Prolog

1K 27 0
                                    

Pukul enam lewat limabelas menit, mobil berwarna merah mengkilat itu sudah hadir di depan gerbang sekolah dan parkir di parkiran utama. Parkiran yang hanya boleh diisi orang-orang penting sekolah.

Seorang pemuda berseragam lengkap serta rapih keluar, berjalan mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk seorang gadis. Mereka berjalan bersama melewati loby. Sekolah masih sepi namun sudah cukup untuk bisa membuat keramaian saat mereka berjalan bersama.

Lihatlah bagaimana semua mata menuju ke arah mereka berdua. Iri, kesal, kagum, kecewa, memuja, benci. Kurang lebih itulah arti dari pandangan siswa yang telah melihat mereka berjalan berdua.

Kebanyakan dari murid-murid itu hanya mengenal sosok sang pria. Bagaimana mereka tidak mengenalnya jika cowok itu adalah anak pemilik sekolah.
Sedangkan sang wanita cukup populer karena kecantikan dan sikapnya yang bisa dibilang agak centil.

Sampai di kelasnya, X IPS 1, Virgo langsung menduduki kursi tengah nomer dua dari depan. Teman sebangkunya sudah datang lebih dulu.

"Rel, lo inget tugas yang dikasih Marcus kemaren?" Marcus adalah nama guru sejarah mereka, tapi Virgo selalu enggan memanggil mereka dengan embel-embel 'Pak/Bu'. Menurutnya itu tidak penting. Tapi sebutan kurang sopan tersebut hanya ia pakai di belakang.

"Inget sih, kenapa Bu?"

"Eh kampret, jangan manggil gue Bu!" Virgo menjitak kepala Varel kencang. Yang hanya ditanggapi dengan tawa.

Varel kerap memanggil Virgo dengan Bu, yang mempunyai arti Buaya sekaligus nama keluarga Virgo yaitu Buana.

"Gue serius, lo udah ngerjain tugasnya belum?"

"Belum, emang kenapa sih?"

"Pulang sekolah ngerjain bareng kuy. Gue nganterin Reva pulang dulu tapi," jelas Virgo.

"Iye dah Bu, gue mah ngikut aja."

"Udah gue bilang jangan panggil gue Bu!" Virgo sekali lagi menjitak kepala Varel.

"Aah.. jangan sakiti adek, Mas Virgo," ujar Varel dengan desahan yang membuat Virgo bergidik jijik dengan teman sebangkunya.

"Mimpi apa gue sampe punya temen sebangku gesrek gini." Virgo menahan keinginannya untuk muntah di wajah Varel.

****

Reva duduk di jok mobil Virgo setelah lelaki itu membukakan pintu mobil untuknya seperti biasa, selalu manis. Setelah Virgo masuk, ia menyetel lagu Somebody to You milik Vamps.

Di sepanjang perjalanan, mereka bersenandung dan mengobrol. Tak jarang Virgo mengacak pelan rambut Reva dan membuat pipi gadis itu memerah bagai tomat. Tak terasa mobil itu telah sampai di tempat tinggal Reva. Virgo menghadiahkan sebuah kecupan di pipi sebelum gadis itu turun.

"Bye, Reva."

Reva melambaikan tangannya dengan senyuman merekah pada Virgo.Virgo hanya tersenyum kecil membalasnya. Sesegera mungkin ia menancapkan gas, melaju menuju tempat Varel menunggunya.

*_*_*_*

"Yoo, apa kabar bro? Gue kangen berat nih." Varel melayangkan tangannya untuk ber high-five dengan Virgo yang baru sampai.

Dengan wajah datarnya, Virgo berkata, "Setengah jam yang lalu kita masih ketemu bloon."

"Oh iya ya. Tapi hayati udah kangen banget sama abang," cowok narsis itu memeluk lengan kanan Virgo dengan manja layaknya seorang kekasih. Menimbulkan tatapan-tatapan aneh dari pengunjung cafe untuk mereka.

Dengan reflek Virgo menepis tangan Varel. Setelah terlepas, Virgo melayangkan pelototan pada cowok gila satu ini. Bagaimana bisa harga diri seorang Virgolendra dijatuhkan seperti itu. Itu benar-benar memalukan.

"Mas Virgo gak usah lebay deh aah.." ucapnya manja.

"Sumpah, gue eneg denger desahan gay kayak lo!" Virgo bergeser menjauh. Sedangkan Varel tertawa dengan puas.

"Udah ah, ayo ngerjain tugas si Marcus. Sekalian PR bahasa inggris dari si Lenny. Gue gak mau punya banyak utang tugas," tegas Virgo.

Varel mencomot french fries yang ia pesan sebelum Virgo datang. Melihatnya, Virgo segera memanggil waiter untuk memesan menu.

Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan tugas. Selama satu jam mereka berkutat mengerjakan soal. Semua siswa di SMA VIRGOLENDRA tidak pernah absen untuk mengerjakan PR tepat waktu. Sekolah itu berhasil membuat jiwa disiplin tertanam kuat di tiap muridnya.

Tak mengherankan jika jurusan IPS yang terkenal sebagai wadah anak-anak kurang disiplin tidak berlaku. Anak IPA dan IPS di sekolah itu sama-sama mengukir banyak prestasi bahkan beberapa kali sampai ajang internasional.

Jadi, jangan berharap bertemu sesosok anak nakal yang gemar melawan guru dan peraturan.

Bahkan seorang Virgolendra sebenarnya sangat bisa menembus kelas IPA dan menjadi unggulan. Kenyataannya, cowok berkulit putih itu tak senang dengan rumus-rumus kimia serta kawanannya. Ia mampu, tapi ia malas dan tidak berminat.

"Abis ini lo mau ngapain Vir?" tumben pertanyaan Varel terdengar normal.

Virgo menghela napasnya setelah selesai mengerjakan soal yang tidak bisa dibilang mudah. "Mau jalan sama kenalan gue di club minggu lalu," ia menyesap chocho milkshake miliknya yang tinggal separuh hingga habis dan membereskan peralatan tulis yang berceceran di atas meja.

"Gue duluan," ia menepuk bahu Varel, bangkit berdiri dan melangkah dengan cepat. Membuat Varel menggelengkan kepalanya pelan.

"Bener-bener player cap teletabis," gumamnya.

****

Sebagai pembaca yang baik, mohon tinggalkan jejak.

Vote dan comment kalian sangat berharga.

Tbc

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang