•This is just beside story•
{***}
"Sayang, ayo kita ketemu sama orang tua aku. Sekalian aku mau minta restu," ajak Sello sambil menatap Riana dengan penuh cinta.
Riana yang ditatap seperti itu pun malu, "Aku, sih, ayo aja. Sekalian ketemu Monic ya."
"Oh itu mah pasti. Kamu juga udah lama gak ketemu Monic 'kan?" tanya Sello yang tangannya sedang memegang tangan Riana.
Riana mengangguk, "Iya, terakhir ketemu waktu Monic dirumah sakit," jawab Riana.
Mereka sedang makan siang disebuah restaurant tempat dimana menjadi saksi bisu kisah cinta Sello dan Riana. Ditempat ini juga Sello melamar Riana dengan cara yang manis.
Awalnya Sello berjalan kearah panggung yang disediakan untuk bernyanyi, lalu ia meminta diiringi dengan musik. Waktu itu Sello menyanyikan lagu Perfect milik One Direction.
Ditengah-tengah acara menyanyi Sello, ia mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah yang didalamnya terdapat sepasang cincin. Acara melamar Sello sukses dengan tepuk tangan dari para pengunjung yang datang.
Iya, Sello melamar Riana didepan banyak orang. Namun, tidak sampai sebanyak di Stadion.
"Sekalian kita ngomongin rencana pernikahan kita." Sello mengecup punggung tangan Riana yang tadi dipegangnya. Tentu saja Riana merasa terbang dengan sikap Sello.
"Aku mau temanya itu nasional tapi agak sedikit modern juga," ujar Riana sembari mengembungkan pipinya.
"Iya sayang iya. Kita atur seperti yang kamu mau, ya?"
{***}
Dello saat ini tengah duduk diruang tamu milik Sella. Sudah lebih dari tiga puluh menit Dello menunggu dan duduk sendirian disini. Pasalnya, kedua orang tua Sella sedang berpergian.
Dan sialnya, hari ini Sella bangun telat. Biasanya ia sudah bangun pada pukul tujuh, tapi hari ini bangun pada pukul sepuluh.
"Darl, kamu masih lama gak, sih?!" teriak Dello sambil melihat jam tangannya yang melingkar sempurna di lengan kirinya.
"Sabar dong, lagian kamu tadi gak bilang aku dulu, sih, kalo mau kerumah! Tanggung sendiri akibatnya!" balas Sella.
Dello mengerucutkan bibirnya setelah mendengar jawaban Sella. Iya, sih, dia salah tidak memberi tahu dulu, tapi ya setidaknya gitu.
"Salah maning salah maning. Kuat saya kuat," gumam Dello sembari mengelus dadanya pelan.
Tak lama kemudian, Sella turun dengan pakaian yang simpel. Hanya kemeja tipis polos berwarna baby blue dipadu dengan celana jeans berwarna biru dongker. Sella juga memakai sling bag berwarna hitam dan terakhir ia memakai flat shoes berwarna putih.
Dello mengerjapkan matanya beberapa kali, "Bidadari turun dari mana ini, yaampun," ujar Dello yang membuat Sella terkekeh geli.
"Apaan, sih, gak jelas banget," omel Sella seraya memukul pundak Dello dengan pelan. Dello pun berdiri dari duduknya dan kemudian ia menggenggam tangan Sella.
"Daripada kita jalan-jalan, mending kita langsung ke KUA aja yuk?"
{***}
Josh sedang tiduran dikamarnya sampai dengan tiba-tiba Nando masuk kedalam kamarnya. Josh tentu saja terkejut, "Eh lo tau dari mana rumah gue yang baru?"
"Lo harusnya tuh nanya gini, 'Lo ngapain kesini' gitu," ujar Nando sambil ikut tiduran dikasur Josh.
Josh risih. Tidak, bukan risih, hanya saja belum terbiasa. Dulu mereka sangat dekat, bahkan kedekatan mereka seperti seorang kakak dan adiknya. Namun, itu semua hancur hanya karena seorang perempuan.
"Lo masih marah soal yang dulu, ya?" tanya Nando dengan lirih.
"Enggak, sih. Cuma gue marah soal Monic," jawab Josh sembari memalingkan wajahnya kearah samping.
Nando menatap punggung Josh yang sedang duduk ditepi ranjang, "Gue minta maaf, Josh. Dulu gue egois, harusnya lo yang dapetin Anya, tapi malah gue maksa Anya."
"Udahlah, udah dulu juga. Sekarang Anya udah tenang disana." Josh menoleh dan tersenyum kearah Nando.
Dengan senang hati, Nando balas tersenyum kepada Josh. Setelah itu, Nando bangun dari posisi tidurannya dan segera memeluk Josh.
Hanya sebentar, namun efeknya dahsyat bagi Josh. Sudah lama sekali sejak mereka berpelukan ala lelaki seperti ini. Josh rindu, tentu saja.
Bukan-bukan, Josh bukannya rindu dengan pelukan Nando, tapi Josh rindu dengan segala memori tentang dirinya dan Nando.
Waktu dulu, disaat belum masuk masa-masa kuliah, Josh dan Nando selalu saja bermain bersama, kadang juga suka bolos sekolah, melakukan hal-hal aneh bersama.
"Oh iya, Nan, gue mau tanya sama lo." Josh menepuk pundak Nando sekali. Nando berdeham singkat.
"Lo 'kan udah tunangan nih sama Key, lo cinta gak, sih, sama dia?" Nando dengan cepat menatap Josh dengan pandangan yang sulit diartikan.
Lalu, Nando sedikit menundukkan wajahnya, "Belum, sih, cuma gue sedang berusaha belajar mencintai Key."
Josh tersenyum senang, "Bagus itu, tapi lo juga jangan lama-lama belajarnya, kasian Key entar," saran Josh sambil terkekeh.
"Ya enggaklah, masih punya hati gue."
"Oh gitu ya? Tapi kayaknya kemaren pas jaman ospek, lo jahat sama cewek deh, setau gue," tukas Josh.
"Yang mana ya?" tanya Nando dengan alis yang terangkat satu.
"Kalo gak salah waktu itu gue pernah liat lo lagi narik-narik Monic dikoridor, terus Monic minta lo buat lepasin tangannya tapi gak lo lepasin, malah makin kenceng yang buat tangannya merah. Iya kan?" Josh menunjuk Nando tepat diwajahnya.
Nando menepis tangan Josh dengan pelan disertai dengan kekehan khas miliknya, "Itu beda cerita lagi, bego."
{***}
A/n
NAMANYA JUGA BESIDE STORY, JADI PENDEK, HAHA😂👌
btw, kalo jadi entar malem saia up part 30.
Tapi saia gak mau janjiin nih, entar saia taunya gak up, kan kasian kalian:(
Pasti penasaran 'kan sama Monic sama Theo?
HAHA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monic & Memories✔
Novela Juvenil"And then, a happily ever after that just a bullshit." Start; 5 Desember 2016 End; 14 Juli 2017 [Baca aja, siapa tau suka]