Mulai gelap, mulai dingin, mulai sunyi, mulai malam.
Rombongan mulai menyusuri jalanan berpaving dengan berderet bangunan kuno peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh.
Dimulai dari Stasiun Tawang, Gedung Marabunta, Gedung Jiwa Sraya, Jembatan Berok, Gereja Blenduk, dan masih banyak yang lain.
Kali ini Mei yang memandu acara sekaligus menjadi pemateri. As she told before, dia paling suka arsitektur bangunan dan tata kota khas kolonial. Rupanya tidak hanya suka. Tapi juga memahami dengan sangat baik. Sebaik dia menjelaskan dengan detail mulai dari latar belakang pembangunan, sejarah perkembangan, hingga pengaruh Kota Lama terhadap masyarakat.
Kali ini Haikal berjalan bersama Ketut dan rombongan yang lain.
"Tut."
"Apaan?"
"Lu dulu pernah nanya ke gue kan, kenapa gue milih kuliah di Semarang?"
"Iya, nape?"
"Sekarang gue tahu alasannya."
"Nape emang?"
"Cewek yang gue cari ada di sini."
Acara terakhir adalah Sarah Sehan yang dilakukan di Taman Sri Gunting. Rombongan duduk bergerombol memenuhi jalan kecil di dalam taman. Saling bertukar kesan mengenai acara sehari ini di bawah cahaya lampu remang-remang.
Sebelum acara benar-benar berakhir, masih tersisa sedikit waktu untuk menikmati pemandangan Little Netherland di malam hari, untuk hunting foto bagi yang ingin, atau untuk duduk sendiri di kursi taman yang menghadap ke jalan, seperti yang Mei lakukan.
"Duduk doang. Nggak pengen jalan-jalan?" tanya Haikal.
"Adek capek, Bang. Heheh. Mau duduk di sini saja. Mencari ketenangan."
"Abang temani deh."
Kemudian laki-laki Arab dengan hidung mancungnya duduk berdampingan dengan perempuan Cina dengan mata sipit yang mempesona.
Kota merupakan ruang tidak hampa yang dibangun oleh dinamika penghuninya, memiliki sejarah dengan proses pembentukan yang dapat dilacak dan dianalisis secara jelas. Kejelasan itulah yang sering kali membuat seseorang jatuh cinta.
"Mei."
"Iya?"
"Saya boleh bikin pengakuan nggak?"
"Pengakuan?"
Ada hening sejenak.
Kota Lama diberi kesempatan untuk bersiap menjadi saksi bisu. Membiarkan kedua pasang mata saling bertukar pandang dan bicara dalam-dalam terlebih dulu.
Hingga keluar lah pengakuan dari seorang Haikal Alfarizi kepada Ameilia Lijuan.
"Saya jatuh cinta kepada kamu. Seperti saya jatuh cinta dengan kota ini. Maka terimalah saya. Sebagaimana kota ini menerima kamu sebagai putri daerah yang berharga. Karena kamu tak pernah meninggalkan kota ini, saya pun tak akan meninggalkan kamu. Kalau pun suatu saat takdir mengharuskan saya pergi, bersedialah menjadi satu-satunya tempat saya kembali."
— Selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semarang, Sejarah dan Kamu
Cerita Pendek[FINISHED] 🍂🍂🍂 Hanya sebuah cerpen. Dibaca saja kalau penasaran, barangkali suka:))