Aku tidak pernah tahu kalau yang namanya Tobio Kageyama itu (sungguh) sangat tampan. Dalam jarak sedekat ini, detail wajahnya terpampang dengan sangat jelas. Wajah yang halus. Hidung dengan dimensi yang menakjubkan. Bibirnya yang tipis. Lalu... matanya.
Mata Kageyama memberikan kesan yang sangat kuat. Mata yang menatapku dengan polos, namun memiliki intensitas yang mampu membuat jantungku berdebar begitu cepat, seakan meronta keluar dari rongganya. Mata berwarna gelap yang jika sekali bertemu pandang dengannya, maka enggan terasa untuk beralih darinya.
"Senpai, nggak apa-apa?" Kageyama membuka suara.
Dan suaranya! Ya Tuhan. Terima kasih telah menciptakan seorang Kageyama dengan suara rendahnya yang mampu beresonansi sempurna dengan udara. Getaran suaranya menggelitik telingaku. Jantungku berpacu lebih cepat lagi. Kalau kehidupan manusia dibatasi dengan kuota debaran jantung, mungkin kuotaku sudah habis sekarang.
"Senpai?"
Aku tergagap dan tubuhku oleng lagi. Sebelah tangan Kageyama terasa kuat menahan pundakku.
Ya, aku memang baru saja mengalami kejadian paling klise di jagad fiksi, namun kemungkinan terjadinya di dunia nyata hanya nol koma sekian persen. Aku nyaris terjatuh di tangga dan Kageyama-lah yang menyelamatkanku. Dia menahanku dengan lengannya yang kokoh karena latihan voli yang intens itu. Ingin rasanya berlama-lama ditahan oleh lengan yang rasanya sangat bisa diandalkan ini.
"Heh! Kageyama! Dari tadi ditungguin! Nanti telat lati--ups."
Aku menoleh dan mendapati sosok berambut cerah di ujung tangga. Sosok yang kuketahui bernama Hinata Shoyo itu menatapku dan Kageyama dengan pipi memerah. Oh iya. Kalau diingat-ingat, sejak awal aku hampir terjatuh karena Kageyama dan Hinata sama-sama berlarian di tangga. Kageyama menyenggolku dan beginilah jadinya.
"Ma-maaf kalau aku mengganggu..."
"Hinata bego! Bukan begitu! Ng... Senpai?"
Ke mana suara rendah yang terdengar begitu menggoda tadi?
Aku melepaskan diri dari Kageyama dan langsung mengangguk cepat. "Aku nggak apa-kok... Sudah, sana latihan...," tukasku sok diringan-ringankan.
Kageyama menatapku selama beberapa saat. "Benar Senpai nggak apa-apa?"
Pertanyaan itu hanya kubalas dengan anggukan cepat lainnya. Kageyama balas mengangguk, kemudian perlahan mulai beranjak menghampiri Hinata. Dari posisiku, masih terdengar suara Kageyama saat mengata-ngatai Hinata, yang tentu saja dibalas dengan berbagai protes dari Hinata.
Bahkan sampai sekarang, debaran jantungku sama sekali belum melambat.
----------------------------------------
"Sugawara! Bantu aku mendekati Kageyama, dong!"
Tak akan kulupakan betapa jeleknya ekspresi Sugawara sebagai reaksi atas ucapanku barusan. Aku langsung memukul pelan bahunya sambil menarik bangku dan duduk di sebelahnya. "Ayo, dong. Please."
"Memangnya sudah putus dari pacarmu yang sebelumnya?" tanya Sugawara dingin. Matanya lekat menatap buku catatan yang sedang dia salin. Beberapa hari lalu, Sugawara yang sudah sekelas denganku sejak kelas 1 SMA ini harus absen dari kelas karena mengikuti pertandingan voli tingkat prefektur. Makanya kesibukannya belakangan ini hanya menyalin catatan di antara jeda pelajaran, karena pagi dan sorenya sudah harus fokus ikut latihan klub voli lagi.
"Sudah. Nggak tahu, ya? Baru beberapa hari yang lalu, sih."
Tiba-tiba saja Sugawara mengulas senyum lebar. "Aku harus tahu, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS -Haikyu!! One-shot Collection-
FanficTiap ciuman memiliki kisahnya sendiri. Yang mana kisahmu? DONE: - Shoyo Hinata Pt. 1 & Pt. 2 - Toru Oikawa - Hajime Iwaizume - Tetsuro Kuroo Pt. 1 - Kei Tsukishima - Kotaro Bokuto - Tetsuro Kuroo Pt. 2 (END) - To...