weekend ini, jaehwan berniat mengunjungi rumah ibunya di bandung. berniat untuk melepas rindu, karena sudah lebih dari satu bulan ini, dia belum bertemu dengan sang ibu.
sesampainya di rumah, jaehwan segera turun dari mobilnya, mencari ibunya yang sudah menunggu. jaehwan mencium tangan sang ibu. kemudian mencium pipi kanan dan kirinya.
kemudian, keduanya pun duduk dikursi yang ada diruang tamu.
"gimana kerjaan?"
"lancar, mah. alhamdulillah,"
"gimana rumah?"
"belum ancur kok, mah. mamah sehat-sehat aja kan?"
"iya, alhamdulillah mamah sehat," jawab ibu kim. "gimana kamu sama si... siapa namanya? suswanto?"
"sewoon mah. kok suswanto sih..."
"oh iya, gimana si sewoon?"
"gak jalan, mah. sedih deh beneran,"
"kalau sewoon gak mau, berarti rugi dia,"
jaehwan menoleh kearah sang ibu. "ditolak sama seseorang itu lebih sakit daripada ditolak kerja,"
"kok bisa?"
"kalau ditolak kerja, kita mikir bahwa pendidikan kita gak cukup baik buat perusahaan itu. atau kualitas kita gak cukup untuk perusahaan itu,"
"terus?"
"kalau ditolak seseorang, itu pusing. soalnya orang cari jodoh kan ngeliat ke semuanya. agamanya, kelakuannya, values yang dipegang, pendidikan, materilnya. dan, saat ditolak, kesannya semua itu..." jaehwan melingkari badan dan kepala dengan tangan. "gak cukup,"
"kamu memang beda dengan kakang, ya. dia lancar-lancar aja tuh,"
"diamah cadas orangnya. bad boy. ganteng pula. makanya seungwoo suka. lah saya? ampas,"
"ck. apa yang bapak ajarin tentang harga diri?" jaehwan langsung terdiam. "kalo bukan kamu yang ngehargain diri kamu. maka, gak akan ada orang yang ngehargain kamu,"
jaehwan semakin bungkam.
"coba cerita dulu, apa yang terjadi dengan yang namanya... sewoon ini,"
jaehwan menarik napas. kemudian dia bercerita sampai habis.
▪▪▪
"gitu mah ceritanya,"
sang ibu hanya mengangguk-ngangguk. "bentar deh, jae. dia belum kasih jawaban kan?"
"iyasih. tapi, kayanya jaehwan gak ada harapan. soalnya sewoon ini jelas banget memperlihatkan ketertarikannya sama orang lain,"
ibu kim kembali mengangguk. "sekarang giliran mamah ya yang curhat,"
"siap,"
"mamah punya anak. masih jomblo. susah banget dibilangin,"
"..."
"mamah dulu punya banyak sekali teman yang ingin ngenalin anaknya ke kamu. udah pinter, rada cakepan, kerjaan bagus, tapi gak mau yang namanya dikenalin,"
"ini kan bukan zaman siti nurbaya, mah,"
"ini bukan perjodohan, jaehwan. denger dulu. mamah belum selesai,"
jaehwan langsung menutup mulutnya lagi.
"ada dua tipe orang tua disini. pertama, yang beneran ngejodohin. kedua, dan ini yang sebenernya paling banyak, adalah sekedar mengenalkan saja. perkara mereka cocok atau enggak, gak masalah. jodoh kan ditangan tuhan. bukan ditangan orang tua,"