7 bulan

694 125 63
                                    

malam ini malam minggu, malam ini juga gue diajak jalan sama shawn. nggak, kita nggak resmi balikan, tapi shawn tetep mengejar gue seperti mengejar matahari. susah digapai. biasa, gue kan orang cantik. kalau boleh jujur, gue masih sayang sama shawn. tapi ego memenangkan segalanya, gue nggak mau keliatan haus kasih sayang di depan shawn.

"rapi amat, mau kemana?" papa bertanya saat gue sedang mengikat tali sepatu.

gue hanya terdiam, belum menjawab pertanyaan papa karena gue masih berkutat sama tali sepatu gue yang semrawut. "biasa, jalan sama pacar, pa." belum juga gue jawab, tiba-tiba udah ada yang nanggepin. siapa lagi kalau bukan si curut calum?

"eh, yang bener?" papa antusias sedangkan gue hanya memutar kedua bola mata.

"salah deng, pa. udah jadi mantan," calum terkekeh disusul papa. nyebelin banget sih orang-orang di dalem rumah?! "tapi bentar lagi balikan kok." sambung calum enteng.

"hebat, kok bisa putus?" papa pake tanya segala. "pasti kamu galak ya sama shawn?" papa kumat sok taunya.

gue menggeleng dan melipat kedua tangan di depan dada, "kalian sok tau semua, dih." cibir gue.

calum dan papa saling menatap dan berujung tertawa ke gue. mereka ini kalau soal ngerjain atau nge-bully gue emang paling kompak. "lucu dah lucu." sahut calum, padahal nggak ada yang lucu sama sekali.

"mana yang lucu?" ini lagi papa pake ngeiyain calum. "udah ah jangan ganggu adek, nanti belum apa-apa udah jelek duluan tuh mukanya." ledek papa sembari mencubit pipi gue.

setelah mereka berdua enyah, gue berjalan ke teras, mencoba melihat keadaan. siapa tau shawn udah sampe tapi guenya nggak sadar? namun sampai saat ini, belum juga ada tanda-tanda kehadirannya.

"lama amat," gerutu gue sendiri lalu berdecak. "kebiasaan molor ini anak."

tapi beberapa detik setelah gue menggerutu, gue mendengar suara mesin mobil yang sangat halus. kemudian disusul dengan suara klakson beberapa kali. gue menyipitkan mata, berusaha memfokuskan pandangan, setelah sang pengendara membuka kaca mobilnya gue baru tau siapa dia.

"shawn?" gue sedikit terperangah, tumben banget dia bawa mobil. "masuk dulu aja." kata gue agak malas.

shawn mengangguk dan memarkirkan mobil. ia turun dari mobil dengan gagahnya sementara gue memandanginya dari kejauhan dengan wajah datar. nggak bisa gue pungkiri, hati gue rasanya masih berdetak kencang kaya dulu.

"mama, papa, kak luke, sama kak calum mana?" shawn berdiri di depan gue sambil celingukan ke dalam rumah.

gue mengarahkan dagu ke arah dalam rumah, menunjukan kalau mereka ada di sana. "lo kesini mau nemuin gue atau cari mereka?"

"aduh, bawelku," shawn mencubit pipi gue gemas. "gemes deh. cemburuan banget sih sekarang." kemudian melepaskan tangannya dari kedua sisi pipi gue.

"buruan ah sana pamit kalau mau ngajak gue keluar." kata gue dengan ketus.

"iya, sayang."

"dih."

seusai melalui cekcok singkat, gue memanggil mama dan papa untuk keluar sebentar menemui shawn. mama dan papa memang keluar, tapi mereka membawa dua makhluk bersama mereka; luke dan calum. nggak masalah sih kalau luke, calum itu loh, bikin darah tinggi.

"ati-ati ya, nak, shawn." kata papa setelah shawn mencium tangan papa.

"iya, om. anak om nggak mungkin lecet." balas shawn mantap.

"lecet lo kata gue bemper mobil apa," desis gue tapi bisa didengar oleh semua orang di sini. "kok pada ngeliatinnya gitu amat sih?"

"adek, ngomongnya yang bener dong." mama mencubit lengan gue.

tejo | shawn ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang