M&M -32

44 11 127
                                    

"Sometimes, the best thing to forget someone is keep talking to that people and always show your smile. And told to that people if your okay." -Author

{***}

Hari Minggu yang cerah ini, Monic beserta kedua orang tuanya sedang mempersiapkan segala hal untuk nanti malam. Rencananya, nanti malam Monic dan satu keluarga kecilnya akan bertandang ke rumah Riana.

Disana, mereka akan membahas perihal pernikahan Sello dan Riana yang akan diselenggarakan dua bulan dari sekarang.

Ibu Monic--Donna, sepertinya yang memang paling sibuk diantara yang lainnya. Donna kerap kali bolak-balik memanggil Monic dan Sello. Ayah Monic--Indra, hanya bisa menghela napasnya melihat kelakuan istri satu-satunya tersebut.

"Ana, kamu udah siapin baju kamu belum, nak?" tanya Donna dari ambang pintu kamar Monic. Monic yang tadinya sedang bersantai diatas tempat tidur pun memandang ibunya dengan malas.

"Ma, mama udah nanya itu tiga kali, lho. Mama mau aku kasih apa?" Donna menampilkan senyum tipisnya.

"Mama 'kan cuma mastiin, Ana. Biar nanti gak buru-buru gitu, lho. Kamu 'kan suka gitu orangnya," jawab Donna. Monic mengangguk singkat.

"Iya, ma. Aku udah siapin semua. Sampe ke sepatu sama make up nya. Oke ma? Oke." Monic tersenyum manis kearah Donna yang dibalas dengan anggukan pelan dari Donna.

"Yaudah, jangan lupa kamu siap-siap jam-"

"Siap, ma. Jam empat aku udah siap." Lagi, Monic tersenyum manis kearah Donna. Tanpa kata, Donna segera pergi dari kamar Monic. Ia ingin memastikan hal yang lainnya.

Monic menghembuskan napas beratnya, "Perasaan kak Sello yang mau nikah, kenapa Mama yang ribet ya?"

Kemudian, Monic kembali memainkan ponselnya sembari mengedikkan kedua bahunya, "Namanya juga ibu-ibu, wajar ajalah."

Sedang asik-asiknya memainkan game favoritnya, sebuah telepon masuk. John pelakunya. Monic berdecak sebal dan mengangkat telepon tersebut dengan terpaksa.

"Apa lo? Ganggu gue lagi main aja," gertak Monic yang membuat John mengelus dadanya di seberang sana.

"Salah lagi gue, sabar sabar. Gue cuma mau tanya, lo udah-"

"Lo mau nanya kalo gue udah siap apa belom? Jawabannya belom, gue belom siap."

"Bang Sello ud-"

"Belom."

"Kap-"

"Entar jam empat siapnya."

"Berang-"

"Berangkat jam setengah lima, udah 'kan? Udah ya gue mau lanjut main. Bye." Monic segera mematikan sambungan telepon tersebut dan melanjutkan permainannya yang tertunda.

"Ribet banget. Kayak ibu-ibu mulutnya."

{***}

Keluarga Bapak Indra Thurgo sedang dalam perjalanan menuju kediaman Bapak Faris Wijaya. Mereka berangkat pada pukul empat lewat dua puluh menit.

Monic tengah duduk dikursi penumpang dengan Sello yang menyetir disebelahnya. Donna dan Indra dalam mobil yang berbeda. Tidak tahu kenapa mereka memakai dua mobil, padahal bisa memakai satu mobil saja.

"Kak, kalo lo nanti nikah, gue sama siapa dong?" Monic memulai perbincangan setelah sepuluh menit keadaan didalam mobil hening.

Sello menoleh sedikit kearah Monic dan tersenyum, "John ada, Sella ada, Nando ada, Key juga ada." Lalu, tangan kiri Sello dipakai untuk mengelus rambut Monic.

Monic & Memories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang