Nala P.O.V.
"Aah~ akhirnya sampai," aku meregangkan otot tanganku, "lama banget tadi," ucapku malas.
"Hah? Nala-nii aja tidur terus selama perjalanan," adikku atau lebih tepatnya adik temanku mengomeli-ku, "omong-omong, ada piano, lho," Liya menunjuk piano yang terletak tidak jauh dari tempatku.
"Ada piano ya? Mau main bareng? Kamu Flute, aku Piano, Abyle Horn," aku tersenyum dan memiringkan kepalaku, "mau tidak?" Tanyaku.
"Ada apa, ya?" Tanya Abyle setelah mendekati kami.
"Nala-nii mengajak aku dan Aby-nii bermain Flute dan Horn," jawab Liya.
"Na-la, bisa nggak kamu nggak berencana membuat keributan? Ini udah ke-27 kalinya kamu berencana membuat keributan," Abyle tersenyum 'manis' dan tangan kirinya memegang pundak kananku.
"Nggak bisa lah, Lesa," aku tersenyum menggoda.
"Tsk, jangan panggil aku dengan panggilan itu!" Abyle mendelik tajam ke Nala.
"Hee, kau lucu jika begitu, Abyle," aku mengusap kepala Aby.
"Akh, berhenti mengusap kepalaku!" Abyle menepis tanganku.
"Jadi, mau bermain atau tidak?" Tanya Liya yang sepertinya sudah muak dengan kami.
"Sigh, terserah Liya-chan saja," Abyle memasukkan tangannya ke kantong celananya, "dan jika ada keributan, kau yang menanggungnya," Abyle menatapku tajam.
"Baiklah baiklah, Aby-chan," ucapku dengan senyuman manis yang membuat Aby blushing melihatnya.
"Ja-jangan panggil namaku pakai embel-embel 'chan'!" Balas Aby marah, atau lebih tepatnya... malu?
"Ha'i ha'i," ucapku malas sambil melangkah mendekati tempat piano berada.
Aku melihat seorang perempuan juga mendekati piano itu.
"Aah~ nona juga mau memakai piano ini?" Tanyaku.
"S-saya juga ingin memainkannya, tapi sepertinya anda duluan yang sampai," gadis itu menggaruk tenkuknya dan tersenyum kaku.
"Ah, kalau mau nona saja yang memainkannya," usulku sambil menunjukkan senyuman cerah.
"A-aku memakai Oboe saja, k-kamu yang memainkan pianonya," dia mengeluarkan Oboe dari dalam tas khusus oboe.
"Eh~ nona pemain Orchestra juga?" Tanyaku. Mataku memperhatikan Oboe yang di pegang gadis itu.
"I-iya," ada sedikit semburat merah di pipinya, "omong-omong, namaku Amy Hyngarian, jangan memanggilku nona," lanjutnya sambil mendongakkan kepalanya. Wajar, dia lebih pendek dari ku.
"Hee~ nama yang cantik, Amy," pujian dari-ku membuat pipinya merah merona. "Oh ya, namaku Nala." Ucapku, dan Amy mengangguk.
Aku melihat ada seorang gadis melangkah ragu-ragu ke arah kami.
"A-ano, bukankah anda dari Orchestra Symphony? Dan perempuan di sebelah anda dari Orchestre Académie," kami berdua mengangguk, "bi-bisakah kalian berdua memainkan musik?" Pinta gadis itu.
Setelah permintaan gadis itu, banyak orang di bandara yang juga meminta kami memainkan sebuah musik.
"Eh, kami sedang menunggu orang yang lain, tidak apa-apa ya?"
'ukh, lama banget Aby, jadi nggak enak-kan!' Batinku.
"Ah, maaf kami telat," Aby berlari ke arahku, "tadi hosh... hosh... Flute-nya Liya tiba-tiba hilang, terus kami nyari dulu, lalu ada petugas yang datang, ternyata Flute-nya Liya ketinggalan, untung diambil petugasnya," jelas Aby panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantasy Symphony
FantasiAmazing cover by : @Ariski. Melodi dari permainan musik delapan anak ini, secara tidak sengaja membawa mereka ke Fantasyland. Fantasyland, tempat para imajinasi berada, dari makhluk mistis sampai ke penyihir-penyihir. Salah seorang dari kedelapan a...