Jujur, saya bingung akan mengetik kalimat apa. Berulangkali menyusun kata-kata hanya berujung pada tombol backspace di atas keyboard laptop (dan berhenti saat kalimat ini muncul). Malam ini saya ingin menulis. Tidak peduli sejelek apa tulisan saya, niat saya hanya ingin menyampaikan perasaan hati. Tentunya lewat sebuah tulisan. Karena saya sadar, hanya itu kemampuan saya. Saya tidak mampu – eh, belum mampu – untuk benar-benar mengungkapkannya lewat lisan, apalagi sampai langsung ke sasaran. Jika malam ini kau belum mengantuk, bolehlah sekiranya kau menjadi temanku berbagi cerita. Bersamaku. kita akan bicara banyak soal rindu.
Rindu. Tak pernah ada dalam daftar mata pelajaran tapi selalu terjadwal dalam kehidupan. Suka seenak jidat muncul tiba-tiba dan hilangnya tidak begitu saja. Dia hadir seakan tak punya dosa padahal suka merepotkan siapa saja, termasuk saya didalamnya. Kadang saya bertanya, apakah putri-putri di dalam dongeng juga merasakan rindu pada pangeran - pangerannya? Jika iya, bagaimana bisa mereka hidup bahagia sedangkan rindu selalu menyesakkan dada?
Pertanyaan saya mengambang, tidak tahu dimana akan menemukan jawaban. Sampai tiba saatnya saya dibuat merasa rindu. Dunia seakan berubah sendu, tak ada tawa semanis madu dan aku di paksa tersedu-sedu menangisi apa yang membuatku rindu. Seolah ketidakadilan seketika menimpa diriku. Tapi, lambat laun.... Saya mulai terbiasa, sudah tidak sendu dan tersedu-sedu. Malah semakin menikmati rindu bagaikan candu. Percayalah, ada sebuah citarasa tersendiri bagi yang sedang kecandu rindu.
Seperti malam ini, saya tiada bertemu dengannya selama dua pekan. Gelisah, saya iseng sekadar memandangi potret dirinya yang sengaja saya simpan, berharap bisa sedikit mengurangi kekacauan hati saya. Namun sial, perasaan ini malah semakin tak keruan.
Beginikah rasanya merindukan seseorang? Tidak bisa diungkapkan, tidak kuat ditahan-tahan. Jadilah kau gemas sendiri, seperti saya saat ini. Otak saya dibuat tidak berhenti memikirkan tentang senyumnya, suaranya, kata-katanya, segalanya tentang dia. Kesadaran saya seolah disedot sampai-sampai tidak bisa berkonsentrasi pada apa yang seharusnya saya kerjakan. Dan yang terakhir, hal yang paling menyakitkan dari rindu adalah melemahkan. Tentu saja melemahkan, karena seringkali orang yang dirindukan tak balas merindu.
Barangkali kau ada yang bernasib sama seperti saya, semoga kalian tidak menjadi bagian dari hal yang paling menyakitkan dari sebuah kerinduan, lemah.
cerita diatas selesai dibuat hari :
Sabtu, 08-07-2017
Pukul 00.36 AM
sebagian besar adalah hasil imajinasi dari kesuwungan saya yang haqiqi.