Rasanya menatap tumpukan buku yang menggunung di meja belajar itu sangat menyebalkan, Veryza kembali menatap laptop dan bermain.
"Ryz.... cepat turun! Jangan main laptop mulu!" Teriak seseorang dari bawah. Bawah? Kamar milik Veryza berada di lantai dua. Sejenak dia menyadari kejanggalan.
"Gue kan di rumah sendirian, siapa yang teriak coba." Veryza bergidik ngeri, perlahan bulu kuduknya meremang.
Dengan cepat Veryza menutup laptop dan menutupi seluruh tubuh dengan selimut. Berharap bahwa hantu itu cepat pergi.
"Krek.." seseorang membuka pintu kamar Veryza dan dalam hitungan detik Verya berteriak minta tolong dengan hebohnya hingga terjungkal dari ranjang.
"Dasar! Punya adik kok drama queen." Ucap seseorang yang membuka pintu kamar dengan sarkastik, Veryza cemberut dan mengelus dahinya yang mendarat di lantai mulus tanpa jerawat.
"Dari pada kakak, kurang ajar! Gak bilang kalau di rumah!" Seru Veryza dengan nyolot, membuat kakaknya semakin murka.
"Yaudah! Kalau lo gak mau makan, gua gak peduli! Mau asam lambung lo kambuh juga gua gak peduli!" Ucapnya lalu membanting pintu dengan kasar. Sejenak Veryza merenung, dia kembali mempertimbangkan keputusannya.
Perlahan dia bangkit, keluar dari kamar dan, menemui kakaknya di bawah.
"Oh berarti masih waras, gue kira udah gak waras." Sindir kakak Veryza, Alex. Veryza duduk dan memakan masakan yang kakaknya buat dengan semangat. Alex menggeleng pelan dan ikut makan bersama.
_____
Veryza memainkan piano dengan jemarinya yang sudah lihai, dan bernyanyi mengikuti nada-nada yang ia mainkan. Saking menghyatinya Veryza meluncurkan bulir-bulir air mata dengan mulus.
Alex yang melihatnya hanya mengusap wajahnya pasrah, dia kembali ke kamar dan menyelesaikan pekerjaan miliknya.
"Stay..stay with me." Berhentilah sampai disitu.
"Lain kali gue haru nyoba yang versi korea." Ucapnya sembari mengusap air matanya yang jatuh, kemudian ia bangkit dan pergi keluar rumah untuk jalan-jalan.
Di perjalanan ia bertemu pacarnya, ralat calon pacarnya yang sedang menggambar pemandangan di taman. Veryza menatapnya dengan berbinar dan duduk lalu mencari kesibukan dan menatap calon pacarnya secara diam-diam.
Sepertinya, calon pacar Veryza menyadari sesuatu. Dengan cepat dia melemparkan pandangan ke arah Veryza dengan sinis, beda dengan saat ia menggambar tadi. Saat dia menggambar matanya terlihat teduh, namun sekarang.
"Menghilanglah kau Ryz, hilang!" Batin Veryza berkecamuk. Dia menghampiri Veryza yang menunduk.
"Sekali lagi kalau lo ketangkap basah ngelihatin gue, lo bakalan tau akibatnya." Lelaki itu pergi meninggalkan Veryza yang sedang terdiam.
"Dia beneran berubah." Air mata yang sedari tadi Veryza tahan, runtuh seketika. Ia terus mengusap air mata yang turun terus menerus. Sampai akhirnya ia berhenti menangis dan kembali pulang ke rumah.
______
Di rumah Veryza kembali menumpahkan kekesalannya dengan musik, hingga ia sadar bahwa pekerjaan rumah miliknya sudah menumpuk. Akhirnya dengan segenap kekuatan dia kembali menyelesaikan pekerjaan rumahnya hingga terantuk.
"Ugh! Ini kenapa harus dikumpulin besok sih!" Gerutu Veryza, ia kembali mengacak rambutnya kacau. Ia kembali berguling di kasur miliknya dan ia kembali menatap pekerjaan rumahnya tanpa minat.
"Alah! Masih ada waktu, gue tidur dulu ah!" Veryza membereskan pekerjaan rumah miliknya dan ia menarik selimut lalu tidur dengan lelap.
___
Veryza membuka matanya dan ia melihat jam dinding, jam 12 malam. Ia membuka selimutnya dan kembali mengerjakan pr dengan panik dan buru-buru. Ia menyalakan laptopnya dan ponsel sekaligus untuk menyusun jawaban-jawaban yang tertera.
Ia menggigiti pensilnya, membuat bola kertas, menulis jawaban, meraut pensil.
"UGH! INI NERAKA!" Seru Veryza tertahan, karena hari sudah malam.
Setelah berkutat dengan semua pr miliknya, Veryza membaringkan tubuhnya dengan santai perlahan. Ia tertidur sejenak dan alarm miliknya berbunyi.
"Ugh! Beri aku kesempatan untuk tidur ku mohon!" Veryza bersiap-siap pergi ke sekolah.
_____
"Baiklah anak-anak, guru IPA kalian tidak bisa hadir karena sedang berhalangan. Jadi kelas hari ini bebas, tugas dari bu Eni ditunda hingga beliau tidak berhalangan. Sekian, saya undur diri. Terimakasih." Bu Lizu keluar dari kelas, lengkap sudah penderitaanku.
Perlahan aku terlelap dan terbawa ke alam mimpi, namun seseorang membangunkan aku untuk ganti baju olahraga. Apakah ini hidup? Aku putus asa, bawa aku pergi! Ku mohon!
YOU ARE READING
Hopeless (3)
Teen FictionAku, Veryza. Gadis yang pusing dengan kehidupanku, rasanya hidupku tanpa alur. Ibarat sungai, aku hanya mengikutinya dan terhambat batang kayu lalu berhenti disana. Belum bangkit, malas, dan laptop serta ponsel yang selalu menemaniku. Apakah ini k...