The Wedding

38.5K 1.1K 155
                                    


    "Kakak mau pergi lagi? Malam-malam begini?" tanya kinara kepada Revan.

"Iya, dikantor lagi ada masalah yang harus di selesaikan. Kamu gpp kan kakak tinggal dirumah?" jawab revan sambil memasang dasi nya.

"Yaudah gpp. Tapi kakak gak makan malam dulu? Nara udah masak makanan kesukaan kakak." ucap Nara menatap memelas kepada Revan. Entah kenapa akhir-akhir ini Revan jarang di rumah. Sejak melakukan perjalanan bisnis satu bulan yang lalu. Selalu saja ada alasan yang diberikan Revan jika akan pergi keluar rumah. Ia selalu bilang jika ada masalah kantor.

Nara selalu mencoba mengerti tentang kesibukan suaminya tersebut. Mencoba menahan perasaan egois yang kadang muncul karena Revan jarang menghabiskan waktu dirumah dan mengabaikannya.

Revan dan Kinara memang sudah menikah satu tahun yang lalu. Mereka berdua bukan menikah karena perjodohan atau apapun itu. Tapi karena mereka berdua memang sudah cukup lama menjalin sebuah hubungan,sampai akhirnya Revan memutuskan untuk melamar Nara dan akhirnya mereka menikah.

Tapi, semakin lama Nara merasa curiga terhadap Revan. Tapi ia juga tidak bisa asal menuduh tanpa ada bukti. Toh, Revan bekerja untuk menafkahi kamu,Ra Itulah yang dikatakan Vira sahabat nya saat ia menceritakan Tentang Revan yang sikapnya mulai berubah. Beda saat mereka pertama menikah,Revan selalu memanjakan Nara, selalu menyempatkan waktu nya untuk Nara.

"Ra,kakak pergi ya. Assalamualikum" Ucapan Revan menghentikan lamunan Kinara.

"Waalaikumsalam,kak" jawab Nara sambil mencium punggung tangan Revan. Revan mebalasnya dengan mencium kening Nara dan segera masuk kedalam mobil dan pergi.

    Seperginya Revan, Nara masuk kedalam rumah dan membereskan meja makan. Ia benar-benar kehilangan nafsu makannya. Nara memasukkan satu persatu makanan yang dibuat nya kedalam lemari pendingin. Lalu segera pergi tidur.

****

   Nara bangun saat mendengar azan subuh. Ia melihat kesamping tempat tidurnya dan tidak mendapati Revan dimanapun. Ia menghela napas lelah dan beranjak mengambil air wudhu dan melaksanakan solat subuh.

"Ya Allah, apa yang harus Nara lakukan sekarang?. Nara sebenarnya gak ingin curiga terhadap kak Revan. Tapi Nara merasa akhir-akhir ini kak Revan berubah. Nara mohon berilah Nara petunjuk agar Nara mengerti apa yang sebernarnya kak Revan inginkan.

Nara sudah berusaha menjadi istri yang baik. Nara mohon ya Allah kembalikan kak Revan seperti kak Revan yang Nara kenal. Amin~"

Selesai melaksanakan solat subuh, ia mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah nya. Ia segera melipat kembali mukenah nya dan membuka pintu.

"Kakak darimana aja? Kenapa baru pulang jam segini? Kakak udah makan? Kakak mau aku siapin air hangat atau mau aku siapin makan dulu?" Revan mengerang malas saat mendengar banyak nya pertanyaan yang dilontarkan iatri nya tersebut.

"Kamu bisa diem gak sih?! Kakak pusing mau tidur!" bentak Revan. Nara tersentak kaget saat mendengar bentakan Revan.

"Kakak gak solat subuh dulu?" cicit Nara ketakutan.

"Nggak" jawab Revan singkat lalu pergi ke kamar.

Nara berusaha menahan tangisnya. Tapi sekuat apapun ia menahan tangisnya tetap saja air mata itu jatuh membasahi pipi chubby nya. Revan tidak pernah membentaknya selama pernikahan mereka. Sekarang Revan membentak nya dan itu membuatnya semakin curiga.

Nara menghapus air mata nya dan memutuskan untuk membuat nasi goreng dan telur mata sapi sebagai sarapan.

****

Oneshoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang