Sweetness

430 81 2
                                    

"yuta tunggu! Kereta belanja ini berat sekalii!!" ronta gadis itu saat merasa tangan mungil nya benar benar bengkak karena mendorong kereta belanja penuh dengan tepung, gula, margarin, dan bahan-bahan lainnya.

"aish wendy kau benar-benar payah" ucap yuta lalu mengambil alih mendorong kereta belanja.

Mereka berdua sedang berada di supermarket sederhana di dekat rumah yuta. Hanya untuk sekedar membeli kebutuhan pokok toko roti saja, tidak membeli jajanan yang lain apa lagi sampai berfoya foya!

Yuta bukan seperti itu. Tapi tidak tau dengan wendy. Gadis itu sedari tadi menahan tangan nya untuk tidak mengambil makanan-makanan lezat dihadapannya. Kalau kemarin dia bisa dengan mudah mendapatkan apa yang ia lihat, sekarang tidak. Sekarang kan dia sedang menyamar! Mana mungkin dia akan menggunakan uang nya. Dia masih berusaha untuk memulai semuanya dari nol. Ya semoga saja dia bisa.

"berat tau!" umpat wendy.

Sedangkan yang diumpat hanya memutar bola matanya malas sembari kembali mendorong kereta belanja nya menjauh.

"yutaa.." rengek wendy.

"apa? tadi kau mengumpati ku, lalu sekarang kau memanggilku dengan manja begini ada apa sih?" tanya yuta.

"aku mau eskrim" wendy dengan lihainya menunjukan puppy eyes nya.
"tidak, tidak ada eskrim! Uang ku tidak akan cukup untuk membayar eskrim! Lebih baik beli diluar saja nanti, di dagang gerobak.. Lebih murah"

"apa? Dagang gerobak?" seumur-umur wendy tidak pernah sama sekali makan apapun yang dijual oleh pedagang kaki lima alias pedagang gerobak!

Wendy kan sudah terbiasa dengan makanan restoran yang mahal, mana mau dia memakan makanan pinggir jalan?! Apalagi dari gerobak!

"kau belum tau saja, es krim pinggir jalan itu enak" yuta berkata dengan santai nya.

"tapi kan jorok" wendy memanyunkan bibirnya.

"jorok bagaimana? Menurutku itu bersih.. Lagipula memangnya kau mau yang seperti apa?" yuta menghadap ke gadis ini.

'aku harus bersikap sederhana' tegas wendy dalam hati.

"aku ingin.. Es krim kojong saja" wendy menyengir.

"nahh kalau yang murah begitu baru aku belikan haha" ujar yuta tertawa receh.

Wendy hanya tersenyum. Dia tidak boleh merepotkan yuta, dia kan berniat ingin membantu pria ini, dan mungkin dengan hidup sederhana, dia bisa mengubah kembali hidupnya yang hingar bingar itu.

——————————————————

'Son Seungwan, model berparas cantik ini dikabarkan menghilang tanpa jejak setelah diperkirakan berada di kawasan apartemen myeongdong tadi malam'

"hei wendy, lihatlah berita ini! Lihat, model yang hilang itu mirip seperti mu! Haha! Pantas saja aku seperti pernah melihatmu sebelumnya. Rupanya kau mirip dengan model ini!" ucap yuta menunjuk-nunjuk ke sebuah televisi di supermarket itu, yang sedang menayangkan sebuah berita.

Deg.

Wendy tercekat kaget.

Televisi itu menampilkan foto dirinya berbalut dress ternama yang sudah pasti sangat mahal, disertai artikel-artikel yang mengatakan bahwa dia menghilang! 

Wendy mengusap matanya dibalik kacamata bulat besar yang ia kenakan—yang sebelumnya milik yuta.  Mulutnya menganga tak percaya.

Bagaimana bisa berita ini menyebar dengan secepat ini?! Bahkan aku baru tadi malam menghilangnya!

Oh ayolah wendy! Kau ini kan terkenal! Beberapa jam saja kau tidak kelihatan kan pasti sudah banyak yang menanyakan kabar mu!

"apa kau mengenali model itu?" tanya wendy ke yuta dengan hati hati.

"hm.. tidak sih, tapi aku beberapa kali melihat dia di televisi nenek ku.. Jadi yaa.. Aku tau saja wajahnya" ucap yuta santai sambil menjilati es krim nya.

Iya.. Mereka sudah membeli eskrim di dagang gerobak lalu kembali masuk ke supermarket tadi—tidak penting,lupakan.

Wendy merasa lega. Beruntungnya yuta tidak terlalu memperhatikan berita itu, jadi wendy tidak perlu takut ketahuan kan?

"sebaiknya kita segera pulang yuta" ucap wendy takut-takut kalau ada paparazi yang mengintai nya—walaupun dia sudah menyamar dengan kacamata bulat dan rambut dikepang tetap saja kan siapa tau ada yang mengenalinya.

Yuta mengendikan bahunya. "baiklah"

—————————————————

"yutaaa!! berhenti mengganggu wendy dan lanjutkan pekerjaan mu!" nenek nakamoto marah-marah saat melihat tingkah usil cucunya yang berusaha mencolek pipi wendy dengan tepung.

"baik nek" ujar yuta pasrah kembali ke aktifitas mencuci piring nya.

Sementara wendy dengan bahagia menjulurkan lidarnya ke arah yuta.

Mereka berdua sedang membantu nenek nakamoto membuat kue untuk pelanggan. Wendy yang katanya pandai masak—memang pandai sih— itu pun memaksa nenek nakamoto membiarkan dirinya mencoba membuat. Dan dengan hati yang agak ragu, nenek nakamoto membiarkan gadis itu membantunya.

Sementara yuta, pemuda itu sedang asik meliuk-liukkan tangan nya dengan piring, sabun, dan keran yang menyala.

"nenek, ini mau diberi krim yang seperti apa?" tanya wendy saat kue nya sudah matang.

"wah kelihatan nya enak, biar nenek coba dulu" nenek nakamoto pun menyendok sedikit kue itu dan memasukannya kedalam mulut.

"hmmm enak sekalii" wanita paruh baya itu tersenyum dalam acara mengunyahnya.

Mata wendy berbinar.

"benarkah??" tanya nya memastikan.

"sungguh wendy, kau berbakat" nenek itu mengelus pundak wendy penuh sayang.

Yuta yang melihat itu mencembikan bibirnya malas.

"masa sih enak" yuta menyepelekan.

"hei yuta, kau harus coba ini! Kemari dan cobalah sedikit" nenek mengisyaratkan yuta untuk mendekat.

Dengan malas, yuta mendekat dan membuka mulutnya menerima suapan nenek nya itu.

'astaga ini enak sekali' batinnya.

"bagaimana? Enak tidak?" tanya wendy begitu melihat yuta mengunyah dengan sangat menghayati.

"ini.. ini enak" ucap yuta.

Wendy tersenyum penuh kemenangan.

"benarkan aku tidak akan merepotkan mu" ucap wendy.

"tetap saja kau adalah gadis cerewet" yuta beranjak malas setelah mencomot kembali kue buatan wendy itu.

"heii!! Kau mengambil banyak sekaliii!!" wendy mengejar yuta yang selalu siap berlari untuk menghindar.
"tangkap aku kalau bisa dasar gadis mungil cerewet!! hahaha" yuta dengan bahagia berlari-lari di dapur neneknya itu.

"aaaaa!! Awas saja kau mengatai ku mungil lagi!!" wendy sudah siap dengan membawa sendok sayur ditangannya yang siap memukul yuta.

Sementara nenek nakamoto hanya duduk manis menyaksikan ulah usil cucunya ini.

'manis sekali mereka'

Son Wendy, I Love You!  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang