemampuan mereka. Untuk bertempur, mereka belum memiliki tekad dan strategi yang kuat." Jawab Kim Wihwa. Sebagai Pungwolju, ia paham betul kemampuan murid-muridnya.
"Aku mengerti. Jenderal, ada berapa prajurit Silla yang dijadikan pasukan pribadi oleh pejabat istana?" Tanya Raja Jinheung. Ia telah lama mengetahui fakta ini, bahkan jauh sebelum ia datang ke Silla. Para pejabat mengambil dan menjadikan prajurit Silla yang berada di daerah-daerah untuk dijadikan pasukan pribadi. Ia bertanya-tanya apa saja yang dilakukan ibunya selama ini.
Jenderal itu berdehem pelan, "Setidaknya, seperempat dari jumlah seluruh prajurit, Yang Mulia. Mereka tersebar di rumah para Gubernur dan pejabat tinggi."
"Hahaha...seperempat? Bahkan aku mendapati 2000 pasukan pribadi milik Park Youngsil saat menyita seluruh harta kekayaannya. 2000 pasukan untuk seorang pejabat? Apa itu masuk akal?" Tukas Raja Jinheung.
"Aku tidak melarang para pejabat memiliki pasukan pribadi. Tapi jika mereka mengambilnya dari prajurit Silla, bukankah namanya mereka telah mencuri? Tarik kembali seluruh prajurit Silla yang berada di tangan pejabat, ini perintah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwarang: King Jinheung The Great
Historical FictionEra Raja Jinheung dimulai. Keinginannya adalah menjadikan Hwarang sebagai harapan baru bagi Silla. Bersama Hwarang, ia akan mencapai tujuan utamanya, menyatukan tiga kerajaan. Ia tau perjalanannya tidak akan mulus. Kekuasaan Park Youngsil yang bang...