Gue sadar kalau hidup itu emang bisa terenggut begitu saja dengan cara tidak terduga. Namun, gue gak pernah nyangka kalau kejadiannya bakalan menimpa orang yang berinteraksi langsung sama gue. Orang yang pas hari pertama OSPEK barengan gue kena hukum karena gue dan gak konek soal semangka tanpa air.
Iya, cuma gara-gara melon. Remove water from watermelon and you get melon.
Gue cuma bisa bantu dengan datang ke rumahnya selama 7 hari pertama dan ngasih sedikit uang gue. Cuma gue tahu, mau sebanyak apa pun uang yang orang-orang kasih, itu gak bakalan balikin nyawa seseorang.
Seengaknya, Sewoon selamat meski masih gak sadar-sadar. Sementara satunya lagi ... ah gue bahkan gak yakin dia bakalan selamat atau tidak. Dia bahkan dioperasi lebih lama dari Sewoon dan sekarang masih gak sadar juga.
"Kamu gak apa-apa?" gue juga gak tahu kenapa tiap hari gue malah lihat Jisoo di gedung Geologi. Kalau pas praktikum Geologi Dasar 2 gue masihlah paham, tapi ini praktikum belum di mulai.
Gue cuma senyum sesaat lalu tenggelam lagi sama pemikiran gue. Daehwi gak masuk kuliah, katanya dia perlu menyeret ceweknya Sewoon buat mau pulang ke rumah bersama Somi dan Samuel. Kalau gak begitu, gak mau pulang-pulang katanya.
Gue gak komentar, karena gue gak begitu kenal sama ceweknya Sewoon. Tapi gue rasa dia sesayang itu sama Sewoon meski kata Yeonjung dia selalu dibabuin semasa SMA.
Mungkin bentuk sayangnya rada beda sama lainnya.
"Kamu dekat sama dia?" gue gatau sejak kapan Jisoo udah pindah posisi dari tadinya berdiri di depan gue jadi pindah ke samping gue.
Gue noleh dan natap dia sesaat, lalu milih natap tembok. "Gue cukup dekat sama mereka, karena pas OSPEK, kelompok kita sebelahan dan sering kena hukum bareng."
"Samaan berarti kayak aku, Rose, Jennie sama Lisa. Kami dekat karena keseringan dihukum bareng pas OSPEK sama bang Dongho."
"Jenderalnya komdis emang gak ada lawannya," gue berusaha buat ketawa, tapi gagal. "Hidup emang begitu ya? Gak bisa diprediksi. Detik ini masih sama kita, detik berikutnya tiba-tiba udah hilang begitu aja."
"Kita manusia hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan."
"Iya," sahut gue dan menghela napas. "Sama seperti rencana saya yang berantakan karena Yeonjung."
Iya, gue gak jadi udahan sama dia karena ini anak gak bisa kuliah ke luar dan malah mau dimasukkan ke kampus gue. Kepala gue mendadak pusing mikirin itu, karena gue beneran lihat dia sebagai adek gue doang.
"Kalian ... lanjut?"
"Rencana terburuknya, ya," sahut gue dan memejamkan mata sesaat lalu membuka mata. Menatap tembok berwarna abu-abu yang seolah menggambarkan sesuram apa masa depan gue kelak. "Kecuali saya punya alasan cukup kuat untuk membatalkannya."
"Alasannya seperti...?"
"Saya bawa perempuan yang saya cintai menghadap ke orang tua saya dan bilang maunya sama dia."
"Yaudah bawa aja kalo gitu."
Gue noleh dan natap Jisoo lama, lalu tersenyum getir, "gimana caranya kalau orang yang saya sukai balikan sama cowoknya?"
Kali ini Jisoo yang terdiam.
Salah amat dah dengerin lagu Perfect punya Selena Gomez saat ngetik ini dan sekarang kepengen baca ulang fanficnya yang bahasa Inggris. Iya, aku lebih sering baca fanfic BTS kalau bahasa Inggris karena bapernya lebih nampol(?) sekalian benerin Inggrisku yang mulai kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossa Nova | Jaehwan ✖ Jisoo ✔
Hayran KurguShe doesn't like younger boy. He likes older girl. [Bossa Nova © 01 Juli 2017]