Di senja yang sangat syahdu dengan langit jingga sebagai naungannya, di kala hujan rintik dan angin sepoy-sepoy yang sangat menggelitik angan untuk tetap memandang dari kejauhan.
Sendiri...
Hanya sendiri di kala langit ingin melabuhkan dirinya pada peraduannya, tapi aku hanya sendiri dan enggan untuk menemui pelabuhan hati. Pada siapa hatiku ini berlabuh? Untuk siapa hati ini di tujukan? Karena siapa hati ini selalu menemukan jurang keraguan yang sangat dalam? Karena siapa hati ini sering merasakan gundah, sedih, hambar, dan juga kalut dalam waktu bersamaan?
Ya Rab..
Sang penegak jiwa, sang maha agung, sang maha membolak balikkan hati,sang maha segalanya.. hanya kepada Dialah kami memohon segala petunjuk dan memohon untuk di selamatkan dalam keselamatan raga dan juga hati yang terkadang sakit dengan sendirinya, hati yang terkadang bingung dan bimbang untuk menentukan pilihan kemanakah dia akan berlabuh, kemana dia akan menunjukan tanda-tanda akan adanya cahaya untuk menentuka pilihannya
Mimpi..
Itulah hal yang di inginkan semua orang sebagaimana yang telah aku inginkan selama ini.
Melawan Orangtua..
Tidak, bahkan sekalipun aku tidak pernah berfikiran untuk mendurhakai orangtuaku yang selama ini sangat mengasihiku, selalu membimbingku ketika aku menapaki jalan yang tidak seharusnya aku tempuh, dan jasa-jasa lainnya yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa ku balas. Hanya Allah lah yang bisa membalas kebaikan mereka, Do'a lah yang hanya bisa aku lakukan untuk orangtuaku.
"Neng, udah siap semua belum? Udah di masukin ke tas semua? Jangan sampe kelewat loohh.. Jogja itu jauh, kamu nggak bisa pulang dulu kalo kelupaan kaya biasanya.." Teriakan Ibuku yang sedang membantu untuk mengepak semua barang yang aku bawa untuk kuliah di Jogja sukses membuyarkan semua lamunanku..
Yah, sekarang aku sudah menerima beasiswa yang di ajukan oleh sekolahku beberapa bulan lalu, meskipun ada kendala yang........ Ah sudahlah jika di fikirkan lucu juga ya, aku pinsan ketika aku berhadapan dengan orang yang akan di jodohkan denganku.. hahaa.. semuanya begitu kalut sehingga aku tak mampu lagi menahan semua kesadaranku saat itu..
"Neng, iihh malah ketawa sendiri, sehat kamu?"
"Eeehh.. Nggak apa-apa bu, Iya udah ko semuanya udah Dewi cek dan semuanya sudah lengkap"
"Makannya jangan suka melamun terus, nanti kamu kesambet kan repot, Eehhh.. Ilham itu bukan makanaann" kami langsung kerepotan begitu melihat Ilham yang sedang menggigiti bajuku yang bergambarkan ice cream kesukaan Ilham. Memang dengan memakai baju itu biasanya Ilham akan langsung meminta aku gendong, yah walaupun akhirnya baju inilah yang akan menjadi santapan Ilham dan pada akhirnya air liurnya akan berceceran..
"Wi, baju ini nggak usah di bawa ya? Buat Ilham aja, kayanya dia suka banget sama baju ini, lagian kan udah butut juga"
"Nggak ah buu.. Nanti kalau di sana Dewi kangen Ilham gimana? Cuma baju ini yang bisa ngilangin kangennya Dewi sama Ilham, kan kalo lagi kangan Ilham, Dewi tinggal peluk baju ini deehh.. Ya kan de.." Seakan mengerti dengan ucapanku, Ilham yang tadinya menggenggam erat bajuku, akhirnya menyerahkan baju itu kepadaku.. "tetetetehhh..." oceh Ilham.. lalu langsung menhambur ke pelukanku..
"Adek jangan nakal di rumah ya, jangan suka bikin ibu kesel, jangan makan sembarangan juga, liat dulu itu makanan atau bukan. Teteh bakal kangen niih sama Ilhaamm.." Aku tak tau Ilham mengerti perkataanku atau tidak, tapi Ilham menjawabku dengan anggukan kepalanya.. semoga dia mengerti.. "pinteerr.." kami pun bertepuk tangan bersama..
"Bu, Dewi mau ngomong sama Ibu. Dedek main sendiri dulu ya" lalu Ilham ku letakan di atas kasurku.
"Yaudah atuh neng, kamu mau ngomong apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah dan Cinta yang harus di relakan
EspiritualDewi seorang gadis biasa yang pernah berbuat dosa dengan menjalani "pacaran" hingga akhirnya dia tersadar dan mungkin mendapat hidayah Allah yang membuat dirinya harus memilih antara "cinta" atau "hijrah"