Merdu sekali suaranya, dentingan instrumental piano itu memang benar-benar telah membuat bulu kudukku merinding. Benar-benar membuat hatiku tenang dan menghilangkan stressku. Entah siapa orang yang memainkan piano setiap hari saat istirahat ke-2 sejak minggu lalu. Suaranya selalu terdengar dari ruang musik sekolah, tapi setiap aku masuk kesana, tidak ada siapapun disana. Memang sedikit menakutkan, meski begitu aku tak bosan untuk mendengar lagu yang dimainkan piano tersebut.
“Sungni-ah! kau belajar didepan ruangan musik lagi?” tanya Hyeri-eonni mengagetkanku.
“N..ne, eonni, ada apa kemari?” tanyaku dengan terbata-bata.
“Aniyeo, aku hanya ingin meminjam netbookmu, aku ingin minta film-film terbaru. Aku sedang stress akhir-akhir ini.” Jawab Hyeri-eonni.
“Oh, ambil saja didalam tasku, eonni.” Ujarku memberi tahu.
“Ah arasseo, gomawo saeng.” Jawabnya,
Kemudian otakku berpikir, suara piano seindah ini masa tak membuat Hyeri-eonni tersentuh hatinya.
“Ne, eonni, apa kau tidak tersentuh dengan suara-suara disini?” tanyaku.
“Eh? Aniyeo, biasa saja.” Jawabnya sambil berjalan meninggalkanku.
Wae? Suara indah seperti dianggapnya biasa saja? Apa telinganya masih normal atau butuh kuantar eonni ku itu menuju dokter THT terdekat? Entahlah, hanya Tuhan dan dia yang tau keadaan telinganya saat ini.
“Sepertinya aku harus kembali ke kelas.” Batinku.
Tiba-tiba desiran angin membelai pelan wajahku dengan cepat. Aku segera memegang pipiku sendiri karena dingin yang aku rasakan. Aneh sekali, padahal jendela lorong tertutup semua, kenapa ada angin.
Aku membereskan buku-buku fisika ku dengan cepat lalu sesegera mungkin berdiri karena perasaanku sudah tidak enak. Setelah itu aku melangkahkan kakiku untuk pergi dari depan ruang musik. Tapi, baru saja berjalan beberapa langkah, aku mendengar suara seseorang memanggil namaku.
“Kajiman, Sungni-ah..”
“Gyaa! Hantu!” teriakku dengan kencang saat mendengar suara yang memanggilku tanpa melihat kearah suara terlebih dahulu. Secara refleks aku menutup kedua mataku, menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku dan melipatkan lututku sehingga aku berada pada posisi jongkok.
“Jangan makan aku, badanku kurang banyak dagingnya.” Bisikku sambil terus merapatkan kedua mataku.
“Sungni-ssi jangan takut.” Ujar seseorang yang aku perkirakan seorang namja sambil memegang kedua tanganku.
Aku mencoba membuka mataku, tampak seorang namja cantik dihadapanku. Matanya menatap lurus ke mataku, membuatku ingin terus melihatnya. Ya! Apa yang aku pikirkan, yeoja dan namja kan tak boleh kontak mata secara langsung.
“Kau siapa?” tanyaku sambil mengalihkan pandanganku dan perlahan menurunkan tanganku.
“Taemin imnida.” Jawabnya singkat setelah diam beberapa saat, sepertinya dia anak yang baik.
“Ah! kenapa? kau kelas berapa Taemin-ssi? Kenapa kau tau namaku?” tanyaku sambil melihat kearah wajahnya yang nampak pucat.
“A...aku kelas 3. Aku tau dari..dari..dari nama di baju seragammu.” Jawabnya setelah menurunkan pegangannya dari tanganku.
“Ng..Taemin-ssi, kau baik-baik saja? Sepertinya kau sakit.” Ujarku saat melihat bibirnya juga pucat pasi.
“Aniyeo, gwaenchana.” Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Ghost! [Lee Taemin's Fanfiction]
FanfictionKehidupan dan kematian itu memang sudah biasa terjadi dalam kehidupan manusia. Sudah merupakan siklus yang tidak dapat dihentikan oleh siapapun. Lalu apa yang akan terjadi jika seorang Lee Taemin mengalami kematian dan Ia tak dapat naik ke surga? Si...