5. Niall VS. Troy

64 11 5
                                    

Chapter 5

----------

Sania's POV

Aku harus segera memberitahu Niall bahwa Troy sudah memulai langkahnya. Yap, aku yakin bahwa Troy itu memang menyukai Amora.

Sepulang kuliah aku akan segera menemui Niall.

Hari ini aku akan pulang bersama kak Shawn, karena dia tidak mempunyai kegiatan tambahan.

"Amora, kau pulang bersama siapa?" Tanyaku pada Amora yang kini sedang merapikan buku-bukunya.

"Sendiri. Kau?"

"Aku pulang bersama kak Shawn. Kau tak apa pulang sendiri?"

"Tak apalah, San. Memangnya aku terlihat tak cukup pemberani?"

"Hahaha... Iya iya. Yasudah aku duluan ya, kak Shawn sudah menungguku. See you!"

"Yap, see you too!"

Akupun berjalan keluar dari kelasku. Ketika aku akan menghampiri kak Shawn, aku melihat Niall. Segeralah aku menghampirinya.

"Ni!" Panggilku.

"San, ada apa?" Tanyanya. Kini sikapnya tak seburuk tadi.

"Ada yang ingin aku bicarakan. Nanti sore kita bertemu di London Eye, ya?" Ya, tentu saja aku ingin membicarakan tentang Amora.

"Baiklah, aku akan datang jam 4 sore. Kau pulang dengan kak Shawn?"

"Ok. Ya, aku pulang dengannya."

"Kalau begitu aku duluan, San. See ya!"

"See you too, Nialler!"

*****

04:00 PM.

Aku sudah berada di London Eye. Aku duduk di sebuah bangku taman. Hmm, si blonde itu belum datang.

Semenit kemudian, datanglah seorang lelaki dan duduk di sebelahku. Ya, akhirnya si blonde datang.

"Kau terlambat satu menit!" Seruku ketika baru saja dia mendaratkam bokongnya di bangku taman ini.

"Satu menit saja tak masalah, bukan?!" Jawabnya.

"Walaupun hanya satu menit, tapi itu berharga!" Ucapku tak mau kalah.

"Sudahlah, to the point saja!"

Huh, tidak sabaran! Jika dia bukan sahabatku, sudah ku injak kakinya dan segera aku tinggalkan.

"Ini tentang Amora-" Aku menggantungkan ucapanku. "Aku tahu tadi pagi mood-mu hancur, itu karena Amora dijemput seorang lelaki kan? Dan lelaki itu Troy. Ingat Troy yang aku ceritakan selalu memperhatikan Amora? Jika kau ingat, kau harus waspada! Troy sepertinya sudah mulai mendekati Amora." Akupun menjelaskan semuanya.

"Aku sangat kesal, San! I loved her first! Tapi seseorang tiba-tiba mendekatinya!" Ucap Niall yang menaikkan nada bicaranya satu oktaf.

"Rasa kesalmu itu takkan membuahkan hasil! Jika kau sangat mencintai dan meginginkannya, kau harus memperjuangkannya! Kau juga harus bergerak cepat, sebelum ada seseorang yang menempati hatinya! Kau sudah mengenalnya, kini waktunya untuk kau mendekatinya!" Ucapku dengan penuh penekanan pada setiap katanya.

"Tapi, San-" Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, akupun segera memotong ucapannya.

"Sebenarnya kau ini mencintainya atau tidak?!" Potongku.

"Kau jangan bertanya lagi, tentu saja aku mencintainya, sangat!"

"Yasudah, kalau begitu buktikan! Perjuangkan! Cinta itu butuh perjuangan, pembuktian, bahkan pengorbanan! Pengakuan kau mencintainya saja tidak cukup, kata 'I love you' saja tidak cukup, tapi itu semua harus ada pembuktiannya! Apa sekarang kau faham, Horan?!" Jelasku lagi-lagi dengan penuh penekanan pada setiap katanya.

PERFECT TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang