"Je, aku tahu aku salah. Aku menyesal, I am so sorry, Je. I apologize. Just... please." Kayden tidak melepaskan pandangannya dari mata Je. Tidak sedetikpun.
"Kayden... you need to stop. Hentikan semua kegilaan kamu ini. Aku tidak berencana untuk mengulang kembali apapun tentang kita dulu. Tidak sekarang, tidak besok, tidak minggu depan. Just no. Tolong biarkan aku melanjutkan hidup aku. Please." Je ingin sekali menangis, tetapi kali ini dia berhasil menahannya
Kayden meraih pipi Je untuk mengusapnya dengan ibu jarinya tapi Je menepisnya. Selama beberapa saat mereka tetap begitu. Je yang menghadap kemanapun selain wajah Kayden dan Kayden yang terus memperhatikan Je dengan lekat, seakan itu dapat mengubah segalanya.
Kayden memperhatikan Je. Ingin sekali menyentuhnya, mengelus kepalanya. Kayden memperhatikannya lekat-lekat. Mata hijaunya yang sedang redup dan bengkak, pipinya yang memerah, hidungnya yang merah dan bibirnya yang sedikit bengkak.
Bibir itu. Demi Tuhan Kayden sangat ingin menciumnya. Mencecap bibir itu lagi. Merasakan betapa lembut dan manisnya bibir merah itu. Selama bertahun-tahun tanpa Je dia belum pernah merasakan bibir semanis Je. Tidak pernah.
Tanpa sadar Kayden mencondongkan tubuhnya. Memegang pipi Je dan membawa bibirnya ke bibir Je. Kayden menciumnya. Menciumnya dengan penuh kerinduan. Je berusaha tidak membalas ciuman itu, tapi perasaan dan ciuman itu begitu dalam sampai Je pun tidak bisa menolaknya. Tanpa sadar, Je mengalungkannya ke leher Kayden.
Akhirnya Kayden dapat merasakan bibir Je lagi. Tapi mungkin ini yang terakhir kali.
Je tenggelam dalam ciuman penuh kerinduan yang memabukkan itu. Dia sudah hampir kehilangan napas tapi dia tidak mau Kayden melepaskan ciuman itu. Karena dia tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Pada akhirnya ciuman itu harus berakhir dengan Kayden yang menghentikannya terlebih dahulu.
Kayden melihat bibir Je yang semakin bengkak. Dia mengelus pipi dan bibir Je sekali lagi sebelum membisikkan sesuatu,"that is a good bye kiss. Thank you for everything, J."
Kemudian, Kayden meninggalkan Je. Air mata Je jatuh begitu saja. Dia dengan buru-buru mengarah ke kamarnya. Membiarkan semua orang yang melihatnya merasa bingung.
Sesampainya di kamarnya Je membuka pintu dan masuk ke ruangannya itu. Tepat pada saat dia menutup pintu dia terjatuh duduk. Dengan air mata yang bercucuran dia memeluk kakinya sendiri.
Dia tidak peduli dengan rambutnya yang kusut, bajunya yang berantakan, makeupnya yang luntur sekalipun. Dia tidak peduli. Dia hanya ingin mengembalikan waktu ke masa lalu dan tidak mengenal seorang Kayden.
Sedangkan Kayden yang melangkah pergi dari hadapan Je tidak benar-benar pergi. Dia bersembunyi di sebuah ruangan dan mengikuti Je hingga ke kamarnya. Di depan pintu kamar Je dia dapat mendengar Je yang menangis. Dia mengacak-acak rambutnya dan pergi dari tempat itu menuju ruangannya sendiri.
Di ruangannya dia berharap kalau dia bisa mengembalikan waktu dan memperbaiki kesalahannya dulu kepada Je.
Kayden mengusap wajahnya dan memutuskan untuk pergi ke bar dan melupakan malam ini untuk sementara. Kayden sama sekali tidak terpikir kalau sesuatu yang buruk kemungkinan besar akan terjadi pada saat dia mabuk. Tidur dengan perempuan. Which brought him to the problem, in the beginning.
**
This chapter is indeed very short.
But it is full of feelings. I hope so.Don't forget to leave some feedbacks x
KAMU SEDANG MEMBACA
A Tale Of Cruise [#2]
Romance#2 The worst thing about being lied to is realizing you're not worth the truth. "Do I worth the truth, Kay?" *** I hope you don't cringe the f out bc of this story. Lots of love! Any feedbacks are expected due to story and writings improvemen...