Lampu menyala saat gadis itu masuk pada ruangan kosong.
Saat semua orang ingin bercepat pulang untuk merebahkan diri, ia justru datang ke ruang kosong yang penuh dengan beberapa alat musik. Salah satunya alat musik bernama gitar.
Ia lalu menghampiri gitar yang tergantung di dinding. Mengambil benda itu dan mengatur posisi.
Dulu, saat dia masih ada, posisi seperti inilah yang sering ia lihat. Dengan sebuah nada yang mampu membuatnya nyaman. Bahkan suaranya masih terngiang di telinga. Diantara banyak suara, hanya suara Brian yang benar-benar ia sukai. Seseorang yang selalu memanjakannya. Dan bersamanya.
Tetapi, suara itu takkan lagi ada disisinya.
Bia memejam matanya sejenah, mengatur nafasnya, lalu tangannya mulai memetik beberapa senar untuk menciptakan sebuah nada.
Lalu suaranya mulai mengucapkan beberapa kata dari lagu yang ia bawakan.
Tanpa melodi by Mytha Lestari
Walau hanya bernadakan suara dari gitar, tetapi Bia begitu serius menyanyikan lagunya. Lagu yang kini cukup menyakitinya.
Tanpa ia sadari, seseorang menunggunya di depan pintu ruang musik ini. juga sambil mendengarkan suaranya.
Rasa bersalahnya semakin membesar. Bukannya ia tak ingin minta maaf. Hanya saja, kata itu bukan hal yang mudah dikatakan. Bukan juga hal yang akan diterima begitu saja.
Ia perlu waktu agar gadis itu menerima kata itu darinya.
Mungkin dengan bersamanya, gadis itu akan mudah memaafkannya. Apalagi, ia pernah mendengarnya, gadis itu menyukainya.
Memanfaatkan perasaan gadis itu, salah satu baginya untuk menghapuskan semua kesalahannya.
Ia lalu meninggalkan gadis itu dan suara nada milik Bia.
Membiarkan Bia terus menyanyi menyelesaikan lagunya.
***
Hampir setengah jam ia menunggu diatas motornya. Sesaat, ia melihat Bia menuju halaman depan sekolah, gadis itu akan melangkah menuju gerbang, Bara menghidupkan motornya. Lalu menghampiri gadis itu.
"Naik." Titahnya.
Bia hanya bengong. Maksudnya naik, naik ke atas motornya?
Bara lantas mematikan motornya lalu memasangkan helm satunya untuk Bianca dan memaksa gadis itu untuk menaiki motornya.
Meskipun sedikit heran dengan perlakuan Bara, Bia tetap menurutinya. Menaiki motor itu dan membiarkan Bara membawanya.
Tanpa keduanya sadari, seseorang hanya bisa pasrah saat ia sejak tadi menunggu kehadiran gadis itu.
"Ziko, elo belum pulang? bukannya elo diusir bu Mega sejak pagi tadi?" suara seseorang itu mampu menghentikan pandangan Ziko pada gadis itu.
Sebenarnya, Bilha tau kejadian barusan yang membuat Ziko masih betah di sekolah. Walaupun harus menunggu di depan sekolahan.
Sejak tadi, ia juga gak beranjak meninggalkan sekolah.
Seusai jam pulang, Bilha sibuk mengurus organisasi yang akan ia ikuti. Seperti saran Dea, ia masuk ke ekskul osis dengan bantuan Dea. Hanya saja, saat Dea masih sibuk dengan beberapa kegiatan, Bilha diperbolehkan pulang duluan.
Namun, saat ia akan menghampiri gerbang sekolah, ia melihat Ziko dengan motornya di depan sekolah.
Juga seseorang yang sedang menunggu orang lain di parkir sekolahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling
Novela JuvenilTentang rasa yang terikat pada takdir. *** By vebia Highest rank #26 melupakan Highest rank #7 musibah