Untuk pertama kalinya, Aldridge kembali membuka mata, setelah berhari-hari tak sadarkan diri dan hanya bisa berbaring di atas tempat tidur. Ia melihat dirinya ada di sebuah ruangan yang tidak ia kenal. Di sebuah ruangan sederhana yang terbuat dari kayu dengan pencahayaan dari lilin yang digantung di tembok.
"Selamat pagi Aldridge." Sapa Rynka yang berdiri di sampingnya dengan tersenyum seketika Aldridge membuka matanya.
"Rynka!!?" Aldridge terperanjat naik dan segera bangun dari tempat tidur. "Adududuh... Kepalaku pusing." Ucapnya sambil memegangi kepalanya.
"Tak heran. Kamu sudah tidur untuk tiga hari lamanya." Rynka mengulurkan tangannya. "Sini, ayo bangun. Tapi pelan-pelan saja."
Aldridge menyambut uluran tangan Rynka dan berdiri perlahan. "Puahh... Tiga hari aku tidur? Beneran? Pantas perutku rasanya lapar begini." Tanya Aldridge sambil menggerak-gerakkan badannya. "Tunggu dulu, kita ada dimana sekarang?"
"Kita ada di Inn di wilayah tengah kota Candia." Jawab Rynka sambil mengambil rompi coklat milik Aldridge. "Tenang saja, kita aman disini."
"Ohh... Pasti Vexxor yang mengurus ini semua ya?" Kata Aldridge sambil terus melakukan pemanasan.
"Hihi..." Rynka tertawa kecil. "Begitulah. Sini, biar aku pakaikan."
"Ahh... Terima ka-"
Rynka menahan mulut Aldridge dengan jari telunjuknya. "Tidak usah bilang terima kasih." Kata Rynka sambil memakaikan rompi ke Aldridge. "Aku sudah dengar semuanya dari Vexxor, apa yang kamu lakukan untuk menyembuhkanku. Kamu sudah berjuang keras dan kini giliran kami untuk melakukan hal yang kami bisa lakukan."
"Hehe... Separuh terima kasih adalah milik Chaos."
"Ya! Aku dan Vexxor sudah bicara padanya kemarin."
"Kemarin?" Pikir Aldridge. "Dia sudah siuman?"
"Iya... Chaos sudah bangun sehari lalu. Dia juga tidur cukup lama kayak kamu. Dan ketika bangun, kata pertama yang ia bilang. Baru pertama kali aku bisa tidur nyenyak begini. Begitu."
"Aku mengerti." Aldridge mengangguk.
"Katanya," Ujar Rynka. "Setiap hari, dirinya selalu berkelana sendiri, bahkan saat malam hari-pun, ia tetap harus berjaga-jaga seorang diri. Dia tak percaya siapapun dan selalu curiga dengan semua orang di dekatnya. Tapi sekarang, ia bisa tenang, karena aku dan Vexxor dan kamu juga, akan terus saling menjaga."
Aldridge tersenyum senang mendengarnya. "Terima kasih Rynka." Aldridge berbalik dan memeluknya dengan spontan.
Rynka terkejut dalam pelukan Aldridge yang begitu tiba-tiba. Kemudian Aldridge langsung pergi menuruni tangga sambil terburu-buru mengambil Windsong Sword-nya kembali untuk pergi menemui yang lainnya.
Rynka tersenyum seperti mau menahan tawa. "Haduh... Sudah dibilangin, tak perlu bilang terima kasih juga."
***
Aldridge berlari turun dari lantai 2 Inn dan segera keluar dari sana. Tembok Inn itu terbuat dari kayu dan jendela kaca yang besar, bentuknya seperti kafe-kafe di tengah kota ala bangunan eropa.
Sedang di teras luar Inn, Aldridge mendapati Vexxor sedang duduk di kursi panjang sambil sibuk membaca koran dengan tatapan serius.
"Vexxor!" Aldridge merangkul Vexxor yang pendek dengan membungkuk. "Baca apa sih? Serius banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit Weapon II - Dark Empire
FantasyFantasy Based on MMORPG Culture. Meskipun ini bukan Game. ON GOING (Update Setiap Jum'at) Book 2 - Spirit Weapon Series (Novel ini tidak disertai gambar, Karena Author tidak sempat XD.) Tahun 1901, Azuria Continent Melanjutkan petulangan Aloysius Al...