🌻Prolog🌻

14 1 0
                                    

Zahra, perempuan yang sedang mendengarkan alunan musik melalui earphonenya, perempuan berambut sebahu itu menutup matanya sejenak. Menikmati lagu yang menenangkan pikirannya. Ia suka, ralat! Sangat suka musik. Baginya musik ia ibaratkan seperti hidupnya, karena dalam keadaan apapun perempuan yang kini sedang melepas earphone selalu ada waktu untuk menikmati alunan musik.

Zahra menjeda lagu di ipodnya, pandangannya lurus ke depan, mata coklatnya menangkap sebuah objek yang dipikirkan semalam. Di meja nomor 7 cowok berambut gondrong sedang menatapnya. Zahra segera mengalihkan pandangan ke arah lain, tepatnya ia melihat ke arah dua orang siswi yang ditunggunya berjalan mendekat ke meja Zahra yang bernomor 8.

"Sorry, Ra. Rapat OSISnya lama banget, cuma bahas acara Hari Guru, tapi si ketos nyebelin pengen acara ini beda dari tahun sebelumnya. Yauda, terpaksa kita bikin ide terus voting dulu gitu."

Myura menjelaskan keterlambatannya yang membuat sahabatnya menunggu di kantin sendirian.

Sania dan Myura, dua sahabat Zahra yang ikut kepanitiaan.

"Iya gue juga, Ra. Gue juga lupa mau ngabarin, tapi lo taukan rapat kayak gini si ketos enggak ngebolehin anggotanya main hp." Tambah Sania, Zahra mengangguk dengan santai, membuat Myura dan Sania tersenyum lebar.

Keduanya segera duduk berhadapan dengan Zahra.

"Lo belum pesen, Ra?" Myura melihat meja di hadapannya hanya ada hp dan earphone Zahra. Zahra menggelengkan kepala.

"Serius belum pesen?"

Sania melihat Zahra dengan tatapan bertanya. Karena ia dan Myura menggalkan Zahra sendirian dari  jam 9 dan sekarang sudah pukul 11.00 WIB, artinya 2 jam Zahra di kantin tetapi Perempuan tersebut terdiam disini dengan hp dan ipod yang menemaninya.

"Nunggu kalian" jawab Zahra dengan tenang. Myura menurunkan sebelah alisnya, heran.

"Oke, sekarang lo pada mau pesen apa? Biar gue pesenin, udah laper banget nih perut. Pagi belum sarapan, hehe" Sania menatap kedua sahabatnya.

"Roti bakar sama aqua aja deh ya, Dal!"

"Kendall Jenner maksud lo? Terima kasih aku tersanjung" Sania tersenyum lebar.

"Maksud gue Sandal, bukan Kendall. Masa Kendall brojol di Semarang?" Sania hampir saja ingin menyumpal kedua mulut Sania dan Zahra yang tertawa puas.

"Cepetan dah, lo pada mau pesen apaan, ngambek ni!"

"Hmm, sama kaya Myura" lalu Sania segera menuju kios khusus menjual roti lalu kembali seperti semula.

"San!" Seru Zahra

"Oit? Kenapa, Ra?"

Yang ditanya malah diam, sebenarnya Zahra ragu untuk bertanya kepada Sania tentang hal yang dipikirkannya sejak mereka berdua rapat OSIS. Mungkin bisa dianggap sepele atau malah sebaliknya, Zahra tidak tahu.

"Entar aja ya?" Pertanyaan yang dilontarkan Zahra melenceng jauh. Sebenarnya ia menahan bertanya perihal cowo gondrong yang ia lihat di belakang tempat duduk Sania. Zahra tidak tahu nama cowo yang ia meresahkan pikirannya baru-baru ini.
Sania mengangguk kepalanya.

Kemudian Zahra kembali melihat cowo tersebut, ia sedang tertawa bersama teman-temannya, kejadian yang mungkin adalah alasan kedua sudut bibir Zahra naik ke atas.

Sayangnya, ada hal lain yang tidak diketahui Zahra, diam-diam Myura memperhatikan arah pandang Zahra.

🌻🌻🌻

Bel pulang sudah terdengar dua detik yang lalu, tetapi tidak ada satu pun siswa yang keluar dari kelas. Mereka sibuk mencari jawaban, bermain rumus dan mencari pencerahan.

Zahra sebenarnya sudah selesai sebelum bel, tetapi ia menunggu siswa pendekar yang berani mengumpulkan jawaban. Tetapi sepertinya belum ada.

Pak Farhan, guru fisika yang sangat suka keadaan seperti ini, dapat diketahui dari awal beliau masuk ke kelas sampai mengumumkan bahwa hari ini kelas yang didatanginya remed satu kelas dengan wajah beliau yang sumringah.

Dan tiba-tiba penderitaan kelas Zahra terhenti.

"Permisi..." terdengar suara dari depan pintu kelas. Pak Yanto berjalan menuju pintu. Seperti diberi kesempatan, tanpa aba-aba murid-murid mencari jawaban.

"Sst... Oy! Nomer 3, Ra" bisik Valdo yang berada di belakang kursi Zahra.

Zahra menggeleng
"Nomer satu aja gue ga ngerti, Do!"

Tapi nomer selanjutnya gue tau, haha

Siswa tersebut masuk ke kelas dengan Pak Farhan. Langkah kakinya menghentikan aktifitas kelas, termasuk Zahra. Perempuan itu tidak menyangka bahwa cowo yang ia lihat di kantin tadi masuk ke kelasnya.

"Siang semua! Minta perhatiannya sebentar. ..

Begitu melihat siapa yang masuk selain Pak Farhan seluruh siswi lumayan heboh.

"Eh si anjir, krezi-krezi ini beneran?"

"Padahal ga kena air tapi kek cuci mata ini."

"Jodoh ga kemana tapi kesini"

"E tapi udah ada yang punya guys"

Inget, Ra! Udah ada yang punya.
Yang diinginkan Zahra saat ini adalah memutar lagu tersedih sedunia.

🍂🌻🌻🌻🍂

Sorry annoying
Plisss kalo gada bayangan cowo gondrong gausa dibayangin, serem ✌️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RENGGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang