[19] Only Mine

3.4K 576 59
                                    

Untuk suatu alasan yang tak diketahui, Nafwa merasa harus segera membatasi hubungan Langit dan Azura yang entah kenapa semakin hari terlihat semakin dekat saja.

Insting seorang wanita biasanya selalu tepat jadi Nafwa percaya kalau rasa cemas yang dirasakannya saat ini bukanlah semata-mata karena ia cemburu, melainkan akan ada hal lain yang akan terjadi apabila ia tidak segera bertindak.

Perkataan Dion yang sering diucapkannya saat melihat Azura dan Langit bertengkar tiba-tiba saja terlintas di benaknya. 'Benci sama cinta itu beda tipis, hati-hati aja kalau nanti kalian malah saling naksir' itulah yang membuat Nafwa semakin khawatir.

Tidak menutup kemungkinan kalau mereka akan saling jatuh cinta. Sebagai lelaki normal Langit pasti sadar akan kecantikan Azura, begitupun sebaliknya.

Apabila Nafwa terus membiarkan hal ini maka Langit lama kelamaan akan berpaling darinya dan Nafwa tidak mau itu terjadi.

Langit miliknya dan akan selalu menjadi miliknya.

"Langit!" Nafwa sedikit berteriak untuk memanggil kekasihnya yang tengah membicarakan sesuatu dengan Azura.

Langit menoleh dan langsung memasang senyum manis padanya. "Kenapa Naf?"

"Temenin aku ke kantin yuk!" Nafwa berujar dengan nada setengah manja. Biasanya Langit tidak akan menolak jika ia sudah seperti ini.

"Yaudah Lang kita lanjutin ini nanti aja. Sekarang mending kita ke kantin dulu, kebetulan perut gue juga udah demo minta diisi." Belum sempat Langit menjawab, Azura sudah menyelanya lebih dulu. Nafwa sampai tidak bisa berkutik dengan ucapan Azura barusan.

"Yaudah ayo kalau gitu," jawab Langit.

Nafwa hanya bisa merutuk dalam hati. Apa Azura tidak peka kalau dia hanya ingin berduaan dengan Langit? Atau jangan-jangan dia sengaja melakukan ini?

"Lo nggak akan nunggu Dion dulu Ra?" Nafwa mencoba meredam kekesalannya dan segera mencari cara lain untuk mengusir Azura secara halus.

"Dari tadi dia udah nyuruh gue ke kantin duluan." Azura menjawab santai. Ia tak begitu menyadari aura tak mengenakan yang terpancar dari Nafwa.

Pada akhirnya Nafwa tak punya pilihan lain selain membiarkan Azura bergabung dengannya dan Langit. Tak mungkin ia mengusir Azura secara langsung dan mengatakan kalau dia hanya ingin berduaan dengan kekasihnya. Hal itu akan sangat terlihat aneh dan seperti bukan dirinya saja.

"Naf kamu mau mesen apa?" tanya Langit begitu mereka bertiga sudah sampai di kantin.

"Kaya biasa!" jawab Nafwa sedikit ketus. Matanya menyapu seluruh sudut kantin untuk mencari tempat yang kosong.

"Naf sini!" Seseorang berteriak dan melambai ke arahnya. Dia adalah Bunga. Tanpa pikir panjang lagi Nafwa segera menghampiri gadis itu dan duduk di sebelah Tito yang juga berada di sana. Sementara Langit dan Azura berpencar untuk memesan makanan yang mereka inginkan.

"Naf, lo diundang ke ulang tahunnya Sonia nggak?" Bunga segera memulai percakapan begitu Nafwa bergabung dengannya.

Omong-omong Sonia yang dimaksud Bunga adalah teman sekelas ia dan Nafwa dulu saat masih duduk di bangku SMP.

"Diundang, lo juga ya?" Bunga mengangguk pelan.

"Mau dateng kan lo? Katanya sekalian reuni kelas." Nafwa tampak tak begitu berminat dengan topik obrolan mereka. Moodnya benar-benar sudah rusak.

"Nggak tau, liat entar aja," jawabnya malas.

"Harus datang lo Naf, jarang-jarang kita bisa kumpul kaya gini. Lagian gue juga penasaran sama cowoknya si Sonia, katanya dia anak kuliahan gitu ya?" Nafwa hanya mengedikkan bahunya tak acuh.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang